Headline
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
PEMERINTAH Ukraina menemukan bukti dan kesaksian ada tindakan pelecehan seksual yang dilakukan secara sengaja dan sistematis yang dilakukan serdadu Rusia terhadap para tahanan perempuan dan anak-anak. Para penyidik dari Kejaksaan Agung Ukraina mendapati kesaksian para perempuan yang ditahan dan dilecehkan secara seksual oleh para serdadu Rusia.
"Para penyidik Kejaksaan Agung Ukraina menemukan masalah kekerasan seksual ini di setiap tempat yang diduduki Rusia seperti wilayah Kyiv, wilayah Chernihiv, wilayah Kharkiv, wilayah Donetsk, dan di sini wilayah Kherson," tutur Duta Besar Ukraina di Indonesia, Vasyl Hamianin, yang tengah menjalani rehat tugas, dalam keterangan tertulis, Sabtu (7/1).
Salah satu korban pelecehan tersebut ialah Olha, 26. Kepada Anna Sosonska, seorang penyidik dari Kejaksaan Agung, ia menuturkan pada hari kedelapan atau kesembilan di tahanan Rusia, dia diikat ke meja dalam kondisi telanjang sampai ke pinggang. Selama 15 menit, interogator melontarkan kata-kata kotor kepadanya, lalu melemparkan jaket ke tubuhnya dan membiarkan tujuh serdadu pria Rusia masuk ke ruangan. Olha menyatakan hal itu membuatnya sangat trauma.
Dubes Vasyl menuturkan setelah berbulan-bulan proses penyidikan terhambat akibat kondisi perang, pemerintah Ukraina semakin cepat dalam mendokumentasikan kejahatan seksual yang dilakukan oleh para serdadu Rusia. "Tindakan pelecehan seksual di masa perang sering kali tetap tersembunyi karena rasa malu, stigma, dan ketakutan. Para penyidik menemukan semua jenis kasus kejahatan perang yakni pemerkosaan, ketelanjangan paksa, penyiksaan seksual," tegasnya.
Yang mengejutkan, lanjutnya, tindakan biadab di luar nalar kemanusiaan itu dilakukan para serdadu Rusia terhadap pria, wanita, dan anak-anak. Secara tegas dapat disimpulkan kejahatan perang itu dilakukan secara sistematis oleh Angkatan Darat Rusia dan di antara para komandan Rusia. Pejabat Rusia telah berulang kali membantah tuduhan pelanggaran hak asasi manusia, meskipun ada banyak bukti dan laporan yang dikumpulkan oleh penyelidik Ukraina dan internasional seperti Komisi Hak Asasi Manusia PBB pada Oktober 2022.
Komisi Hak Asasi Manusia PBB dalam laporannya bahkan menemukan korban pelecehan seksual oleh serdadu Rusia menyasar pada nenek yang berusia lebih dari 80 tahun hingga gadis berusia 4 tahun. Serdadu Rusia bahkan secara keji memaksa keluarga korban menyaksikan pelecehan tersebut. Mengutip temuan Kejaksaan Agung Ukraina, Vasyl menuturkan hingga saat ini terdapat 154 kasus kekerasan seksual yang dilakukan serdadu Rusia, yang dipercaya angka sebenarnya jauh lebih banyak karena belum dilaporkan dan diverifikasi.
Dia menuturkan, di satu desa tak jauh dari tempatnya tinggal di wilayah Kyiv, psikolog pemerintah menemukan satu dari sembilan wanita mengalami kekerasan seksual. Ratusan orang menderita kekerasan seksual dan penyiksaan di tahanan Rusia. Para penyintas pelecehan seksual tersebut sedikit yang mau berbicara di depan umum. Mereka takut akan pembalasan dari pasukan Rusia. Namun ketakutan terbesar mereka ialah stigma dan penilaian dari tetangga dan kenalan yang umumnya merupakan masyarakat religius konservatif.
Selain itu, menurut Vasyl, ada juga ketidakpercayaan yang mendalam terhadap pihak berwenang dalam sistem pasca-Soviet yang jarang berfokus pada kebutuhan korban dan malah sering menyalahkan mereka. Meski demikian, perlahan berkat kesungguhan pemerintah Ukraina, beberapa tempat penampungan wanita di negara itu mulai menerima korban perang. Organisasi bantuan seperti Women for Women International dan Andreev Foundation menyediakan klinik ginekologi keliling dan sesi konseling. Lebih dari 800 perempuan dan anak perempuan telah didampingi secara mental dan fisik sejak invasi Rusia.
Kisah kekejaman Rusia semakin kelam setelah Pemerintah Ukraina menemukan salah satu pusat penyiksaan paling berdarah di Kherson, yang dibuat oleh Rusia selama pendudukan kota. Menurut saksi mata, puluhan orang ditahan termasuk perempuan dan anak-anak. Instrumen penyiksaan keji yang digunakan oleh Rusia ialah masker gas yang menghasilkan efek mencekik serta pemanggang listrik yang menyebabkan luka bakar parah. Bukti kekejaman itu ialah penemuan 31 mayat yang dikubur di dekat ruang penyiksaan tersebut. (OL-14)
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin menggelar pertemuan di Alaska pada Jumat (15/8) waktu setempat.
PASUKAN Rusia perlahan terus menekan Ukraina di medan tempur, terutama di kawasan Donetsk. Sejumlah kota penting di wilayah itu kini berada dalam ancaman.
SEJUMLAH pemimpin Eropa berangkat ke Washington untuk menunjukkan dukungan politik kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menjelang pertemuannya dengan Donald Trump.
PRESIDEN Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan pada Minggu (17/8) bahwa Kyiv tidak akan menyerahkan wilayah apa pun kepada Moskow.
SEJUMLAH tuntutan dalam proposal perdamaian Rusia dipandang akan menjadi ujian besar bagi kepemimpinan Ukraina.
RUSIA dikabarkan siap menyerahkan sebagian kecil wilayah Ukraina yang saat ini mereka duduki. Sebagai gantinya, Kyiv akan diminta menyerahkan sebagian besar wilayah timurnya.
Rusia menyerang Ukraina dengan 60 Shahed buatan Iran dan peswat nirawak (drone) lainnya, serta sebuah rudal Iskander, sementara Kyiv meluncurkan 46 pesawat nirawak ke negara itu.
Steve Witkoff, utusan kepercayaan Presiden Donald Trump, bertolak ke Moskow untuk bertemu pejabat
ISTANA kepresidenan Rusia, Kremlin, pada Selasa (22/7) mengatakan bahwa Moskow berharap putaran perundingan damai antara Rusia-Ukraina berikutnya akan berlangsung pekan ini.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mendukung tanpa syarat terhadap Rusia dalam perang di Ukraina.
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump mungkin memiliki sudut pandangnya sendiri tentang situasi di Ukraina. Akan tetapi bagi Rusia ini soal kepentingan nasional dan masa depan negara.
DINAS Keamanan Ukraina mengeklaim pihaknya berhasil melaksanakan operasi bawah laut yang merusak Jembatan Kerch yang menghubungkan daratan Rusia dengan Semenanjung Krimea.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved