Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Kamboja akan Ambil Pendekatan Berbeda terhadap Krisis Myanmar

Atikah Ishmah Winahyu
09/1/2022 08:12
Kamboja akan Ambil Pendekatan Berbeda terhadap Krisis Myanmar
Aung San Suu Kyi(AFP)

PERDANA Menteri Kamboja Hun Sen tidak berusaha untuk bertemu dengan mantan pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi selama berkunjung ke negara itu pada minggu ini dan akan mengambil pendekatan berbeda terhadap krisis di sana, menurut Menteri Luar Negeri Kamboja Prak Sokhonn.

Komentar Sokhonn menunjukkan bahwa Kamboja yang merupakan Ketua Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) tahun ini, sepertinya akan mengundang pejabat junta ke pertemuan ASEAN, kemungkinan dimulai dengan pertemuan Menteri Luar Negeri pada 17 Januari.

Pengelompokan regional tahun lalu telah mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan mengeluarkan Kepala Junta Min Aung Hlaing dari pertemuan puncak para pemimpin tahunannya.

Hun Sen, yang merebut kekuasaan dalam kudeta 1997 dan dalam pemilihan berikutnya dikritik atas tindakan keras terhadap lawan politiknya, kembali dari Myanmar pada Sabtu setelah perjalanan selama dua hari.

Kunjungannya adalah yang pertama oleh seorang kepala pemerintahan sejak tentara menggulingkan pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi pada 1 Februari tahun lalu, memicu protes berbulan-bulan dan tindakan keras berdarah.

Media pemerintah Myanmar pada Sabtu melaporkan bahwa Jenderal Min Aung Hlaing berterima kasih kepada Hun Sun karena berpihak pada Myanmar. Tentara mengatakan pengambilalihan itu sebagai tanggapan atas kecurangan pemilu dan sejalan dengan Konstitusi.

Prak Sokhonn, yang menemani Hun Sen ke Myanmar, pada hari Sabtu membantah bahwa perjalanan tersebut sama dengan mendukung junta, dengan mengatakan itu adalah cara lain untuk bekerja untuk menerapkan lima poin rencana perdamaian ASEAN yang diadopsi pada April.

Dia juga menegaskan bahwa Hun Sen tidak meminta untuk bertemu dengan Suu Kyi, yang telah ditahan sejak pengambilalihan militer tahun lalu dan menghadapi lebih dari selusin tuntutan pidana.

Prak Sokhonn, diharapkan untuk mengambil pos sebagai utusan khusus bagi Myanmar, mengatakan penolakan utusan saat ini, Menteri Luar Negeri Brunei, untuk mengunjungi tanpa jaminan dia bisa bertemu dengan Ms Suu Kyi tidak produktif.

"Jika mereka membangun tembok tebal dan kami menggunakan kepala kami untuk memukulnya, itu tidak berguna," kata Prak Sokhonn kepada wartawan pada Sabtu (8/1).

"Kamboja menggunakan pendekatan berbeda untuk mencapai konsensus lima poin,” tandasnya. (Straitstimes/OL-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya