Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Tiga Dasawarsa Sejarah Jakarta-Kiev yang Selalu Mesra

Mediaindonesia.com
28/12/2022 12:59
Tiga Dasawarsa Sejarah Jakarta-Kiev yang Selalu Mesra
Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin menghadiri KTT G20 di Nusa Dua di pulau resort Indonesia Bali pada 15 November 2022.(AFP/Dita Alangkara.)

DUTA Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin, menilai tiga dasawarsa hubungan diplomatik Indonesia dan Ukraina selalu mesra. Ini karena diawali hubungan kesejarahan yang berlanjut pada saling kepercayaan menjalin kerja sama di antara kedua negara.

"Jakarta mencatat peran bangsa Ukraina dalam memperjuangkan kedaulatan Indonesia di fora internasional. Hal ini alasan kuat bagi Jakarta untuk langsung mengakui kemerdekaan Ukraina dari Moskow pada 28 Desember 1991," tutur Vasyl yang tengah mudik ke Kiev dalam keterangan tertulis, Rabu (28/12).

Pascamenyatakan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Republik Indonesia menggantungkan nasib kemerdekaannya pada sidang PBB sehingga Perdana Menteri Sutan Sjahrir bersurat ke Majelis Umum PBB meminta agar masalah Indonesia dibicarakan dalam sidang Dewan Keamanan. Tanpa diduga, perwakilan Ukraina, yang saat itu masih bernama Republik Soviet Sosialis Ukraina, Dmitry Manuilsky, mengajukan persoalan Indonesia kepada Dewan Keamanan yang bersidang di London sehingga sengketa Indonesia dan Belanda menjadi sengketa internasional sepenuhnya.

"Ini fakta sejarah. Sahabat saya, Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno, melalui akun Twitter pribadinya mengunggah foto tua dari biro foto IPHHOS menunjukkan sejumlah anak-anak Indonesia berpakaian seadanya berbaris di jalan membawa poster bertuliskan, 'Terima kasih Ukraina'. Ukraina! Bukan Uni Soviet alias Rusia ya!" tutur diplomat bergelar Doktor Ilmu Sejarah itu.

Faktor kesejarahan ini sangatlah kental sehingga Presiden Soeharto langsung menerima usulan Menlu Ali Alatas agar kedua negara meresmikan hubungan diplomatik pada 11 Juni 1992. Saat itu Kiev yang dipimpin oleh Leonid Kravchuk, presiden pertama Ukraina, mempercayakan komunikasi dengan Jakarta pada Igor Lytvyn yang sejak 1992 merupakan Kepala Divisi, Kepala Departemen Asia dan Pasifik Kementerian Luar Negeri Ukraina. 

Igor Lytvyn bekerja sangat keras mempersiapkan beberapa kunjungan diplomatik ke Indonesia di 1996 antara lain Menlu Hennadiy Yosypovych Udovenko, Presiden Leonid Danylovych Kuchma, dan Menhan Valeriy Shmarov. Untuk kerja keras tersebut, Igor Lytvyn dipercaya menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Ukraina di Indonesia. Penugasan yang berat karena pada periode 1997 hingga 1999, kondisi Jakarta tidaklah stabil.

Kondisi itu membuat Ukraina harus menata ulang misi diplomasinya di Jakarta yang sejak 1999 hingga 2004 ditangani Komisaris Dagang Nikshich Serhiy Arkadiyovych (1999-2004) dan Kravchenko Valery Ilarionovich (2004). Pada 2004, Kiev mengangkat Primachenko Vadym Viktorovych sebagai Duta Besar bagi Indonesia tetapi berkantor di Ukraina. Pada 2011-2012, Sirenko Oleksandr Oleksiiovych diangkat sebagai Penasihat dan Komisaris Dagang.

Menurut Vasyl, meski demikian hubungan kedua negara tidaklah renggang. Pada 2006 ketika Gunung Merapi di Yogyakarta batuk dan menyebabkan gempa besar, Ukraina dari kejauhan mengirimkan bantuan kemanusiaan. Pada 28 Januari 2010 dilakukan pertemuan Menlu Petro Poroshenko dengan Menlu Marty Natalegawa dalam rangka Konferensi Internasional terkait Afghanistan di London yang hasilnya mempererat kerja sama kedua negara. "Pertemuan itu membuat misi diplomasi kita di Jakarta kembali meningkat dan atas restu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pada 29 Februari 2012 diangkatlah Dubes Pakhil Volodymyr Oleksandrovych," tuturnya.

Sejak 2012, menurut Vasyl, hubungan Kiev dan Jakarta menjadi semakin mesra. Indonesia bahkan secara tegas mendukung Ukraina saat wilayah mereka diserang Rusia pada 2014. Bantuan kemanusiaan juga dikirimkan Jakarta ke Kiev. 

Hubungan ini semakin mendalam karena Menlu Petro Poroshenko kemudian menjadi Presiden Ukraina dan menyempatkan diri mengunjungi Presiden Joko Widodo pada 2016. Kunjungan yang dibalas Presiden Jokowi di tengah konflik pada 2022. "Gaya komunikasi para pemimpin Indonesia sangatlah unik karena selalu berusaha menghindari konfrontasi secara langsung. Namun, hal itu tak menghalangi upaya konsisten Indonesia menjaga hubungan pertemanan dengan Ukraina selama tiga dasawarsa ini. Terima kasih Indonesia," pungkas Vasyl. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya