Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Putin Ajukan RUU untuk Perpanjang Pakta Nuklir dengan AS

Nur Aivanni
27/1/2021 14:33
Putin Ajukan RUU untuk Perpanjang Pakta Nuklir dengan AS
Presiden Rusia Vladimir Putin(AFP/ MIKHAIL KLIMENTYEV)

PRESIDEN Rusia Vladimir Putin mengajukan RUU ke parlemen yang akan memperpanjang selama lima tahun pakta nuklir utama dengan Amerika Serikat, Selasa (26/1). Pakta tersebut akan berakhir pekan depan.

Perjanjian New START, yang ditandatangani pada 2010, membatasi 1.550 jumlah hulu ledak nuklir yang dapat digunakan oleh Moskow dan Washington, yang mengendalikan persenjataan nuklir terbesar di dunia.

Rancangan undang-undang yang diajukan Putin tersebut muncul di situs web majelis rendah parlemen Rusia, Duma Negara, pada Selasa (26/1) malam.

"Pada 26 Januari 2021, Rusia dan Amerika Serikat mencapai kesepakatan tentang perpanjangan perjanjian," bunyi catatan penjelasan yang terlampir pada RUU tersebut, yang diterbitkan di situs web Duma Negara.

Dikatakan, kedua belah pihak pada prinsipnya sepakat untuk memperpanjang New START selama lima tahun.

Kantor berita negara bagian RIA Novosti, mengutip Kepala Urusan Luar Negeri di Majelis Rendah Leonid Slutsky, mengatakan Duma Negara dapat mempertimbangkan RUU tersebut paling cepat Rabu.

Undang-undang itu dipublikasikan setelah Putin dan Presiden baru AS Joe Biden melakukan pembicaraan melalui sambungan telepon pertama mereka.

Baca juga: Biden akan Perpanjang Perjanjian New START

Setelah panggilan itu, Kremlin mengatakan dalam sebuah pernyataan kedua pemimpin telah menyatakan kepuasan atas pembicaraan terkait perpanjangan pakta itu.

Pernyataan tersebut juga mengatakan dalam beberapa hari mendatang kedua pihak akan memastikan fungsi lebih lanjut dari mekanisme hukum internasional yang penting tersebut untuk saling membatasi persenjataan rudal nuklir.

Negosiasi untuk memperpanjang perjanjian telah terhenti selama masa jabatan mantan Presiden AS Donald Trump, dengan pemerintahannya bersikeras bahwa Tiongkok harus bergabung dengan kesepakatan tersebut, meskipun Beijing dengan tegas menolak gagasan tersebut.

Di bawah kepemimpinan Trump, Washington menarik diri dari dua perjanjian internasional utama, yaitu kesepakatan nuklir Iran dan perjanjian Open Skies.(AFP/OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya