MILITER Myanmar melakukan serangan udara pada Minggu (10/4) yang menargetkan pemberontak etnis di Negara Bagian Karen, ketika pertempuran baru pecah untuk menguasai kota Lay Kay Kaw dekat perbatasan Thailand, menurut juru bicara kelompok pemberontak dan laporan media.
Ribuan penduduk di Lay Kay Kaw, yang hanya berjarak sekitar 20 km (12,43 mil) dari perbatasan Thailand, telah melarikan diri dari pertempuran pada Desember 2021 di sekitar kota yang telah menjadi tempat perlindungan bagi pendukung pro-demokrasi sejak tentara merebut kekuasaan tahun lalu.
Seorang juru bicara Persatuan Nasional Karen (KNU), yang merupakan kelompok pemberontak etnis tertua di Myanmar, mengatakan tentara tampaknya memperkuat daerah itu setelah bentrokan pada Minggu (10/4) meskipun dia belum menerima laporan tentang pertempuran baru pada Senin (11/4).
"Mereka belum mundur sama sekali. Mereka mengirim lebih banyak pasukan," kata juru bicara KNU Padoh Saw Taw Nee.
Dia menambahkan bahwa pasukan kelompok itu telah menewaskan 45 tentara dan kehilangan dua pejuangnya sendiri dalam bentrokan pada hari Minggu.
Baca juga: Suu Kyi Jalani Karantina Usai Stafnya Positif Covid-19
Public Voice Television, yang didukung oleh pemerintah bayangan yang dibentuk sejak kudeta, mengatakan pemberontak telah menahan seorang kapten dari tentara Myanmar selama pertempuran itu.
Lay Kay Kaw sebagian besar berada di bawah kendali KNU dalam beberapa bulan terakhir, tetapi tentara kadang-kadang berusaha untuk menegaskan kembali kendali dan pertempuran pecah Desember lalu ketika tentara mencoba menangkap orang-orang di kota itu.
Bentrokan pada Minggu itu, kata Padoh Saw Taw Nee, terjadi setelah KNU berusaha mendorong mundur pasukan tentara yang telah memasuki satu distrik.
Menanggapi itu, militer Myanmar melakukan serangan udara, menurut pemberontak dan laporan media lokal. Penduduk di Mae Sot, sebuah kota di sisi perbatasan Thailand mengatakan mereka mendengar suara tembakan dan ledakan.
Pada Desember, KNU telah meminta masyarakat internasional untuk menetapkan zona larangan terbang di daerah itu untuk melindungi warga sipil.
Myanmar telah jatuh ke dalam kekacauan sejak tentara menggulingkan pemerintahan sipil yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi tahun lalu. (Malay Mail/Nur/OL-09)