Headline

DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.

Warga Palestina Berduka sang Ikon Saeb Erekat Tiada

Mediaindonesia.com
11/11/2020 19:20
Warga Palestina Berduka sang Ikon Saeb Erekat Tiada
.(AFP/Hazem Bader)

WARGA Palestina pada Rabu (11/11) berduka atas negosiator veteran mereka, Saeb Erekat, yang meninggal dalam usia 65 tahun karena komplikasi virus korona. Ini ditandai dengan pengibaran bendera setengah tiang. Mereka pun tengah berharap bahwa proses perdamaian yang terhenti dengan Israel dapat dihidupkan kembali di bawah kepresidenan Joe Biden.

Erekat--yang meninggal Selasa (10/11) di rumah sakit Hadassah Ein Kerem Yerusalem--mendapat pujian dari para pemimpin di seluruh dunia atas keyakinannya yang teguh bahwa negosiasi dapat mengakhiri konflik Timur Tengah dan mengarah pada pembentukan negara Palestina.

Presiden Palestina Mahmud Abbas memuji Erekat sebagai pejuang hebat bagi rakyatnya. Ia menyelenggarakan upacara peringatan resmi di kompleks kepresidenannya di Ramallah di Tepi Barat yang diduduki Israel.

Erekat merupakan penerima transplantasi paru yang menderita fibrosis paru. Setelah tertular virus korona baru, prospek kesembuhannya meredup mengingat riwayat penyakit pernapasannya.

Setelah upacara militer yang dihadiri oleh para pejabat tinggi Otoritas Palestina, jenazah Erekat diangkut ke kota asalnya, Yerikho, untuk dimakamkan.

Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki menggambarkan Erekat sebagai ikon perjuangan Palestina. "Dia adalah seorang diplomat dalam segala hal," kata Maliki kepada TV Palestine.

Erekat menjadi bagian dari hampir setiap negosiasi perdamaian besar dengan Israel dan dihormati oleh banyak orang di negara Yahudi tersebut atas komitmennya pada solusi damai dua negara.

Baik Perdana Menteri sayap kanan Israel Benjamin Netanyahu maupun Presiden Reuven Rivlin tidak memberikan belasungkawa publik setelah kematian Erekat.

Di tahun-tahun terakhirnya, Erekat menyaksikan dengan putus asa solusi dua negara yang telah lama dia perjuangkan menghadapi rintangan yang menggunung.

Itu termasuk runtuhnya mitra perdamaian di kiri Israel ketika negara itu bergerak ke kanan di bawah Netanyahu dan ekspansi permukiman Yahudi yang gigih di Tepi Barat yang diduduki.

Kepala wadah pemikir International Crisis Group mengatakan, "Kematian Erekat menandai akhir dari era Israel dan Palestina berusaha untuk menegosiasikan solusi damai untuk konflik mereka. Dia mewujudkan era itu, dengan segala harapan dan semua frustrasinya."

Proses perdamaian lebih jauh mundur lagi dengan terpilihnya Presiden AS Donald Trump yang dicerca oleh orang-orang Palestina karena biasnya terhadap Israel.

Namun, analis Palestina Nour Odeh mengatakan kepada AFP bahwa hingga kematiannya, Erekat selalu berharap, selalu percaya (perdamaian) dapat dicapai. "Dia tidak kenal lelah. Dia keras kepala. Dia yakin konflik ini akan berakhir dan pendudukan ini akan berakhir," katanya.

Odeh mengatakan bahwa seperti semua orang Palestina, Erekat akan bersukacita karena Donald Trump akan keluar dari Gedung Putih.

"Joe Biden bukan Donald Trump. Jadi kami mengharapkan kewarasan di Gedung Putih, kesopanan, dan lebih seimbang," katanya. Ada optimisme terukur, imbuhnya, di antara warga Palestina tentang prospek kerja sama dengan pemerintahan Biden.

Mengomentari kematian Erekat, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres berkata, "Sekaranglah waktunya untuk melanjutkan pekerjaan krusialnya. Caranya dengan memperbarui negosiasi menuju solusi dua negara yang adil dan berkelanjutan. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya