Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Indonesia Dinilai Bisa Merintis Perdamaian di Afghanistan

Indriyani Astuti
25/12/2020 21:15
Indonesia Dinilai Bisa Merintis Perdamaian di Afghanistan
Ketua Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla berbincang dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani(MI/Emir Chairullah)

LANGKAH pemerintah Indonesia menjadi juru perdamaian diyakini bisa membawa perubahan dalam konflik antara pemerintah Afghanistan dan Taliban. Dalam pertemuan Mantan Wakil Presiden Indonesia sekaligus Ketua Dewan Masjid Jusuf Kalla di Kabul engan pemerintah Afghanistan, beberapa waktu lalu, Indonesia diminta melakukan mediasi antara pemerintah Afghanistan dengan Taliban.

Pada pertemuan itu, Jusuf Kalla juga mengajak Majelis Ulama Indonesia (MUI) ikut terlibat dalam mewujudkan perdamaian di Afghanistan. Ia meminta para ulama mengambil peran dengan mengundang tokoh Taliban dan pihak Pemerintah Afghanistan untuk berdialog di Jakarta.

Menanggapi rencana tersebut, Kepala Program Studi Kajian Terorisme, Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia Muhammad Syauqillah mengatakan, rencana tersebut bagus dalam rangka menjalankan amanat konstitusi bahwa Indonesia ikut serta dalam perdamaian dunia.

"Rintisan dialog sudah berlangsung beberapa kali setidaknya memperlihatkan upaya Indonesia yang serius tentang hal ini," ujarnya ketika dihubungi Media Indonesia, Jumat (25/12).

Menurutnya berhasil atau tidaknya rencana tersebut tergantung pada para pihak yang berkonflik. Ia menuturkan selain berbicara kepada kalangan internal, Indonesia setidaknya perlu juga menyampaikan kepada masyarakat internasional tentang peran Indonesia untuk Afghanistan murni berkaitan dengan kemanusiaan.

Baca juga : Presiden Afghanistan Ajak JK Jadi Mediator dengan Thaliban

Selain itu, apabila berhasil, tentunya menurut Syauqi akan memperkuat reputasi Indonesia di mata global.

"Reputasi Indonesia di mata masyarakat internasional dan dunia Islam," tukasnya.

Senada, Wakil Direktur Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia Abdul Muta'ali menyampaikan Afghanistan punya sejarah panjang dalam konflik. Menariknya, konflik dengan musuh ekternal bisa diselesaikan dengan baik dan tuntas, tapi justru konflik internal sesama faksi-faksi yang ada hingga hari ini belum selesai.

Ia menjelaskan, ketika masih menjabat sebagai Wapres, Jusuf Kalla cukup piawai memyulam sedikit demi sedikit robeknya konflik internal Afghanistan.

"Kita tahu ada pejabat duta besar dan keluarga KBRI yang tewas imbas karena konflik internal ini. Bahkan bukan hanya Jusuf Kalla, presiden Jokowi pun pernah berkunjung ke Afghanistan dan menawarkan Islam Nusantara. Artinya, Indonesia sebagai bangsa cukup disegani dalam rangka mengurai konflik," paparnya.

Menurutnya kompleksitas Indonesia luar biasa. Bukan hanya bahasa tapi budaya dan agama. Indonesia hingga saat ini kokoh dengan ujian keanekaragaman. Selain itu, reformasi Indonesia 1998 bisa menjadi bukti kuatnya kebangsaan Indonesia.

Sedangkan Afghanistan dan beberapa dengan seperti Timur Tengah, tidak memiliki ketahanan kebangsaan dengan konflik. Ketahanan kebangsaan Indonesia, imbuhnya, tidak terlepas dari fatsun keislaman Masyarakat Indonesia yang moderat (wasathi)

"Saya melihat diinvite-nya JK bukan sekedar ketokohan JK-nya tapi juga ketahanan Indonesia secara keseluruhan," terangnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya