Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
MENTERI Luar Negeri RI Retno Marsudi menyatakan pemerintah sempat berencana untuk menggunakan pesawat sipil untuk mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Afghanistan. Namun, rencana itu batal direalisasikan, karena ada perubahan kebijakan di lapangan.
"Seperti diketahui, area bandara saat ini tidak diperkenankan pesawat sipil untuk mendarat. Makanya, karena ada perubahan kebijakan di lapangan, kita harus menggunakan pesawat militer," ungkap Retno dalam wawancara khusus via zoom dengan tim Media Indonesia, Selasa (24/8).
Baca juga: Berhasil Evakuasi WNI dari Afghanistan, Menlu Sebut Negara Hadir
Untuk melakukan proses evakuasi, lanjut Retno, pihaknya berkomunikasi dengan semua pihak yang dapat berkontribusi bagi keselamatan WNI di Afghanistan. "Saya yakin tanpa komunikasi dengan banyak pihak, tidak mungkin evakuasi ini dapat berjalan dengan baik," imbuhnya.
Menyoroti area bandara misalnya, pihaknya pun berkomunikasi dengan NATO. Sebab, pengelolaan bandara dilakukan oleh negara-negara anggota NATO. Selain itu, pemerintah juga berkomunikasi dengan otoritas Turki, Amerika Serikat dan markas NATO yang ada di Brussel.
"Kita juga bicara dengan Belanda, Norwegia, untuk mereka mendorong agar siapa pun yang ada di lapangan, dapat segera memberikan izin untuk landing. Karena pernah ada satu peristiwa di mana itu dialami upaya evakuasi," tutur Retno.
Baca juga: DPR RI Apresiasi Evakuasi WNI dari Afghanistan
"Kita sudah sampai bandara, itu belum tentu kita bisa masuk ke pesawat. Karena ada pintu-pintu NATO yang belum tentu bisa dibuka dan sebagainya," sambungnya.
Retno mengakui dalam beberapa hari terakhir, dirinya tidak bisa lepas dari ponsel untuk terus memantau situasi di Afghanistan. "Saya tembusin agar hambatan bisa dilepas. Selain di lapangan, kita juga koordinasi di titik-titik capital para pembuat kebijakan, agar dapat memerintahkan lapangan memberikan kemudahan bagi upaya evakuasi," jelas Retno.(OL-11)
RENCANA pemerintah Indonesia untuk mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Iran dan Israel menghadapi sejumlah tantangan di lapangan.
KEMENTERIAN Luar Negeri (Kemenlu) dan Kedutaan Besar RI (KBRI) di Phnom Penh telah memulangkan jenazah seorang warga negara Indonesia (WNI) berinisial MF dari Kamboja pada Rabu (18/6).
Pemerintah Indonesia menetapkan status Siaga I bagi wilayah Iran dan bersiap mengevakuasi WNI yang bersedia.
Ratusan WNI tersebut merupakan peserta program magang pendidikan yang berada di Kota Arafat, wilayah selatan Israel.
Ancaman serangan terhadap instalasi nuklir di Iran ini juga tentunya mengancam keselamatan penduduk sipil termasuk WNI.
Proses pemulangan difasilitasi oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Amman, Yordania.
KEMENTERIAN Luar Negeri (Kemenlu) memulai evakuasi Warga Negara Indonesia (WNI) dari Iran pada Jumat (20/6) menyusul memburuknya situasi akibat perang yang kian intens antara Iran dan Israel.
Kemenlu RI menyatakan bahwa instalasi nuklir di Iran tidak dapat diserang dalam keadaan apa pun karena dapat membahayakan keselamatan manusia dan merusak lingkungan hidup.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved