Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Pemerintah Harus Kenali Isu untuk Ciptakan Kebijakan yang Tepat

Lizzatul Farhatiningsih, Pranata Humas Ahli Muda Kementerian Perdagangan 
21/7/2025 08:11
Pemerintah Harus Kenali Isu untuk Ciptakan Kebijakan yang Tepat
Pranata Humas Ahli Muda Kemendag, Lizzatul Farhatiningsih(Istimewa)

Monitoring isu berarti membuka mata dan telinga kita untuk sebenar-benarnya melihat dan mendengar. Baru-baru ini, Presiden Prabowo Subianto dinilai mendengarkan aspirasi masyarakat atas pencabutan izin usaha pertambangan (IUP) di Raja Ampat, Papua Barat Daya. Keputusan itu dinilai sebagai bukti Presiden Prabowo merespons cepat isu yang tengah menjadi perhatian publik. Selain itu, Presiden Prabowo juga diberitakan langsung meneken Instruksi Presiden (Inpres) tentang Percepatan Pembangunan Pulau Enggano, Bengkulu pada 24 Juni lalu. Inpres ini merupakan jawaban kebutuhan masyarakat di Pulau Enggano yang selama ini terisolasi karena dangkalnya alur Pelabuhan Pulau Baai.

Presiden Prabowo dalam masa pemerintahannya, telah memberikan teladan dan contoh bagaimana sebagai kepala negara mendengar dan bertindak cepat merespons isu yang sedang diperbincangkan publik. Tentunya, hal ini juga harus ditiru dan diupayakan oleh seluruh lembaga negara, baik pemerintah pusat maupun daerah. Sebab, pemantauan isu baik internal maupun eksternal jika dilakukan rutin setiap hari merupakan bekal data yang dapat menjadi dasar dalam perumusan kebijakan.

Dikutip dari buku Strategic Planning for Public Relations edisi ketujuh karya Deborah A Silverman dan Ronald Smith, isu adalah situasi yang menyajikan masalah yang dapat memengaruhi suatu organisasi. Menarik, sebab sebelumnya Abe Bakhsheshy dari Universitas Utah juga mendefinisikannya sebagai tren, peristiwa, perkembangan, atau masalah yang diperdebatkan yang dapat memengaruhi suatu organisasi.

Isu yang dipantau memerlukan manajemen yang baik. Manajemen isu adalah proses yang dilakukan oleh suatu organisasi untuk mengantisipasi munculnya isu. Terlepas dari namanya, manajemen isu tidak mencoba untuk mengendalikan; tidak pula melibatkan komunikasi satu arah atau manipulasi publik. Sebaliknya, manajemen isu membantu pemerintah berinteraksi dengan publiknya. Selain itu, juga membantu menyelesaikan isu lebih awal, mengalihkan, atau bahkan mencegahnya menjadi suatu krisis komunikasi. Dalam pantauan sehari-hari, manajemen isu dapat diawali dengan notifikasi alert atau peringatan dari suatu isu disertai analisis singkat.

Peringatan tersebut diharapkan dapat membangun awareness organisasi, khususnya humas. Humas di tingkatan selanjutnya kemudian dapat membuat analisis lebih rinci yang mencakup proyeksi pemangku kepentingan yang mungkin terdampak oleh isu tersebut, siapa yang berkepentingan menangani isu, siapa pihak yang seharusnya berada dalam posisi untuk memberikan pengaruh, kemudian siapa yang seharusnya peduli, yang memulai prosesnya, dan yang saat ini terlibat. Analisis tersebut kemudian dapat ditutup dengan catatan rekomendasi strategi komunikasi dari kacamata praktisi humas (public relations) dan menyertakan rumusan standby narasi untuk wawancara media.

Mitigasi yang rapi dapat mencegah krisis yang tidak terkendali. Di sini, kontrol terhadap isu menjadi kunci yang juga harus dibersamai dengan soft skill yang mumpuni seperti, cara berpikir kritis dan public speaking.

Sekali lagi, instansi pemerintah perlu menempatkan isu sebagai prioritas pantauan. Bukan hanya setiap hari, tapi setiap detik isu bisa saja berubah. Terlebih, media sosial kini menjadi salah satu wadah publik untuk menyampaikan pemikiran pro dan kontra terhadap kebijakan yang sangat dinamis. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain arus informasi yang sangat cepat, keaktifan interaksi pengguna media sosial, dan perkembangan tren yang juga berubah-ubah.

Regina M Luttrell dan Luke W. Capizzo dalam bukunya yang berjudul Public Relations Campaigns: An Integrated Approach Third Edition juga mengamini bahwa earned media dan media sosial dapat dimonitor bersama untuk menghasilkan gambaran holistik tentang percakapan publik pada topik atau isu tertentu. Media sosial yang berisi percakapan dinamis, salah satunya X/Twitter. Unggahan di X terkadang berisi informasi yang sangat penting tentang suatu peristiwa yang dipublikasikan oleh pengguna sebelum hal itu bahkan tayang di media konvensional. Ini juga biasanya dapat dengan mudah terlihat atau dicari menggunakan kata kunci dan tagar yang menjadi trending topic.

Di X, suatu percakapan dapat dilihat sebagai isu dinilai dari beberapa kategori, yaitu visibilitas atau suatu perbincangan tersebut dapat diamati; mengandung nada (tone) yang bisa cenderung positif, netral, waspada, maupun negatif; menyebut sumber (mentions) baik personal maupun organisasi, dan mengandung pesan yang dikomunikasikan.

Pengumpulan informasi yang sistematis tentang isu dan publik dari media konvensional maupun media sosial ini dapat bermanfaat bagi para praktisi kehumasan untuk melakukan komunikasi dua arah. Sementara, bagi pimpinan, riset strategis tersebut dapat membantu untuk memahami opini publik terhadap program dan kebijakan yang telah, sedang, atau akan dijalankan. Pemahaman yang baik akan mengarahkan pada proses identifikasi dan kontrol yang disiplin sehingga meminimalkan dampak dari ketidakpastian yang sedang dihadapi suatu organisasi. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya