TURKI, Selasa (6/4), memanggil duta besar Tiongkok setelah kedutaan besar 'Negeri Tirai Bambu' itu menggunakan media sosial untuk menyerang dua politisi Turki yang mengkritik perlakuan terhadap warga muslim minoritas Uighur di Zinjiang.
Kedutaan Besar Tiongkok menegaskan mengecam keras pemimpin Good Party Meral Aksener dan Wali Kota Ankara karena mencicit soal insiden pada April 1990 antara kelompok separatis Uighur dengan militer Tiongkok.
Insiden itu berujung pada penangkapan massal warga Uighur dengan puluhan ribu warga etnik minoritas itu melarikan diri ke Turki.
Baca juga: PBB Terima Laporan Tanzania Tolak 1.000 Pengungsi Mozambik
Aksener, pendiri partai sayap kanan yang menentang Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, mencicit bahwa Turki tidak akan diam saja membiarkan penindasan terhadap warga Uighur.
"Turki akan berjuang untuk mendukung kemerdekaan warga Uighur dan pendirian Republik Turkestan Timur," cicitnya.
Yavas, pemimpin partai oposisi utama Turki, CHP, mencicit bahwa Turki masih merasakan sakit dari pembantaian di Turkestan Timur hingga hari ini.
Amnesty International menyebut insiden pada 1990 terjadi akibat aksi demonstrasi yang dilakukan kelompok nasionalis Islam Uighur yang mengakibatkan banyak orang tewas.
Duta Besar Tiongkok untuk Turki Liu Shaobin dipanggil oleh Kementerian Luar Negeri Turki setelah kantornya menegaskan, "Tiongkok memiliki hak untuk menanggapi pernyataan dari Aksener dan Yavas.
"Tiongkok dengan tegas siap melawan pernyataan dari individu atau kelompok yang mempertanyakan kedaulatan dan integritas wilayah mereka," cicit Kedutaan Besar Tiongkok di Turki sembari menge-tag akun Twitter Aksener dan Yavas.
Kementerian Luar Negeri Turki telah menyamapaikan keresahan Ankara mengenai cicitan Kedutaan Besar Tiongkok itu. (AFP/OL-1)