Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

WHO: Varian Virus Korona India-Afrika Selatan Ditemukan di AS

Nur Aivanni
14/5/2021 13:30
WHO: Varian Virus Korona India-Afrika Selatan Ditemukan di AS
Virus Covid-19(Ilustrasi)

EMPAT varian virus korona yang paling mengkhawatirkan telah terdeteksi di hampir semua negara dan wilayah Amerika, tetapi meskipun lebih mudah menular, tidak ada bukti bahwa mereka lebih mematikan. Hal itu disampaikan oleh pakar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Jairo Mendez kemarin.

Dalam webinar oleh Pan American Health Organisation (PAHO), ahli penyakit menular WHO itu mengatakan vaksin yang diberikan di wilayah tersebut memberikan perlindungan lebih terhadap varian tersebut.

Baca juga: Warga AS Diminta tidak Lakukan Perjalanan ke Israel

"Yang masih belum kami ketahui adalah apakah orang yang divaksinasi lengkap dan tidak sakit masih bisa menularkan virus ke orang lain. Masih banyak yang harus dipelajari," kata Mendez.

Varian terbaru, varian B.1.617 dari India, katanya, telah terdeteksi dalam kasus di delapan negara Amerika, termasuk Kanada dan Amerika Serikat.

Satu kasus sedang diselidiki, dan lainnya dengan varian itu adalah pelancong di Panama dan Argentina yang datang dari India atau Eropa. Di Karibia, kasus varian India telah terdeteksi di Aruba, Dutch St Maarten dan Guadeloupe.

B.117 yang lazim di Inggris telah ditemukan dalam kasus yang dilaporkan di 34 negara atau wilayah di Amerika, sedangkan varian B.1.351 dari Afrika Selatan telah dilaporkan di 17 negara atau wilayah di Amerika.

Sementara itu, kata pakar WHO itu, apa yang disebut Brasil dengan varian P.1 sejauh ini telah terdeteksi di 21 negara.

"Varian ini memiliki kapasitas transmisi yang lebih besar, tetapi sejauh ini kami belum menemukan konsekuensi tambahan apa pun," kata Mendez. "Satu-satunya kekhawatirannya adalah mereka menyebar lebih cepat," tambahnya.

Varian tersebut dikaitkan dengan kematian yang lebih tinggi, terangnya, karena peningkatan jumlah kasus covid-19, bukan karena virus itu telah bermutasi menjadi versi yang lebih mematikan. (Malay Mail/OL-6)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya