Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Aksi Protes Anti-Kudeta, 15 Orang Ditembak Mati di Sudan

Nur Aivanni
18/11/2021 08:52
Aksi Protes Anti-Kudeta, 15 Orang Ditembak Mati di Sudan
Warga melakukan unjuk rasa protes atas kudeta militer di ibu kota Khartoum, Sudan, Rabu (17/11/2021).(AFP-STR)

PASUKAN keamanan Sudan menembak mati sedikitnya 15 pengunjuk rasa anti-kudeta dan melukai puluhan orang lainnya pada Rabu(17/11). Itu merupakan hari paling berdarah sejak pengambilalihan militer pada 25 Oktober.

Korban tewas ,semuanya di Khartoum, terutama distrik utaranya, meningkat menjadi 39 orang akibat kerusuhan sejak militer merebut kekuasaan. Sementara, ratusan lainnya terluka.

"Pembantaian hari itu memperkuat slogan kami: tidak ada negosiasi, tidak ada kemitraan, tidak ada kompromi dengan militer," kata penyelenggara aksi protes dari Asosiasi Profesional Sudan (SPA).

Baca juga:Mantan Presiden Georgia yang Mogok Makan Kritis

Demonstran turun ke jalan di seluruh ibu kota meskipun saluran telepon dan layanan internet telah terganggu sejak militer mengambil alih, menurut laporan wartawan AFP.

"Rakyat memilih pemerintahan sipil," teriak para demonstran, juga meneriakkan slogan-slogan menentang penguasa Sudan, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan.

Para pengunjuk rasa, sebagian besar pria dan perempuan muda, bertepuk tangan dan berteriak sebelum suasananya berubah menjadi kekerasan.

Ketika bentrokan pecah, menurut saksi mata, pasukan keamanan juga menembakkan gas air mata, melukai beberapa pengunjuk rasa lagi.

Polisi membantah menggunakan peluru tajam dan televisi pemerintah mengumumkan penyelidikan atas kematian tersebut.

Serikat dokter mengatakan sebagian besar korban menderita luka tembak di kepala atau leher. Tetapi, tambahnya, para demonstran, tidak terpengaruh dan di belakang barikade darurat, terus melakukan aksi protes.

Demonstrasi juga meletus di Port Sudan, kata seorang jurnalis AFP, menentang kudeta yang menghentikan transisi demokrasi setelah penggulingan diktator lama Omar al-Bashir pada 2019.

"Itu adalah hari yang sangat buruk bagi para pengunjuk rasa," kata Soha, seorang pengunjuk rasa berusia 42 tahun, kepada AFP. "Saya melihat seseorang dengan luka tembak di belakang saya dan ada banyak penangkapan di Khartoum," katanya.

Ratusan orang tetap berada di jalan-jalan setelah malam tiba, terutama di Khartoum utara di mana tembakan gas air mata mencapai di dalam rumah sakit, menurut dokter. Demonstrasi di kota-kota lain bubar.

Upaya untuk membendung aksi protes telah membuat ratusan orang ditangkap, termasuk aktivis, orang yang lewat dan jurnalis. Kepala biro jaringan Qatar Al Jazeera ditangkap pada Minggu dan dibebaskan pada Selasa.

Komite Sentral Dokter Sudan mengatakan pasukan keamanan juga telah menangkap orang-orang yang terluka di dalam rumah sakit Khartoum.

SPA, payung serikat pekerja yang berperan dalam aksi protes 2019, mengecam kejahatan besar terhadap kemanusiaan dan menuduh pasukan keamanan melakukan "pembunuhan berencana". (AFP/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya