Kanada Batal Distribusikan 1 Juta Masker KN95 Buatan Tiongkok

Deri Dahuri
25/4/2020 16:14
Kanada Batal Distribusikan 1 Juta Masker KN95 Buatan Tiongkok
Pekerja menyeleksi masker di sebuah pabrik di Handan, Provinsi Hubei, Tiongkok.(AFP)

PEMERINTAH Kanada menyatakan, Jumat (24/4), bahwa satu juta masker tipe KN95 yang diimpor dari Tiongkok tidak memenuhi standar yang ketat. Karena kualitasnya yang rendah, otoritas Kanada memutuskan untuk tidak  didistribusikan ke para tenaga medis yang berada di garis depan mengatasi pandemi virus korona baru atau Covid-19.

Kepada AFP, juru bicara Badan Kesehatan Masyarakat Kanada mengatakan,"(Pihakya) telah meneliti sekitar satu juta masker KN95 sebagai tidak sesuai dengan spesifikasi untuk pengaturan perawatan kesehatan."

"Barang-barang ini batal didistribusikan ke provinsi dan wilayah untuk tim penanganan kesehatan garis depan dan kemudian dipertimbangkan untuk digunakan dalam penggunkanan non-medis," katanya.

Masker model KN95 buatan Tiongkok memang menyerupai masker tipe N95, serta model FFP2 yang digunakan kalangan medis di kawasan Eropa.

Baca jugaAngka Kematian Covid-19 Inggris Capai 19.000

"Banyak pasokan ke dunia diproduksi di Tiongkok dan memindahkan produksi barang medis dari Tiongkok juga  sangat kompleks," kata Menteri Layanan Publik dan Pengadaan Kanada Anita Anand.

Anand menambahkan pihaknya sedang meneliti dan menguji jutaan respirotor dan masker N95 yang diimpor apakah dinyatakan layak atau memenuhi standar atau tidak.

Namun dengan meningkatnya kebutuhan respirator dan masker serta kebutuhan medis lain, tiga perusahaan domestik di Kanada telah mendapat kontrak produksi termasuk siap memproduksi 16 juta masker N95. Jumlah produksi dalam yang tak mencukupi terpaksa Kanada mengimpor produk medis dari negara lain termasuk Tiongok.

Di sisi lain, hubungan antara Ottawa dan Beijing masih memanas terutama sejak penangkapan Meng Wanzhou, seorang eksekutif perusahaan raksasa telekomunikasi Tiongkok Huawei, pada Desember 2018 di Vancouver, Kanada. (AFP/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya