Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
ARAB Saudi menolak kritik 'tidak berdasarkan fakta' terhadap keputusan OPEC+ untuk memangkas target produksi minyaknya meskipun ada keberatan dari AS, dan mengatakan pada Kamis (13/10) bahwa permintaan Washington untuk menunda pemotongan selama sebulan akan berdampak negatif.
Gedung Putih menolak hal itu pada Kamis (13/10), dengan mengatakan pihaknya memberi Saudi analisis yang menunjukkan pemotongan itu dapat merugikan ekonomi dunia, dan menuduh Saudi menekan anggota OPEC lainnya dalam pemungutan suara.
Pejabat dari kedua negara diperkirakan akan segera membahas situasi tersebut. Perselisihan ini telah menambah apa yang telah menjadi periode hubungan dingin bagi kedua negara, yang telah memiliki aliansi energi-untuk-keamanan selama beberapa dekade.
OPEC+, kelompok produsen yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) plus sekutu termasuk Rusia, pekan lalu mengumumkan pengurangan 2 juta barel per hari untuk target produksinya setelah berminggu-minggu dilobi pejabat AS menentang langkah tersebut.
Baca juga: Biden Ancam Beri Sanksi untuk Arab Saudi Jika Pangkas Produksi Minyak
Langkah itu dilakukan meskipun pasar bahan bakar tetap ketat, dengan persediaan di negara-negara ekonomi utama pada tingkat yang lebih rendah daripada ketika OPEC telah memangkas produksi di masa lalu.
Pemotongan OPEC+ telah menimbulkan kekhawatiran di Washington tentang kemungkinan harga bensin yang lebih tinggi menjelang pemilihan paruh waktu AS November, dengan Demokrat berusaha mempertahankan kendali mereka atas Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat.
Presiden AS Joe Biden berjanji awal pekan ini bahwa "akan ada konsekuensi" untuk hubungan AS dengan Arab Saudi setelah langkah OPEC+.
Ditanya pada Kamis (13/10) tentang situasi selama perjalanan ke Los Angeles, Biden mengatakan kepada wartawan, "Kami akan berbicara dengan mereka."
Keputusan OPEC+ diadopsi melalui konsensus, dengan mempertimbangkan keseimbangan pasokan dan permintaan dan ditujukan untuk membatasi volatilitas pasar, kata kementerian luar negeri Saudi dalam sebuah pernyataan pada Kamis (13/10/2022).
Pernyataan kementerian luar negeri Saudi merujuk pada konsultasi dengan Amerika Serikat sebelum pertemuan OPEC+ 5 Oktober di mana mereka diminta untuk menunda pemotongan selama sebulan.
"Kerajaan mengklarifikasi melalui konsultasi berkelanjutan dengan pemerintah AS bahwa semua analisis ekonomi menunjukkan bahwa menunda keputusan OPEC+ selama sebulan, menurut apa yang telah disarankan akan memiliki konsekuensi ekonomi negatif," kata pernyataan kementerian luar negeri Saudi.
Amerika Serikat menuduh Arab Saudi bersujud ke Moskow, yang menolak pembatasan Barat atas harga minyak Rusia sebagai tanggapan atas invasinya ke Ukraina.
"Kami memberikan analisis kepada Arab Saudi untuk menunjukkan bahwa tidak ada basis pasar untuk memangkas target produksi, dan bahwa mereka dapat dengan mudah menunggu pertemuan OPEC berikutnya untuk melihat bagaimana perkembangannya," kata juru bicara Gedung Putih Jack Kirby dalam sebuah pernyataan, yang menambahkan bahwa negara-negara OPEC lainnya mengatakan kepada Amerika Serikat bahwa mereka merasa "dipaksa" untuk mendukung keputusan Saudi.
Pernyataan kementerian luar negeri Saudi, mengutip seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya, menekankan "konteks ekonomi murni" dari pemotongan minyak.
Permintaan minyak telah melemah di seluruh dunia, dengan OPEC, Departemen Energi AS, dan Badan Energi Internasional semuanya menurunkan perkiraan untuk permintaan 2023 minggu ini.
Namun, IEA pada Kamis (13/10/2022) menambahkan bahwa langkah OPEC dapat memperburuk permintaan, dengan mengatakan "harga minyak yang lebih tinggi dapat membuktikan titik kritis bagi ekonomi global yang sudah di ambang resesi."
Pernyataan Saudi mengatakan kerajaan memandang hubungannya dengan Amerika Serikat sebagai "strategis" dan menekankan pentingnya saling menghormati.
Dewan Kerjasama Teluk (GCC) mengeluarkan pernyataan untuk mendukung komentar Arab Saudi yang memuji upaya kerajaan untuk melindungi pasar dari volatilitas.
Dalam penelitian pekan lalu, Goldman Sachs mengatakan dalam 25 tahun terakhir OPEC tidak pernah memangkas produksi ketika persediaan di negara-negara Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan - yang terdiri dari 38 ekonomi terkaya di dunia - sangat rendah.
Stok OECD saat ini 8,0% di bawah rata-rata lima tahun mereka. Namun, mereka mencatat bahwa OPEC mengurangi produksi selama periode permintaan yang lemah. (Ant/OL-09)
PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump mengungkapkan tidak berhasil membuat kemajuan dalam upaya mengakhiri perang di Ukraina.
PRESIDEN Rusia Vladimir Putin menyampaikan Moskow tidak akan mundur dari tujuannya di Ukraina. Hal itu dikatakan Putin kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam percakapan telepon.
IRAN menganggap senjata nuklir tidak manusiawi dan dilarang secara agama. Memiliki senjata nuklir dapat menempatkan Teheran dalam posisi yang lebih rapuh.
AMERIKA Serikat tidak terima dengan kebijakan Republik Islam Iran yang resmi memutus hubungan kerja sama nuklir dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
Pandangan pemerintah AS terhadap dampak kerusakan pada tiga situs nuklir utama Iran masih konsisten, dan penilaian tersebut sejauh ini tidak mengalami perubahan.
PERANG 12 hari (13-25 Juni) antara Iran versus Israel-AS telah berakhir dengan 'gencatan senjata'.
Presiden Donald Trump meminta Arab Saudi dan OPEC menurunkan harga minyak untuk membantu mengakhiri perang Rusia-Ukraina.
Harga minyak mentah dunia merupakan indikator penting dalam ekonomi global. Fluktuasi harga minyak mentah berdampak langsung pada berbagai sektor.
Harga minyak mencapai level tertinggi baru dalam lima bulan pada Rabu (3/4). Emas meluncur ke puncak sepanjang masa di US$2,230.15 per ons sebelum turun sedikit.
Harga minyak hari ini diprediksi mengalami kenaikan. Meski terjadi koreksi harga minyak sesekali, tetapi tren umumnya menunjukkan kecenderungan naik.
Harga minyak WTI naik +1,9% ke level US$82,6 pada perdagangan hari Senin (18/3) malam, menandai level tertingginya dalam 4 bulan terakhir.
OPEC yang dipimpin Saudi Arabia berada di bawah tekanan setelah Presiden AS Joe Biden mengharapkan negara itu meningkatkan pasokan minyak global.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved