Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Rayakan Idulfitri, Taliban dan Afghanistan Mulai Gencatan Senjata

Atikah Ishmah Winahyu
13/5/2021 14:52
Rayakan Idulfitri, Taliban dan Afghanistan Mulai Gencatan Senjata
Suasana Masjid Abdul Rahman di Kabul, Afghanistan, saat Ramadan.(AFP)

GENCATAN senjata selama tiga hari disepakati Taliban dan pasukan Afghanistan pada Kamis (13/5) ini, atau bertepatan dengan Idulfitri. Kedua kubu terlibat bentrokan sengit selama berminggu-minggu.

Kesepakatan itu diusulkan para militan dan disetujui oleh Presiden Ashraf Ghani. Diketahui, kekerasan telah meningkat di negara itu sejak Amerika Serikat (AS) melewatkan tenggat waktu 1 Mei, yang disepakati dengan Taliban pada tahun lalu. Bahwasanya AS berjanji untuk menarik semua tentaranya.

Gencatan senjata kali ini akan menjadi jeda keempat dalam pertempuran hampir 20 tahun. Diharapkan memberi kelonggaran bagi warga Afghanistan untuk merayakan Idulfitri.

Baca juga: AS-UE Serukan Dimulainya Kembali Pembicaraan Damai Afghanistan

"Saya belum melihat kerabat saya yang tinggal di provinsi Logar selama satu tahun. Saya akan menggunakan kesempatan ini untuk pergi ke daerah yang dikuasai Taliban dan mengunjungi mereka," tutur Mustafa, seorang warga Kabul.

Puluhan ribu warga Afghanistan dilaporkan tewas dan jutaan orang lainnya mengungsi akibat konflik tersebut. Kelompok Taliban kembali menguasai sebagian besar wilayah Afghanistan.

Baca juga: Baku Tembak Taliban-Tentara Afghanistan Bentrok Kembali Terjadi

Militan dan pemerintah Afghanistan pun melancarkan pembicaraan damai pada September tahun lalu. Namun, kemajuan terhenti meski ada upaya internasional untuk memulai perundingan.

Gencatan senjata di masa lalu sebagian besar sudah dilaksanakan. Dalam hal yang dianggap secara luas sebagai latihan oleh kepemimpinan Taliban. Tujuannya, membuktikan bahwa mereka memiliki kendali yang kuat atas berbagai faksi di seluruh negeri untuk membentuk gerakan garis keras.

"Dia (pemimpin Taliban Hibatullah Akhundzada) ingin menunjukkan bahwa dia adalah penguasa perang dan perdamaian," ujar analis politik Afghanistan Fawad Kochai, yang berbasis di Kabul.(France24/OL-11)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya