Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Iran Melihat Ada Kemajuan dalam Pembicaraan Nuklir

 Nur Aivanni
13/12/2021 10:26
Iran Melihat Ada Kemajuan dalam Pembicaraan Nuklir
Kepala negosiator nuklir Iran, Ali Bagheri Kani, saat menghadiri pembahasan nuklir di Wina, Austria, pada Jumat (3/12).(JOE KLAMAR / AFP)

KEPALA perunding Iran, pada Minggu (12/12), melaporkan kemajuan dalam agenda pembicaraan dengan kekuatan global mengenai program nuklirnya, ketika Inggris mengatakan negosiasi Wina adalah kesempatan terakhir bagi Teheran.

Pembicaraan dimulai kembali pada Kamis untuk mencoba menghidupkan kembali kesepakatan 2015 antara Iran dan negara-negara lain, di mana Amerika Serikat (AS) saat dipimpin Donald Trump menarik diri dari kesepakatan tersebut pada 2018.

Presiden AS Joe Biden mengatakan dirinya siap untuk kembali ke kesepakatan itu, tetapi para pejabat AS menuduh Iran mundur dari kemajuan yang dibuat pada pembicaraan awal tahun ini dan bermain-main dengan waktu.

Para pejabat Iran menyatakan bahwa mereka serius untuk berkomitmen pada pembicaraan tersebut.

"Kedua pihak berada pada titik menyepakati hal-hal yang harus menjadi agenda," kata kepala perunding Teheran Ali Bagheri Kani kepada kantor berita resmi IRNA.

"Ini adalah perkembangan yang positif dan penting karena, pada awalnya, mereka bahkan tidak sepakat tentang masalah yang harus dinegosiasikan," ucapnya.

Pernyataannya itu disampaikan ketika G7 mengatakan pada Minggu bahwa waktu hampir habis bagi Iran untuk menyetujui kesepakatan.

Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan pembicaraan Wina adalah kesempatan terakhir bagi republik Islam itu untuk datang ke meja perundingan dengan resolusi yang serius.

Perjanjian 2015 bertujuan untuk mencegah Iran mengembangkan bom atom, tujuan yang selalu dibantah Teheran. Kesepakatan itu memastikan keringanan sanksi sebagai imbalan atas pembatasan ketat pada program nuklir Iran, yang ditempatkan di bawah pengawasan PBB yang ekstensif.

Menurut Bagheri, pemerintahan baru yang berkuasa di Iran sejak Juni, yang dipimpin oleh Presiden Ebrahim Raisi, telah mengangkat poin-poin tambahan yang dirundingkan oleh para pendahulunya.

Iran menginginkan pencabutan semua sanksi AS yang diberlakukan setelah penarikan Trump, tetapi pemerintahan Biden mengatakan pihaknya hanya akan menegosiasikan langkah-langkah yang diambil oleh Trump atas program nuklir, bukan langkah-langkah yang dikenakan atas masalah lain seperti hak asasi manusia.

Teheran telah menyampaikan dua teks pada pembicaraan itu, satu tentang sanksi dan yang lainnya tentang aktivitas nuklirnya.

"Dengan pihak lain kita bersama-sama rekap (poin-poin yang akan dibahas) agar perbedaan-perbedaan itu dapat diselesaikan dan agenda ditetapkan dalam kerangka yang definitif," kata Bagheri. (AFP/Nur/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya