Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PEMERINTAH Filipina hingga saat ini belum mengumumkan hasil lawatan Presiden Ferdinand Marcos Jr ke Tiongkok, pada 3 hingga 6 Januari 2023 lalu.
Kunjungan pemimpin Filipina untuk pertama kalinya ke Negara Tiongkok ini, disinyalir untuk membahas permasalahan utama antar kedua negara, yakni terkait Pulau Spratly yang diklaim sepihak oleh Beijing.
Sebelum kepergian Presiden Ferdinand Marcos Jr, pemerintah Filipina telah memerintahkan militernya untuk memperkuat pasukan di Laut China Selatan, dengan alasan ancaman dari aktivitas Tiongkok di Kepulauan Spratly.
Perintah tersebut dikeluarkan oleh Departemen Pertahanan Filipina, setelah muncul laporan media tentang Tiongkok yang mengklaim lebih banyak tanah di kepulauan besar di Laut China Selatan itu.
Departemen Pertahanan mengatakan telah mengarahkan angkatan bersenjata untuk memperkuat kehadiran negara di Laut Filipina Barat, menyusul aktivitas China yang dipantau di dekat Pulau Spratly dan Pagasa.
"Setiap perambahan di Laut Filipina Barat atau reklamasi fitur di dalamnya merupakan ancaman bagi keamanan Pulau Pagasa," kata Departemen Pertahanan China, seperti dikutip AFP.
Manila menyebut perairan tepat di sebelah barat Filipina sebagai Laut Filipina Barat, sedangkan Pulau Pagasa, yang terbesar kedua di Spratly, juga dikenal sebagai Pulau Thitu, adalah milik mereka.
Baca Juga: Warganya Ditandai, Tiongkok Bekukan Visa Rakyat Korsel
Melihat hal ini, Pusat kajian kebijakan dalam dan luar negeri Indonesia, Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (CENTRIS), menilai sangat wajar jika Filipina mempersenjatai wilayah terluar mereka, atas dasar kedaulatan negara.
“Pertama, berbicara kedaulatan, apa yang dilakukan Filipina sudah sangat tepat. Jika dibiarkan berlarut, bisa-bisa China menguasai seluruh pulau di Filipina,” kata peneliti senior CENTRIS, AB Solissa kepada wartawan, Kamis, (12/1/2023).
Dari informasi sementara, Beijing diketahui telah mulai membangun formasi tanah di bagian utara Spratlys yang kosong, di atas Eldad Reef (Malvar Reef).
Jauh hari sebelumnya, China juga telah melakukan kegiatan reklamasi di daerah tersebut, dimana kegiatan konstruksi serupa berlangsung di Lankiam Cay (Panata Island), Whitsun Reef (Julian Felipe Reef), dan Sandy Cay.
“Dari informasi yang sudah di publish pada sejumlah media, China telah menduduki setidaknya tujuh pulau dan bebatuan, memiliterisasi mereka dengan landasan pacu, pelabuhan, dan sistem radar di Pulau Spratly, jangan dibiarkan,” ujar AB Solissa.
Apalagi, lanjut AB Solissa, Tiongkok sudah berulangkali menginjak-injak kedaulatan Filipina, salah satunya saat Beijing mengambil paksa sisa dan puing roket miliknya dari kapal angkatan laut Filipina yang mengamankannya.
Reklamasi baru juga tengah berlangsung di Anda Reef Eldad Reef, Whitsun Reef, Sandy Cay dan Lankiam Cay Yangsin Sand.
Hal serupa juga dilakukan Beijing di 13 km timur laut Pulau Loaita yang diduduki Filipina (Pulau Nanyao,) dan 53,3 km dari Subi Reef yang dikuasai China.
Melihat gelagat buruk Tiongkok, Direktur Keamanan Siber dan Teknologi Kritis Forum Internasional Pasifik, Mark Manantan mengatakan Presiden Ferdinand Marcos Jr harus memperjelas "garis merah" negara itu dalam kebijakan luar negerinya dengan China, terutama ketika menyangkut Laut Filipina Barat.
Mark Manantan mengatakan, jika Filipina gagal untuk menegaskan keputusan arbitrase selama perjalanan Marcos ke China, hal ini akan merusak momentum aliansi Amerika Serikat-Filipina yang tengah dibangun kedua negara.
“Bukan hanya dengan Amerika Serikat, hobi nyeleneh China sebagai tukang klaim, tentunya merusak bahkan bisa menghancurkan hubungan antar negara di dunia,” tutur AB Solissa.
CENTRIS mengingatkan negara-negara dunia khususnya yang bersinggungan dengan China untuk senantiasa menjaga batas wilayah khususnya mengawasi pulau-pulau terluar mereka, agar tidak di klaim sepihak oleh Beijing.
China/Tiongkok sendiri telah berulang kali mengklaim Kepulauan Natuna sebagai milik mereka, dimana kapal mereka nekat masuk ke perairan Indonesia.
Seperti yang dilakukan Filipina, Indonesia langsung menempatkan kapal perang, meningkatkan intensitas patroli laut dan udara, serta melakukan diplomasi antar negara, sehingga China akhirnya mau angkat kaki dari Natuna.
“Indonesia, Filipina dan negara-negara Asean lainnya wajib waspada mengingat tabit buruk Beijing sebagai tukang klaim, tidak pernah hilang dari budaya mereka," pungkas AB Solissa. (OL-13)
Baca Juga: Warga Tiongkok Cemas Penularan Covid-19 Terhadap Lansia saat Libur Imlek
MUNCULNYA virus baru dengan nama HKU5-CoV-2. Virus corona baru itu ditemukan di Tiongkok. Kenali ciri-ciri virus HKU5-CoV-2 dan fakta-faktanya
Transisi energi tidak hanya tentang pengurangan emisi tetapi juga untuk penciptaan lapangan kerja dan peluang investasi.
PRESIDEN Prabowo Subianto lebih memilih untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Federasi Rusia pekan depan dan bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin
AS dan Tiongkok mencapai kemajuan yang meredakan perang dagang.
PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump menyatakan kesepakatan telah dicapai antara AS dan Tiongkok untuk meredam tensi perang dagang berkepanjangan.
Pasar kemasan karton bergelombang di Asia Tenggara segera mencatat tingkat pertumbuhan tahun majemuk (CAGR) sebesar 4% pada periode 2021-2026.
KEMENTERIAN Kelautan dan Perikanan (KKP) kembali menunjukkan komitmennya dalam menjaga sumber daya kelautan Indonesia dengan menggagalkan aksi pencurian ikan di Laut Natuna Utara.
Salah satu tantangan itu yakni menjaga kedaulatan Laut Natuna Utara dari gangguan kapal-kapal asing.
Tanpa regulasi yang ketat, pengambilan pasir laut dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah.
Indonesia dan Tiongkok sedang menjajaki kerja sama untuk mendukung kepentingan ekonomi kedua negara di Laut Natuna Utara.
PEMERINTAH Tiongkok menyebutkan siap bernegosiasi dengan Indonesia terkait adanya klaim tumpang tindih di laut.
Masuknya CCG - 5402 di Laut Natuna Utara bukan pertama kali melainkan sudah beberapa kali selama Oktober 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved