Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Merkel Desak Putin Tarik Pasukan dari Perbatasan Ukraina

Atikah Ishmah Winahyu
09/4/2021 11:03
Merkel Desak Putin Tarik Pasukan dari Perbatasan Ukraina
KANSELIR Jerman Angela Merkel(HANNIBAL HANSCHKE / POOL / AFP)

KANSELIR Jerman Angela Merkel pada Kamis (8/4) meminta Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menarik kembali pembangunan militer di dekat perbatasan negara dengan Ukraina di tengah ketegangan yang meningkat di wilayah Donbas yang dilanda konflik.

Pasukan pemerintah Ukraina telah memerangi separatis yang didukung Rusia di wilayah Donetsk dan Lugansk timur negara itu, yang merupakan bagian dari Donbas, sejak pemberontak merebut sebagian wilayah di sana pada April 2014.

Baca juga: AS Makin Prihatin dengan Aktivitas Rusia di Perbatasan Ukraina

Kekhawatiran akan meningkatnya permusuhan telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir, dengan Ukraina meningkatkan kewaspadaan tentang peningkatan pasukan Rusia di sepanjang perbatasan bersama negara-negara itu dan memperbaharui bentrokan garis depan.

"Kanselir menuntut agar pembangunan ini dibatalkan untuk meredakan situasi," kata pemerintah Jerman, membaca isi panggilan telepon antara Merkel dan Putin.

Kremlin dalam panggilan tersebut mengatakan bahwa, “Vladimir Putin mencatat tindakan provokatif oleh Kyiv yang dengan sengaja memperburuk situasi di sepanjang jalur kontak.”

Di hari yang sama Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan Amerika Serikat sedang mendiskusikan pergerakan pasukan Rusia dengan sekutu NATO-nya.

"Rusia sekarang memiliki lebih banyak pasukan di perbatasan dengan Ukraina daripada sebelumnya sejak 2014," kata Psaki kepada wartawan, merujuk pada periode ketika Rusia mencaplok wilayah Krimea di Ukraina.

“Lima tentara Ukraina telah tewas dalam minggu ini saja. Ini semua sangat memprihatinkan,” tambahnya.

Zelenskyy mengunjungi garis depan

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy terbang ke garis depan konflik Donbas pada Kamis.

Gambar yang dirilis oleh kantor Zelenskyy menunjukkan pemimpin berusia 43 tahun itu berada di parit mengenakan helm dan rompi antipeluru, membagikan penghargaan kepada tentara Ukraina dan menjabat tangan mereka.

“Terima kasih telah membuat warga tenang dan mempertahankan tanah kami,” kata Zelenskyy kepada pasukan selama perjalanan.

“Anda adalah contoh nyata dari kepahlawanan dan dedikasi. Kami ingat setiap pejuang yang mati karena mempertahankan negara kami,” imbuhnya.

Zelenskyy awal pekan ini meminta NATO untuk meletakkan jalan bagi Ukraina untuk bergabung dengan blok militer, yang ekspansinya ditentang keras oleh Moskow, dengan mengatakan itu adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri konflik di Donbas.

Dia mengatakan langkah itu akan mencegah Rusia, yang mencaplok Semenanjung Krimea Ukraina pada Maret 2014 setelah pemberontakan yang menggulingkan mantan Presiden Kremlin Viktor Yanukovych.

Zelenskyy menuduh Rusia meregangkan otot militernya atas pembangunan pasukan di sepanjang perbatasan bersama mereka. Rusia sebelumnya mengatakan pasukannya tidak menimbulkan ancaman dan bersifat defensif, tetapi mereka akan tetap di sana selama Moskow mau.

Namun, Moskow pada Selasa mengumumkan telah memulai pemeriksaan yang direncanakan atas kesiapan tempur tentaranya yang melibatkan ribuan latihan.

Pejabat Kremlin memperingatkan 'akhir Ukraina'

Menambah kekhawatiran tentang kemungkinan konfrontasi skala besar yang akan segera terjadi, seorang pejabat tinggi Kremlin pada Kamis mengatakan Rusia dalam keadaan tertentu dapat dipaksa untuk membela warganya di Donbas.

Wakil kepala pemerintahan kepresidenan Rusia Dmitry Kozak, mengatakan bahwa pemerintah Ukraina seperti anak-anak yang bermain dengan korek api.

"Saya mendukung penilaian bahwa awal aksi militer ini akan menjadi awal dari akhir Ukraina," katanya.

Moskow membantah ikut campur di Donbas, tetapi Ukraina dan beberapa negara Barat mengatakan pasukan separatis di wilayah itu telah dipersenjatai, dipimpin, didanai dan dibantu oleh Rusia.

Sementara gencatan senjata menghentikan perang skala penuh di daerah itu pada 2015, bentrokan sporadis tidak pernah berhenti. Lebih dari 14.000 orang tewas dalam pertempuran itu, menurut perkiraan yang dibuat oleh Kyiv. (Aljazeera/X-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Victor Nababan
Berita Lainnya