Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Meski Internet Mati, Puluhan Ribu Warga Myanmar Demo soal Kudeta

Nur Aivanni
07/2/2021 08:51
Meski Internet Mati, Puluhan Ribu Warga Myanmar Demo soal Kudeta
Aksi demonstrasi menentang kudeta militer Myanmar di Yangon.(AFP/ Ye Aung Thu)

PULUHAN ribu orang turun ke jalan di Myanmar, Sabtu (6/2), dalam demonstrasi besar pertama sejak militer merebut kekuasaan. Aksi demo tersebut dilakukan di tengah pemadaman internet secara nasional yang diberlakukan untuk membungkam perbedaan pendapat.

Di kota utama Yangon, pengunjuk rasa memprotes kediktatoran militer dan membawa gambar pemimpin yang digulingkan Aung San Suu Kyi dan Win Myint, yang partainya memenangkan pemilu, November lalu.

Militer menahan keduanya, Senin (1/2) pagi dan mereka tidak pernah terlihat di depan umum sejak itu.

"Beri tahu pada dunia apa yang terjadi di sini," kata salah satu pengunjuk rasa. "Dunia perlu tahu!"

Baca juga: Twitter Kutuk Langkah Myanmar Blokir Akses ke Platform-nya

Militer mematikan internet di seluruh negeri dalam upaya menghentikan aksi protes.

NetBlocks Internet Observatory melaporkan konektivitas turun menjadi 16% dari tingkat biasa menjelang sore. Militer juga memblokir Facebook, Twitter, dan Instagram.

Wakil Direktur Divisi Asia Human Rights Watch Phil Robertson mengatakan militer Myanmar telah menunjukkan mereka yakin dapat menutup dunia dan melakukan apa pun yang mereka inginkan.

MRTV, yang dikelola pemerintah, memainkan adegan-adegan yang memuji militer sepanjang hari pada Sabtu (6/2).

Meskipun internet mati, beberapa ribu pengunjuk rasa berkumpul di dekat Universitas Yangon. Banyak yang memakai ikat kepala berwarna merah, warna Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), dan mengangkat tangan memberi hormat tiga jari, sebuah gerakan yang juga digunakan oleh pengunjuk rasa prodemokrasi Thailand yang melambangkan perlawanan.

"Saya selalu tidak menyukai militer, tetapi sekarang saya benar-benar muak dengan mereka," kata Maea, 30.

Barisan polisi antihuru hara memblokade jalan-jalan di dekatnya dan dua truk meriam air diparkir di dekatnya. Beberapa pengunjuk rasa kemudian bubar, tetapi yang lain tetap berada di tempat kejadian.

Menurut Agence France-Presse, hingga sore hari, tidak ada bentrokan yang terjadi.

Setidaknya dua kelompok demo lainnya melakukan unjuk rasa melalui bagian lain kota utama Myanmar. AFP melaporkan ada sebanyak 2.000 orang berunjuk rasa lebih jauh ke utara di Mandalay.

Aksi protes yang dilakukan pada Sabtu (6/2) tersebut adalah yang terbesar sejak militer merebut kekuasaan pekan lalu. Pengambilalihan kekuasaan itu kemudian memicu kemarahan di dalam negeri dan juga mendapat banjir kecaman dari dunia internasional.

Myanmar menghabiskan sekitar lima dekade di bawah rezim militer yang represif sebelum melakukan transisi ke sistem yang lebih demokratis pada 2011.

"Ini tidak dapat diterima dan tidak bermoral dan kami perlu memberi tahu mereka. Kami membutuhkan lebih banyak orang untuk bergabung dengan kami," kata, Sai 28.

Para pejalan kaki menyemangati para pengunjuk rasa, dengan para pengemudi memberikan hormat tiga jari sebagai tanda solidaritas.

Gerakan pembangkangan sipil telah berkembang dalam beberapa hari terakhir, dengan banyak dokter dan guru menolak bekerja.

Setiap malam sekitar pukul 20.00 waktu setempat, suara dentang logam terdengar di seluruh Yangon saat penduduk memukul panci dan wajan sebagai bentuk solidaritas. (The Guardian/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya