Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Total Penerbangan Militer Inggris Evakuasi 15 Ribu orang dari Afghanistan

 Atikah Ishmah Winahyu
29/8/2021 10:24
Total Penerbangan Militer Inggris Evakuasi 15 Ribu orang dari Afghanistan
Pesawat Airbus KC2 Voyager milik militer Inggris yang membawa militer Inggris dan warga Afghanistan mendarat di Brize Norton, Inggris.(Justin TALLIS / AFP)

PENERBANGAN militer terakhir Inggris meninggalkan Kabul Sabtu (28/8) malam setelah mengevakuasi lebih dari 15.000 orang dalam dua minggu sejak Taliban menguasai Afghanistan, mengakhiri hampir 20 tahun kehadiran militer Inggris di negara itu.

“Penerbangan terakhir yang membawa personel Angkatan Bersenjata Inggris telah meninggalkan Kabul,” kata Kementerian Pertahanan Inggris.

Inggris pada Jumat (27/8) mengatakan misi evakuasinya akan berakhir dalam beberapa jam dan militernya tidak akan dapat menerbangkan warga Afghanistan yang memenuhi syarat untuk pemukiman kembali yang belum memasuki bandara Kabul.

“Kita harus bangga dengan angkatan bersenjata kita, menyambut mereka yang datang untuk kehidupan yang lebih baik dan sedih untuk mereka yang ditinggalkan,” kata Menteri Pertahanan Ben Wallace setelah penerbangan terakhir Inggris.

Inggris berada di pihak Washington sejak awal invasi pimpinan AS ke Afghanistan yang menggulingkan Taliban yang saat itu berkuasa sebagai hukuman karena menyembunyikan militan Al-Qaeda di balik serangan 11 September 2001. Lebih dari 450 personel angkatan bersenjata Inggris tewas selama dua dekade penempatan di negara itu.

Presiden Joe Biden telah menetapkan batas waktu 31 Agustus bagi militer AS untuk meninggalkan Afghanistan, sementara pasukan sekutu termasuk Inggris telah memilih untuk pergi sebelum itu.

Inggris juga telah menangguhkan operasi kedutaan di Afghanistan.

Wallace memperkirakan pada Jumat (27/8) bahwa antara 800 dan 1.100 warga Afghanistan yang telah bekerja dengan Inggris dan memenuhi syarat untuk pemukiman kembali tidak akan berhasil keluar melalui udara, dan berjanji untuk membantu mereka jika mereka bisa pergi melalui darat.

Kepala angkatan bersenjata Inggris Jenderal Nick Carter mengatakan pada Sabtu bahwa totalnya akan mencapai ratusan.

“Orang-orang seperti saya, kami selamanya menerima pesan dan teks dari teman-teman Afghanistan kami yang sangat menyedihkan. Kami menjalani ini dengan cara yang paling menyakitkan," kata Carter.

Kerja sama Taliban?

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memuji angkatan bersenjata Inggris.

“Saya ingin berterima kasih kepada semua orang yang terlibat dan ribuan orang yang telah mengabdi selama dua dekade terakhir. Anda bisa bangga dengan apa yang telah Anda capai,” katanya.

Carter mengatakan Inggris dan sekutunya mungkin bekerja sama dengan Taliban di masa depan untuk mengatasi ancaman dari kelompok militan ISIS. 

Kelompok ISIS yang merupakan musuh kedua negara Barat dan Taliban, mengaku bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri di luar bandara Kabul pada Kamis yang menewaskan puluhan orang, termasuk 13 anggota militer AS.

“Jika Taliban mampu menunjukkan bahwa mereka dapat berperilaku dengan cara pemerintah normal akan berperilaku sehubungan dengan ancaman teroris, kami mungkin (dapat) beroperasi bersama,” kata Carter.

“Tapi kita harus menunggu dan melihat. Tentu saja beberapa cerita yang kami dapatkan tentang cara mereka memperlakukan musuh mereka berarti akan sangat sulit bagi kami untuk bekerja dengan mereka saat ini,” tambahnya.

Johnson membahas situasi Afghanistan dengan Kanselir Jerman Angela Merkel pada hari Sabtu (28/8), ketika kedua pemimpin sepakat bahwa negara-negara G7 harus mengambil pendekatan bersama untuk berurusan dengan pemerintah Taliban di masa depan.

"Perdana Menteri menekankan bahwa setiap pengakuan dan keterlibatan dengan Taliban harus bergantung pada mereka yang memungkinkan perjalanan yang aman bagi mereka yang ingin meninggalkan negara itu dan menghormati hak asasi manusia," kata kantor Johnson. (Aiw/Straitstimes/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya