Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

AS Ogah Gandeng Tiongkok Kembangkan Vaksin Covid-19

Faustinus Nua
07/7/2020 06:42
AS Ogah Gandeng Tiongkok Kembangkan Vaksin Covid-19
Seorang peneliti memperlihatkan sampel vaksin covid-19(AFP/Handout / Zydus Cadila)

PARA 2003, ketika wabah SARS merebak, kolaborasi Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok mampu menemukan vaksin. Berbeda dengan situasi saat ini. Di tengah persaingan kedua negara, upaya pengembangan vaksin virus korona tidak memungkinkan AS bekerja sama lagi dengan Tiongkok.

Dikutip South China Morning Post, pada sidang kongres baru-baru ini, Jenderal Gustave Perna yang memimpin Operation Warp Speed untuk mengembangkan vaksin, menepis kemungkinan bekerja dengan Tiongkok dalam penelitian.

Dia mengatakan AS siap bekerja sama dengan semua pihak. Bantuan dari negara lain memang sangat dibutuhkan, tapi tidak semua negara bisa diajak bekerja sama.

"Saya berkomitmen untuk bekerja dengan semua negara yang kami anggap ramah terhadap keamanan nasional kami," ujarnya sepeti dilansir SCMP.

Baca juga: Beijing Siap Hadapi Ancaman Washington di Laut China Selatan

"Apakah itu termasuk Tiongkok?" tanya Senator Demokrat Mazie Hirono dari Hawaii. "Sekarang, bagi saya, tidak," tegasnya.

Keengganan Perna untuk berkolaborasi dengan Tiongkok dalam krisis kesehatan global adalah pernyataan paling keras dari pemerintahan Presiden Donald Trump. Mulai dari konflik perdagangan, ketegangan kedua negara pun terus meningkat akhir-akhir ini.

Sementara itu, Evan Medeiros, Ketua Keluarga Penner dalam Studi Asia di Georgetown University School of Foreign Service mengatakan untuk mengembangkan vaksin yang aman dan efektif membutuhkan semua sumber daya yang tersedia. Untuk itu kerja sama dengan semua pihak tanpa terkecuali sangatlah penting.

"Gagasan bahwa kita dapat memisahkan diri dari Tiongkok, dan mengikuti cara kita sendiri terutama pada masalah-masalah seperti pandemi, tidak berlaku," kata Evan yang juga menjabat sebagai direktur senior untuk urusan Asia di Dewan Keamanan Nasional di bawah Presiden Barack Obama.

Menurutnya, pengembangan vaksin merupakan upaya multinasional. Apalagi Tiongkok sendiri merupakan negara pertama munculnya virus tersebut.

"Kita harus memahami bahwa Tiongkok harus menjadi bagian dari solusi," sambungnya.

Dalam waktu 7 bulan, pandemi covid-19 telah menginfeksi lebih dari 11 juta orang dan membunuh 500.000 orang di seluruh dunia. Hampir 3 juta orang AS telah tertular virus dan hampir 130.000 telah meninggal karenanya.

Kasus-kasus baru harian di AS terus meningkat mencapai rekor lebih dari 55.000 pada hari Kamis lalu. Di sejumlah negara lain juga terjadi peningkatan setelah pelonggaran karantina wilayah. Upaya mengembangkan vaksi menjadi harapan semua negara untuk bisa mengakhiri pandemi ini. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya