Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Eks Pejabat Intelijen Saudi Tuduh MBS Ingin Bunuh Raja Abdullah

Mediaindonesia.com
26/10/2021 22:12
Eks Pejabat Intelijen Saudi Tuduh MBS Ingin Bunuh Raja Abdullah
Mohammed bin Salman.(AFP/Bandar Al-Jaloud.)

SEORANG mantan pejabat senior intelijen Arab Saudi menuduh Putra Mahkota Mohammed bin Salman pernah membual bahwa dia bisa membunuh mendiang Raja Abdullah untuk membuka jalan bagi ayahnya naik takhta.

Dalam wawancara dengan CBS pada acara 60 Minutes, Minggu (24/10), Saad al-Jabri menggambarkan penguasa de facto Arab Saudi sebagai pembunuh psikopat di Timur Tengah dengan sumber daya yang tak terbatas. Jabri menuduh bahwa Pangeran Mohammed, juga dikenal sebagai MBS, menyarankan untuk membunuh raja selama pertemuan pada 2014 dengan kepala intelijen saat itu Pangeran Mohammed bin Nayef.

"Dia mengatakan kepadanya, 'Saya ingin membunuh Raja Abdullah. Saya mendapatkan cincin racun dari Rusia. Cukup bagi saya untuk berjabat tangan dengannya dan dia akan selesai,'" kata Jabri mengenang ucapan MBS sebagaimana dikutip dari Al-Monitor.

Ayah putra mahkota, Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud, naik takhta pada 2015 setelah saudara tirinya, Raja Abdullah, meninggal karena sebab alami. Jabri menambahkan bahwa tidak jelas MBS hanya membual atau tidak tentang cincin racun. Intelijen Saudi, bagaimana pun, menanggapi komentarnya dengan serius, katanya.

Mantan pejabat Saudi, yang kini tinggal di pengasingan di Kanada, mengatakan bahwa rekaman video pertemuan antara kedua pangeran itu ada. Dia juga mengancam akan merilis video terpisah yang katanya akan mengungkap rahasia kerajaan lain.

Wawancara pada Minggu itu merupakan yang pertama bagi Jabri sejak melarikan diri dari Arab Saudi. Dalam suatu pernyataan, Kedutaan Besar Saudi di Washington menggambarkan Jabri sebagai mantan pejabat pemerintah yang didiskreditkan dengan sejarah panjang pemalsuan.

Jabri mengklaim pangeran berusia 36 tahun itu berusaha membunuhnya di Kanada. Dalam gugatan federal, Jabri menuduh bahwa MBS mengirim tim pembunuhan enam orang ke Ottawa pada 2018 tetapi kelompok Saudi dideportasi setelah tiba di bandara.

Jabri mengatakan insiden itu terjadi hanya beberapa minggu setelah pembunuhan kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi pada Oktober 2018 di Konsulat Saudi di Istanbul. Pemerintah Saudi menyangkal keterlibatan MBS, tetapi pada Februari, pemerintahan Biden merilis laporan intelijen yang tidak diklasifikasikan yang menyimpulkan bahwa Pangeran Mohammed kemungkinan telah menyetujui operasi tersebut.

Selama wawancara CBS, Jabri juga meminta Washington untuk membantu mengamankan pembebasan dua anak dewasanya yang dipenjara tahun lalu karena diduga merencanakan untuk melarikan diri dari kerajaan dan mencuci uang. Jabri yakin Riyadh menahan putranya Omar dan putrinya Sarah dalam upaya untuk memaksanya kembali ke negara itu.

Baca juga: Mantan Mata-Mata Saudi Tuding MBS Kirim Tim untuk Membunuhnya

"Saya harus angkat bicara. Saya memohon kepada rakyat Amerika dan pemerintah Amerika untuk membantu saya membebaskan anak-anak itu dan memulihkan hidup mereka," kata Jabri. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya