Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

2 Minggu Lagi, Finland dan Swedia Jadi Anggota NATO

Cahya Mulyana
30/4/2022 14:15
2 Minggu Lagi, Finland dan Swedia Jadi Anggota NATO
Ilustrasi KTT Tahunan NATO.(AFP)

MUSIM semi tahun ini dapat menandai tatanan keamanan baru untuk Finlandia dan Swedia. Karena kedua negara bersiap untuk mengajukan tawaran keanggotaan NATO. 

Pada Januari, Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin menegaskan negaranya tidak memiliki rencana untuk bergabung dengan aliansi keamanan. Tetapi sikap itu berubah pada awal April.

Baca juga: Hepatitis Jenis Baru Ditemukan di 9 Anak AS

"Semuanya telah berubah sejak Rusia menyerang Ukraina. Finlandia harus siap untuk semua jenis tindakan dari Rusia," katanya.

Ia menambahkan bahwa Helsinki akan memutuskan keanggotaan NATO dalam beberapa minggu ke depan. Sementara dukungan publik untuk keanggotaan NATO Finlandia biasanya berkisar antara 20 dan 30%, sejak perang di Ukraina angka itu menjadi 70%.

Penyebabnya terungkap dalam wawancara Al Jazeera dengan mantan Perdana Menteri Finlandia Alexander Stubb yang saat ini menjadi profesor dan direktur di School of Transnational Governance, yang berbasis di European University Institute di Florence.

Al Jazeera: Bagaimana Anda menggambarkan kebangkitan dukungan publik di Finlandia atas keinginan bergabung dengan NATO? Apa yang telah berubah?

Alexander Stubb: Saya pikir keputusan keanggotaan NATO Finlandia diambil pada 24 Februari, pukul lima pagi, ketika [Presiden Rusia Vladimir] Putin menyerang Ukraina. Saat itulah opini publik pada dasarnya berubah 180 derajat. 

Dari 50% menentang dan 20% mendukung, menjadi 50% mendukung dan 20 persen menentang. Saat ini, kami 68% mendukung dan 12% menentang, dan ketika kepemimpinan politik kami keluar membawa persetujuan dari NATO bersama dengan Swedia pada pertengahan Mei, saya memperkirakan bahwa angka kami akan lebih dari 80% mendukung.

Dasarnya adalah jika Putin dapat membantai saudara-saudaranya, saudara perempuan dan sepupunya di Ukraina, dia juga dapat melakukannya di Finlandia dan Swedia. Untuk Finlandia, ini membawa kembali kenangan perang dunia kedua. 

Jadi keanggotaan NATO akan menjadi cara untuk meningkatkan keamanan kita sendiri dan keamanan aliansi. 

Al Jazeera: Tapi ini bukan pertama kalinya Rusia menyerang Ukraina. Pada 2014, ketika Anda menjadi Perdana Menteri Finlandia, Rusia mencaplok wilayah Krimea Ukraina. Apakah Anda mempertimbangkan keanggotaan NATO saat itu?

Alexander Stubb: Saya adalah salah satu dari sedikit orang di Finlandia yang selalu mendukung keanggotaan NATO di Finlandia. Sebenarnya, saya pikir kita seharusnya bergabung dengan NATO pada 1995, ketika kita menjadi bagian dari Uni Eropa. 

Pada 2008 saya mencoba untuk mendorong keanggotaan NATO. Saya adalah menteri luar negeri Finlandia saat itu dan Ketua Organisasi untuk Keamanan dan Kerja sama di Eropa (OSCE) dan telah menengahi perdamaian dalam perang di Georgia. 

Setelah pembicaraan mediasi ini, saya memberikan pidato [pada tanggal 8 Agustus 2008], yang disebut 080808. Dalam pidato tersebut, saya menjelaskan bagaimana agresi Rusia kembali dan bahwa Finlandia harus mempertimbangkan keanggotaan NATO. 

Tapi saya mendapat banyak penolakan dan sejak itu, bahkan ketika Rusia menyerang Ukraina pada 2014, saya tidak mencoba mendorong keanggotaan NATO karena saya minoritas. Namun, hal yang berbeda sekarang. 

Melihat bagaimana Rusia menyerang Ukraina pada 2022, sepertinya invasi ini telah memprovokasi orang-orang di Finlandia dan mengubah pendapat mereka. Ketika opini publik berubah, maka para pemimpin politik juga mengubah opini mereka. 

Al Jazeera: Perdana Menteri Sanna Marin berbicara tentang Finlandia bergabung dengan NATO ketika sebuah laporan keamanan memperingatkan bahwa keanggotaan potensial Finlandia dapat memperburuk hubungan dengan Rusia. Apakah menurut Anda perdana menteri seharusnya menunggu perang saat ini di Ukraina mereda? 

Alexander Stubb:  Saya pikir, Anda tahu, kita sudah melewati perdebatan itu saat ini. Kami tidak mengharapkan adanya ancaman militer konvensional, atau serangan sama sekali, karena kami memiliki 900.000 prajurit, 280.000 prajurit cadangan, kami baru saja membeli 64 unit F-35 dan kami memiliki sistem rudal pertahanan yang sangat baik.

Saya pikir kami lebih siap menghadapi serangan ketimbang semua anggota NATO. Tapi apa yang akan kita lihat pada pertengahan Mei, ke depan akan ada ancaman hibrida, siber, dan akan ada perang informasi, dan kami siap untuk itu.

Misalnya ketika Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berbicara di Parlemen Finlandia sekitar dua setengah minggu yang lalu, laman resmi kementerian pertahanan dan kementerian luar negeri Finlandia down. 

Dan, Anda tahu, jelas, itu adalah serangan Rusia. Pada saat yang sama, ada pelanggaran wilayah udara kami, jelas Rusia lagi. Jadi ini adalah jenis ancaman yang akan terus kami dapatkan dan kami siap. Dalam gambaran yang lebih besar, keanggotaan NATO Finlandia dan Swedia juga akan meningkatkan keamanan kawasan.

Al Jazeera: Apakah ada oposisi yang bisa dihadapi Finlandia dari anggota NATO? 

Alexander Stubb: Saya subjektif, tetapi sangat sulit untuk membuat argumen rasional yang melarang Finlandia dan Swedia bergabung dengan NATO. Selain pasukan militer yang kuat, kami berdua memiliki perusahaan layanan telekomunikasi terbesar di dunia, Nokia dan Ericsson dan ini penting untuk infrastruktur keamanan secara umum. 

Selain itu, kami sebenarnya memiliki pengalaman berperang dengan Rusia, mengingat sejarah kami sendiri dengan Kremlin. Anggota NATO menyadari kemampuan kami dan tidak akan menjadi arogan usia menjadi anggota. (Aljazeera/OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya