Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Ebrahim Raisi Siap Lakukan Negosiasi Nuklir Lebih Efektif

Nur Aivanni
22/6/2021 10:47
Ebrahim Raisi Siap Lakukan Negosiasi Nuklir Lebih Efektif
Presiden terpilih Iran Ebrahim Raisi melakukan jumpa pers pertama setelah memenangi pemilihan presden Iran.(ATTA KENARE / AFP)

PRESIDEN terpilih Iran Ebrahim Raisi, pada Senin (21/6), mengatakan bahwa dia tidak akan membiarkan negosiasi nuklir demi negosiasi, dalam konferensi pers pertamanya sejak memenangi pemilu pada pekan lalu.

Raisi juga mengesampingkan pertemuan dengan Presiden AS Joe Biden, tetapi mengatakan tidak ada hambatan untuk melanjutkan hubungan diplomatik dengan Arab Saudi.

Raisi, 60, memenangi pemilu pada Jumat (18/6) di mana lebih dari separuh pemilih tidak berpartisipasi setelah banyak politisi kelas berat dilarang mencalonkan diri dan ketika krisis ekonomi yang didorong oleh sanksi AS telah menghantam negara itu.

Raisi, seorang ulama ultrakonservatif yang mengepalai peradilan Iran, akan menggantikan Presiden moderat Hassan Rouhani.

Rouhani suskes melakukan pencapaian pentingnya adalah kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan kekuatan dunia pada Agustus 2015.

"Setiap negosiasi yang menjamin kepentingan nasional pasti akan didukung, tapi kami tidak akan membiarkan negosiasi demi negosiasi," kata Raisi tentang pembicaraan kesepakatan nuklir tersebut. "Setiap pertemuan harus membuahkan hasil untuk bangsa Iran," tambahnya.

Dalam kesepakatan nuklir 2015, Iran menerima pembatasan pada kemampuan nuklirnya dengan imbalan adanya pelonggaran sanksi.

Namun, Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri tiga tahun kemudian dan meningkatkan sanksi. Itu kemudian mendorong republik Islam itu untuk menarik diri dari komitmen nuklirnya.

Pengganti Trump, Joe Biden, telah mengisyaratkan kesiapannya untuk kembali ke kesepakatan dan pihak-pihak negara -- juga termasuk Inggris, Tiongkok, Prancis, Jerman, dan Rusia -- belakangan ini telah merundingkan hal tersebut di Wina.

Diplomat tertinggi Uni Eropa Josep Borrell, pada Minggu (20/6), mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk percaya bahwa pemerintah Raisi akan mengambil posisi yang berbeda dalam pembicaraan tersebut dari pendahulunya.

Ketika ditanya oleh media Rusia apakah Raisi akan bertemu Biden dan mencoba untuk memperbaiki masalah di antara mereka jika pembicaraan nuklir menyebabkan AS mencabut sanksi terhadap Iran, Raisi pun menjawab dengan datar: "Tidak".

Raisi juga mengatakan pemerintahannya akan terbuka untuk memulihkan hubungan dengan musuh regional Iran, Arab Saudi.

"Tidak ada hambatan dari pihak Iran untuk membuka kembali kedutaan, tidak ada hambatan untuk menjalin hubungan dengan Arab Saudi," katanya.

Hubungan antara Teheran dan Riyadh terputus pada 2016 setelah pengunjuk rasa Iran menyerang misi diplomatik Saudi menyusul eksekusi kerajaan terhadap ulama Syiah yang dihormati. (AFP/Nur/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya