Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Donald Trump Ingin Serang Fasilitas Nuklir Iran

Mediaindonesia.com
17/11/2020 20:16
Donald Trump Ingin Serang Fasilitas Nuklir Iran
.(AFP/Atta Kenare)

DUA bulan sebelum dia akan meninggalkan kantor, Presiden Amerika Serikat Donald Trump bertanya kepada para asistennya tentang kemungkinan menyerang fasilitas nuklir Iran.

Menurut laporan The New York Times, Senin (17/11), selama pertemuan di Oval Office, beberapa waktu lalu, pemimpin Republik yang akan lengser itu bertanya kepada beberapa pembantu utama, termasuk Wakil Presiden Mike Pence, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, dan ketua Kepala Gabungan, Jenderal Mark Milley. Ia bertanya ada tidaknya opsi baginya untuk mengambil tindakan terhadap situs nuklir utama Iran dalam beberapa pekan mendatang.

Para pejabat senior itu sontak menghalangi presiden untuk bergerak maju dengan serangan militer. Mereka memperingatkannya, tulis Times, bahwa serangan semacam itu dapat meningkat menjadi konflik yang lebih luas pada minggu-minggu terakhir masa kepresidenannya.

Juru bicara pemerintah Iran Ali Rabiei mengatakan setiap tindakan militer akan ditanggapi dengan tanggapan yang menghancurkan. Akan tetapi, dia secara pribadi merasa tidak mungkin Washington ingin menciptakan ketidakstabilan.

"Tanggapan ringkas kami selalu bahwa setiap tindakan terhadap rakyat Iran akan ditanggapi dengan tanggapan yang menghancurkan," kata Rabiei pada konferensi pers, Selasa (17/11).

Dia mengatakan itu pendapat pribadinya, bukan dari juru bicara pemerintah. Artinya, mungkin ada upaya tetapi dia tidak berharap bahwa mereka ingin membawa ketidakamanan kepada dunia dan kawasan.

Trump dilaporkan meminta pembantunya untuk opsi setelah laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan bahwa Iran terus menimbun uranium yang diperkaya rendah di atas batas yang ditetapkan oleh perjanjian pada 2015 dengan negara-negara besar. Ini terjadi sejak perjanjian itu ditinggalkan Trump.

Menurut Times, target yang paling mungkin dari serangan semacam itu yakni pabrik bahan bakar nuklir utama negara itu di Natanz, Iran tengah. Penarikan Trump dari perjanjian nuklir pada 2018 diikuti oleh penerapan kembali secara sepihak sanksi ekonomi yang melumpuhkan Iran. Artinya, hal tersebut menangguhkan beberapa kewajiban Iran berdasarkan kesepakatan tersebut.

Pemerintah Eropa yang telah berjuang untuk mempertahankan kesepakatan itu telah didukung oleh proyeksi kemenangan dari Demokrat Joe Biden dalam pemilihan presiden AS dua minggu lalu. Hal tersebut meningkatkan prospek pendekatan diplomatik baru dari Gedung Putih.

Namun pemerintahan Trump, yang belum mengakui kekalahan, berjanji untuk meningkatkan kebijakan hukumannya kepada Iran. Beberapa analis melihatnya sebagai upaya untuk membangun tembok sanksi yang sulit dibongkar oleh pemerintahan Biden setelah ia menjabat pada Januari nanti. (AFP/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya