Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Munculnya Teori Konspirasi Antisemit Terkait Covid-19

Faustinus Nua
22/7/2020 11:46
Munculnya Teori Konspirasi Antisemit Terkait Covid-19
Presiden Dewan Pusat Yahudi Josef Schuster(AFP/RONNY HARTMANN)

Seorang pemimpin komunitas Yahudi Jerman mengungkapkan kekhawatirannya atas penyebaran teori konspirasi antisemit yang berkaitan dengan pandemi virus covid-19 di negara itu, termasuk upaya untuk meremehkan Holocaust.

Josef Schuster, Presiden Dewan Pusat Yahudi mengatakan semakin banyak orang Yahudi yang secara kolektif dituduh bertanggung jawab atas penyebaran virus covid-19. Dia membandingkan situasi ini dengan narasi seputar wabah di abad pertengahan.

"Di abad pertengahan ketika wabah menimpa, itu serupa. Orang-orang Yahudi dicap sebagai kambing hitam, disalahkan karena meracuni sumur. Ada massa dan sinagog terkemuka yang dibakar," ujarnya seperti dilansir The Guardian.

Dalam beberapa aksi demonstrasi terhadap langkah-langkah penanganan covid-19, tokoh-tokoh seperti pebisnis kelahiran Hungaria George Soros disalahkan karena dibantu pemerintah.

Salah satu peserta terkemuka dalam demonstrasi, koki selebriti Attila Hildmann, menyatakan mendukung adanya teori konspirasi yang semakin rumit selama krisis ini. Dia memuji Adolf Hitler dan menggambarkan kanselir, Angela Merkel, sebagai seorang diktator komunis. Jaksa penuntut negara pun tengah menyelidiki tuntutan terhadapnya.

Baca juga: Rumah Sakit Madagaskar Kewalahan Tangani Pasien Covid-19

Schuster membandingkan antara langkah-langkah yang diambil untuk meredam penyebaran pandemi dan perlakuan terhadap orang-orang Yahudi di bawah Nazi. Demonstran anti-vaxxer atau yang disebut demonstrasi bersih sering memakai simbol bintang kuning, tetapi bertuliskan ungeimpft (tidak divaksinasi) sebagai pengganti Yahudi. Simbol itu mirip dengan sejarah kelam Yahudi, ketika dipaksa untuk memakai selama Reich Ketiga.

Demonstran mengatakan ketika vaksin covid-19 tersedia, mereka akan menolak. Mereka menganggap diri mereka adalah korban kediktatoran.

Yang lain mengenakan pakaian bergaris, meniru seragam narapidana kamp kematian. Ada pula yang membawa plakat dengan slogan "masker membebaskan Anda", yang mirip dengan slogan kamp Nazi "Arbeit macht frei" (pekerjaan membebaskan Anda).

"Saya percaya bahwa lembaga penegak hukum Jerman harus melihat dari dekat dan memeriksa dengan teliti apa itu kebencian dan apa itu kebebasan berbicara," kata Schuster kepada kantor berita DPA.

Dia menambahkan bahwa ada banyak contoh dalam sejarah di mana orang Yahudi dipandang sebagai sasaran empuk selama masa krisis.

"Ketika terjadi perubahan drastis, yang tidak ada penjelasan mudahnya, sering kali pelakunya dicari dan kerap kali itu adalah kelompok minoritas, seperti Yahudi," tutupnya. (TheGuardian/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bude
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik