Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Teliti Perubahan Iklim, Tiga Ilmuwan ini Raih Nobel Fisika

Adiyanto
06/10/2021 07:16
Teliti Perubahan Iklim, Tiga Ilmuwan ini Raih Nobel Fisika
Syukuro Manabe, salah satu penerima Nobel Fisika tahun ini( Mark Makela/Getty Images/AFP)

HADIAH Nobel fisika tahun ini diberikan kepada tiga ilmuwan, Syukuro Manabe, Klaus Hasselmann, dan Giorgio Parisi yang meneliti tentang perubahan iklim.

Pihak Komite Nobel, Selasa (5/10)  mengatakan mereka mengumumkan penghargaan itu hanya beberapa pekan sebelum KTT iklim COP26 digelar di Glasgow bulan depan.  Pesannya untuk mengingatkan bahwa kita bekejaran dengan waktu dengan tingkat pemanasan global yang terjadi di seluruh dunia.

"Saya yakin para pemimpin dunia belum menyadari pesannya," kata Thor Hans Hansson, ketua Komite Nobel untuk Fisika. "Tapi... apa yang kami katakan adalah bahwa pemodelan iklim memang didasarkan pada teori fisika," imbuhnya,

Manabe, 90, dan Hasselmann, 89, masing-masing akan berbagi setengah dari hadiah 10 juta kronor (US$1,1 juta,  untuk penelitian mereka tentang model iklim. Sedangkan Parisi, 73, memenangkan separuh lainnya untuk karyanya tentang interaksi ketidakteraturan dan fluktuasi dalam sistem fisik.

"Syukuro Manabe dan Klaus Hasselmann meletakkan dasar pengetahuan kita tentang iklim bumi dan bagaimana manusia mempengaruhinya. Sedangkan Giorgio Parisi dihargai atas kontribusi revolusionernya pada teori materi yang tidak teratur dan proses acak,"kata Komite Nobel.

Manabe, ilmuwan yang meninggalkan Jepang ke AS pada 1950-an, berafiliasi dengan Universitas Princeton, sementara Hasselmann adalah profesor di Institut Meteorologi Max Planck di Hamburg. Parisi, yang juga memenangkan Penghargaan Fox pada  Februari, adalah seorang profesor di Universitas Sapienza, Roma, Italia.

Menghadapi perubahan iklim

Meneliti sejak tahun 1960-an, Manabe menunjukkan bagaimana tingkat karbon dioksida di atmosfer berhubungan dengan peningkatan suhu permukaan bumi. Yang terpenting, dia mengakui peran uap air dalam menjebak panas, yang lebih dari sekadar karbon dioksida.

Komite Nobel juga memuji upaya Hasselman atas upayanya mengidentifikasi jejak iklim yang disebabkan oleh aktivitas alam dan manusia dan seberapa besar perubahan iklim dapat dikaitkan dengan emisi buatan manusia. "Dalam 30 hingga 100 tahun, tergantung pada berapa banyak bahan bakar fosil yang kita konsumsi, kita akan menghadapi perubahan iklim yang sangat signifikan," kata Hasselmann dalam sebuah wawancara tahun 1988, menurut sebuah pernyataan dari Max Planck Society di Jerman.

Hasselmann mendapat tepuk tangan meriah dari rekan-rekan kerjanya saat kabar (hadiah Nobel) tersebut tersiar. “Agak aneh bagi saya, dan butuh sedikit lebih lama bagi penonton untuk memahami (penelitian saya),” katanya "Secara pribadi, saya sangat bersyukur bahwa kaum muda telah mengambil peran di sini," tambahnya. (AFP/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya