Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Banjir Masa Depan Gusur 2,7 Juta Orang Afrika

Mediaindonesia.com
05/8/2021 00:50
Banjir Masa Depan Gusur 2,7 Juta Orang Afrika
Daerah permukiman dan ladang pertanian terendam banjir di pinggiran Beledweyne, Somalia.(AFP/Luis Tato. )

SATU laporan ilmu iklim PBB yang bocor, dilihat secara eksklusif oleh AFP, memperkirakan banjir di masa depan akan menggusur 2,7 juta orang di Afrika setiap tahun. Musibah ini dapat berdampak kepada 85 juta orang sehingga terpaksa meninggalkan rumah mereka pada 2050.

Pemanasan hanya 1,5 derajat celsius--target kenaikan suhu Perjanjian Paris yang paling ambisius--akan membuat dua atau tiga kali lebih banyak orang terkena dampak banjir di Kolombia, Brasil, dan Argentina, empat kali lebih banyak di Ekuador dan Uruguay, dan lonjakan lima kali lipat di Peru, kata laporan IPCC.

Sebagian besar peristiwa banjir dalam laporan yang diungkapkan pada Rabu (4/8) disebabkan oleh curah hujan yang berlebihan, diikuti oleh gelombang badai, salju atau pencairan es, dan jebolnya bendungan.

Penulis utama studi, Beth Tellman, seorang peneliti di Institut Bumi Universitas Columbia dan salah satu pendiri perusahaan analisis banjir Cloud to Street, mengatakan penelitian menunjukkan manfaat bangunan dalam tindakan pencegahan banjir untuk perencanaan perdesaan dan perkotaan. "Sudah diketahui bahwa pengeluaran US$1 untuk manajemen dan pencegahan bencana dapat menghemat hingga US$6 untuk upaya bantuan dan pemulihan," katanya.

Dalam komentar terkait, Brenden Jongman, seorang ahli di Bank Dunia, mengatakan database banjir merupakan langkah penting dalam memahami hubungan antara perubahan iklim dan pembangunan sosial-ekonomi. "Teknologi satelit dapat melacak perubahan ekosistem pelindung sama seperti penggunaannya dalam memantau banjir dan perubahan populasi," katanya.

Baca juga: Populasi Dunia Terancam Banjir Naik Hampir 25% sejak 2000

"Namun, kombinasi terbaik dari infrastruktur dan pendekatan berbasis alam mungkin tidak cukup untuk menghadapi kenaikan permukaan laut. Satu-satunya pilihan bagi beberapa komunitas yaitu mereka keluar dari daerah rawan banjir," tambah Jongman. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya