Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Jurnalis Filipina dan Rusia Dianugerahi Nobel Perdamaian

Atikah Ishmah Winahyu
08/10/2021 20:03
Jurnalis Filipina dan Rusia Dianugerahi Nobel Perdamaian
Potret gabungan jurnalis Maria Ressa dan Dmitry Muratov yang meraih Nobel Perdamaian.(AFP)

JURNALIS dari Filipina, Maria Ressa, serta jurnalis dari Rusia, Dmitry Muratov, dianugerahi Nobel Perdamaian atas perjuangan terhadap kebebasan pers di negaranya masing-masing.

"Ressa dan Muratov menerima Nobel Perdamaian atas perjuangan mereka untuk kebebasan berekspresi di Filipina dan Rusia," ujar Ketua Berit Reiss-Andersen dari Komite Nobel Norwegia dalam konferensi pers.

"Pada saat yang sama, mereka adalah perwakilan dari semua jurnalis, yang membela cita-cita di mana demokrasi dan kebebasan pers menghadapi kondisi yang semakin buruk," imbuhnya.

Baca juga: Novelis Kelahiran Tanzania Meraih Hadiah Nobel Sastra

Nobel Prize pada tahun ini menjadi yang pertama bagi kalangan jurnalis, sejak Carl von Ossietzky dari Jerman memenangkan penghargaan tersebut pada 1935. Dia dinilai berhasil mengungkapkan program rahasia persenjataan negaranya pascaperang.

"Jurnalisme bebas, independen dan berbasis fakta berfungsi untuk melindungi dari penyalahgunaan kekuasaan, kebohongan dan propaganda perang," tutur Reiss-Andersen.

Adapun hadiah Nobel Perdamaian akan diberikan pada 10 Desember, yang menjadi peringatan kematian industrialis Swedia Alfred Nobel. Dia merupakan pendiri ajang penghargaan yang tertuang dalam wasiatnya pada 1895.

Ressa, yang mendirikan situs jurnalisme investigasi Rappler, memfokuskan sebagian besar karyanya pada perang kontroversial dan tindakan kekerasan Presiden Filipina Rodrigo Duterte terhadap narkoba. “Jurnalisme tidak pernah sepenting sekarang ini,” pungkasnya setelah menerima informasi penghargaan.

Baca juga: Teliti Perubahan Iklim, Tiga Ilmuwan ini Raih Nobel Fisika

Dia pun menyerukan negara-negara untuk bersatu menghentikan munculnya informasi salah atau hoaks. Meskipun situs berita yang dikelolanya berada di ancaman penutupan, namun dirinya terus berjuang untuk jurnalisme pencari fakta.

Sementara itu, Muratov mendirikan surat kabar Rusia Novaya Gazeta pada 1993. Dia telah menjadi pemimpin redaksi selama 24 tahun. Surat kabar tersebut merupakan salah satu dari sedikit media independen di Rusia. Bahkan, enam jurnalisnya telah dibunuh selama surat kabar itu beroperasi.

“Penghargaan ini bukan milik saya. Ini milik Novaya Gazeta. Untuk mereka yang tewas membela hak orang atas kebebasan berbicara,” tegas Muratov seperti dikutip kantor berita Rusia TASS.(France24/Aljazeera/OL-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya