Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
KONSULAT Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong mengkonfirmasi demonstrasi yang kian memanas di Hong Kong dalam beberapa hari terakhir. Namun dengan situasi yang mencekam tersebut, pihak KJRI belum mendapatkan laporan Warga Negara Indonesia (WNI) ingin meninggalkan Hong Kong dengan alasan kericuhan demonstrasi.
"Hingga saat ini kami belum mendapat laporan bahwa WNI ingin meninggalkan Hong Kong karena situasi ini," terang Konsul Muda Bidang Pendidikan Sosial dan Budaya (Pensosbud) KJRI Hong Kong, Vania Alexandra Lijaya, kepada Media Indonesia, Rabu (13/11).
Meski demikian, sambung Vania, KJRI terus memantau perkembangan situasi di Hong Kong. Ia mengungkapkan KJRI juga terus melakukan komunikasi dan koordinasi dengan berbagai pihak guna memastikan keselamatan WNI yang berada di Hong Kong.
"KJRI terus memantau secara dekat situasi di lapangan, berkoordinasi dengan pemerintah setempat, berkomunikasi dengan warga, turun ke lapangan untuk memastikan keamanan dan keselamatan WNI," ujar Vania.
Kepada WNI yang berada di Hong Kong, KJRI pun mengimbau agar tetap selalu waspada dan melaporkan ke hotline KJRI apabila ada hal yang mengancam keamanan ataupun keselamatan.
"Tetap tenang, waspada, menjauhi wilayah demonstrasi dan meminimalisir aktivitas di luar rumah yang tidak mendesak. Tidak mudah terprovokasi terhadap ajakan demo, mentaati segala tata tertib dan peraturan yang berlaku," tutur Vania.
Baca juga: Warga Venesia Mengungsi akibat Banjir
Vania menjelaskan dalam beberapa hari terakhir demonstrasi yang ricuh memaksa sekolah-sekolah diliburkan, beberapa perkantoran dan toko-toko terpaksa ditutup, dan transportasi umum menjadi terhambat. Namun ia mengatakan bahwa untuk aktivitas di KJRI tetap berjalan normal seperti hari-hari biasanya.
Kericuhan pecah di Hong Kong setelah aparat polisi bergulat dengan seorang demonstran di sebuah jalan yang diblokade para demonstran pada Senin (11/11) lalu. Polisi tersebut kemudian menembakkan peluru tajam ke arah seorang demonstran lain yang berusaha mendekati perkelahian tersebut.
Pada hari yang sama, seseorang yang memakai topeng dilaporkan telah menyiram seorang pria dengan bensin lalu membakarnya akibat pertengkaran antara mereka berdua.
Adapun pada Jumat (8/11), seorang mahasiswa Hong Kong meninggal setelah terjatuh dari sebuah gedung parkir saat aparat polisi berusaha membubarkan massa dengan tembakan gas air mata. Kematian tersebut menjadi yang pertama sejak demonstrasi meletus di Hong Kong pada pertengahan Juni lalu. (OL-1)
BIRO Pendidikan Hong Kong mengumumkan pihaknya menginstruksikan universitas-universitas di wilayah tersebut untuk mengambil langkah aktif dalam menarik bakat-bakat internasional.
Menteri Pendidikan Hong Kong Christine Choi mengimbau seluruh lembaga pendidikan tinggi di kota tersebut agar membuka peluang bagi para mahasiswa yang terdampak.
Tren peningkatan kasus covid-19 terjadi di beberapa negara Asia seperti Singapura, Thailand, dan Hong Kong. Peningkatan itu terjadi di tengah tingginya mobilitas masyarakat.
Departemen Keuangan AS yang menjatuhkan sanksi kepada lebih dari 20 perusahaan karena dituduh memfasilitasi pengiriman minyak mentah Iran senilai miliaran dolar ke Tiongkok.
Partai terbesar di Hong Kong, Democratic Party tengah bersiap membubarkan diri.
Mengusung konsep musik Middle Eastern Psych-Rock, Clever Moose menggabungkan groove eksotis dengan atmosfer psikedelik yang menghanyutkan.
Unjuk rasa tersebut merupakan reaksi terhadap operasi penangkapan besar-besaran yang dilakukan Lembaga Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) terhadap para migran tidak berdokumen.
Wakil Gubernur California, Eleni Kounalakis, berencana mengajukan gugatan hukum atas keputusan Presiden Donald Trump yang mengerahkan Garda Nasional.
Penegak hukum di Los Angeles bersiap menghadapi malam yang penuh ketegangan usai demonstrasi terkait penggerebekan imigrasi.
Wali Kota LA, Karen Bass, mengatakan tidak ada kebutuhan menurunkan pasukan federal dan kehadiran Garda Nasional menciptakan kekacauan yang disengaja.
LAPD menyatakan unjuk rasa di luar Pusat Penahanan Metropolitan sebagai perkumpulan ilegal dan mengizinkan penggunaan peluru tak mematikan.
Penyidik mengatakan Mohammed Sabry Soliman merencanakan pelemparan bom molotov ke demonstran pawai untuk sandera Israel, selama satu tahun.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved