Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Tiongkok Mengejar AS Dalam Teknologi Otak, Menyaingi Perusahaan Seperti Neuralink Milik Elon Musk

Muhammad Ghifari A
21/7/2025 11:13
Tiongkok Mengejar AS Dalam Teknologi Otak, Menyaingi Perusahaan Seperti Neuralink Milik Elon Musk
Tiongkok berhasil uji coba chip otak Beinao-1 pada pasien ALS, menandingi Neuralink milik Elon Musk. (CNN)

TIONGKOK secara intensif berupaya mengejar ketertinggalan dalam teknologi antarmuka otak-komputer (BCI), bersaing dengan perusahaan-perusahaan terkemuka di AS seperti Neuralink yang dimiliki Elon Musk dan Synchron yang didukung Jeff Bezos dan Bill Gates. Hal ini tercermin dalam keberhasilan uji klinis chip Beinao-1, sebuah BCI nirkabel yang bersifat semi-invasif, yang dikembangkan Institut Penelitian Otak Tiongkok (CIBR).

Dalam sebuah demonstrasi yang direkam pada Maret, seorang pasien ALS berusia 67 tahun yang tidak bisa berbicara, berhasil menyusun kalimat "Saya ingin makan" di komputer hanya menggunakan kekuatan pikirannya, berkat implan Beinao-1. Luo Minmin, direktur CIBR dan kepala ilmuwan di balik uji coba ini, menekankan adanya "permintaan yang sangat tinggi" akan teknologi BCI, dan menegaskan timnya "kewalahan" dengan banyaknya calon pasien yang mendaftar.

Sampai Mei 2025, Beinao-1 telah diuji coba pada lima pasien, sama dengan jumlah pasien yang terlibat dalam implan Neuralink. Sementara itu, perusahaan AS lainnya, Synchron, telah melaksanakan uji coba pada sepuluh pasien.

Walaupun Tiongkok memulai pengembangan BCI lebih lambat dibandingkan AS, para ahli seperti Maximilian Riesenhuber, seorang profesor ilmu saraf di Universitas Georgetown, mengakui kemajuan pesat yang dicapai Tiongkok. 

"Tiongkok jelas menunjukkan kemampuan tidak hanya untuk mengejar ketertinggalan, tetapi juga untuk bersaing, dan kini mereka juga menjadi pelopor di beberapa bidang," tuturnya.

Ambisi Teknologi Tiongkok dan Pendekatan yang Berbeda

Pasar teknologi otak diperkirakan akan meningkat dari US$2,6 miliar tahun lalu menjadi US$12,4 miliar tahun 2034. Bagi Tiongkok, pengembangan BCI tidak hanya soal aspek ekonomi; hal ini merupakan bagian dari visi Presiden Xi Jinping untuk menjadikan negara ini sebagai kekuatan sains dan ekonomi global. Sektor teknologi dianggap sebagai "medan utama" dan "arena persaingan" dalam konteks global.

CIBR, yang didirikan tahun 2018, memperkenalkan perusahaan swasta NeuCyber NeuroTech pada 2023 dengan fokus pada pengembangan produk BCI seperti Beinao-1. Metodologi Tiongkok dalam penerapan BCI sedikit berbeda.

Sementara banyak perusahaan AS mengimplan chip di bawah dura mater (lapisan pelindung otak) untuk menangkap sinyal dengan lebih baik, Beinao-1 merupakan implan dengan pendekatan semi-invasif. Luo Minmin, yang meraih gelar doktor dari University of Pennsylvania, menjelaskan sistem mereka terbukti efektif dalam membantu pasien ALS berkomunikasi.

Uji coba terhadap pasien ALS yang dimulai bulan Maret merupakan yang ketiga untuk chip Beinao-1 pada manusia, dan dianggap sebagai "gelombang pertama di dunia untuk implantasi BCI nirkabel semi-invasif pada otak manusia. " 

Tim tersebut berencana untuk mempercepat proses uji coba dengan menanamkan chip pada 50 - 100 pasien tambahan tahun depan, dengan harapan dapat digunakan secara klinis di seluruh dunia jika terbukti aman dan efektif.

Perbandingan dan Prospek Masa Depan

Walaupun AS telah menjadi "pelopor" dalam teknologi otak baik yang invasif maupun non-invasif sejak tahun 1970-an, Tiongkok yang baru memulai tahun 1990-an, menunjukkan kemajuan yang sangat cepat.

Pemerintah Tiongkok telah menginvestasikan sejumlah besar dana dan menerbitkan pedoman etika untuk penelitian BCI. Sebuah penelitian pada tahun 2024 oleh para peneliti Universitas Georgetown menyimpulkan bahwa usaha BCI di Tiongkok "sebanding dalam kecanggihan" dengan yang ada di AS dan Inggris.

Luo Minmin menyatakan bahwa membandingkan Beinao-1 dan Neuralink bagaikan membandingkan "apel dan jeruk. " Kedua sistem memiliki perbedaan dalam lokasi implan, jenis sinyal otak yang direkam, dan cara transmisi data.

Chip dari Tiongkok merekam area otak yang lebih luas dengan tingkat ketelitian yang lebih rendah untuk setiap neuron. Luo berpendapat kedua produk ini tidak saling bersaing atau eksklusif satu sama lain, dan keputusan mengenai jalan mana yang akan memberikan manfaat terbesar bagi pasien masih belum pasti.

Kemajuan cepat Tiongkok dalam teknologi BCI menunjukkan persaingan teknologi yang semakin intens antara dua kekuatan besar dunia, dengan kedua negara menyadari potensi besar dari teknologi ini untuk mengubah kehidupan serta memajukan sains. (CNN/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya