Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Jepang Kenang 10 Tahun Bencana Gempa dan Tsunami

Atikah Ishmah Winahyu
11/3/2021 15:54
Jepang Kenang 10 Tahun Bencana Gempa dan Tsunami
Kaisar Jepang Naruhito dan Permaisuri Masako memberikan penghormatan.(AFP)

JEPANG memberikan penghormatan kepada hampir 20 ribu korban gempa bumi dan tsunami dahsyat yang melanda 10 tahun lalu. Bencana itu menghancurkan sejumlah kota pesisir dan memicu bencana nuklir terburuk di dunia sejak insiden Chernobyl.

Warga di seluruh negeri mengheningkan cipta selama satu menit pada Kamis (11/3) pukul 14.46 waktu setempat. Tepatnya ketika gempa berkekuatan 9,0 SR melanda lepas pantai timur laut Jepang pada 11 Maret 2011.

Gempa tersebut memicu tsunami besar yang menyapu jauh ke pedalaman, menyebabkan kehancuran di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi. Lebih dari 160 ribu penduduk mengungsi saat radiasi dimuntahkan ke udara.

Baca juga: PBB: Radiasi Nuklir tidak Merusak Kesehatan Warga Fukushima

Sejumlah warga, beberapa membawa karangan bunga, berjalan ke pantai atau kuburan untuk berdoa bagi keluarga dan rekan yang menjadi korban tsunami. Adapun Kaisar Naruhito dan Perdana Menteri Yoshihide Suga bergabung untuk mengenang para korban pada upacara peringatan di Tokyo, Jepang.

Berbicara di gedung teater nasional, Kaisar Naruhito menyebut kenangan tak terlupakan dari tragedi itu bertahan selama satu dekade. “Banyak yang menderita. Namun, mereka berusaha untuk bangkit dan saling membantu satu dengan yang lain," tutur Naruhito.

Acara peringatan tahunan berlangsung dengan peserta yang lebih kecil dari biasanya. Sebab, wilayah Jepang tengah dalam situasi darurat akibat pandemi covid-19.

Perdana Menteri Suga mengatakan tantangan yang dihadapi para penyintas semakin diperparah pandemi dan bencana terbaru. Seperti, gempa berkekuatan besar belum lama ini, yang diklasifikasikan sebagai gempa susulan dari bencana 2011 lalu. Namun menurutnya, Jepang dapat mengatasi setiap krisis dengan keberanian dan harapan.

Di wilayah Tohoku yang terpukul paling parah, bencana telah membuat para penyintas berjuang untuk mengatasi kesedihan karena kehilangan keluarga dan seluruh komunitas akibat gelombang setinggi 15 meter.

Baca juga: Paus Fransiskus Minta Tingkatkan Bantuan untuk Korban Fukushima

Saat matahari terbit di Kota Hisanohama pada Kamis ini, Toshio Kumaki, pria berusia 78 tahun, sedang berjalan di sepanjang tembok laut raksasa yang dibangun pascatsunami. "Saya datang ke sini setiap pagi untuk jalan-jalan. Tapi, ini hari yang istimewa," ucapnya yang kemudian berdoa ke arah matahari terbit.

Sekitar 60 orang tewas di Ohisa, salah satu distrik di dekat pantai, ketika tsunami menyapu pantai, kecuali sebuah kuil kecil. Mata Kumaki berkaca-kaca saat mengingat bencana itu. “Hari yang sangat menakutkan,” imbuhnya.

Pemerintah Jepang telah menghabiskan biaya US$300 miliar untuk membangun kembali wilayah yang terdampak tsunami. Namun, daerah di sekitar pembangkit listrik Fukushima tetap terlarang. Sebab, masih ada kekhawatiran terkait tingkat radiasi nuklir.(Aljazeera/OL-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya