Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Kebijakan Baru Trump Panaskan Hubungan AS-Tiongkok

Tesa Oktiana Surbakti
02/8/2019 22:40
Kebijakan Baru Trump Panaskan Hubungan AS-Tiongkok
Presiden AS Donald Trump(AFP)

PEMERINTAH Beijing menyesalkan kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang akan mengenakan tarif baru atas komoditas Tiongkok senilai US$300 miliar di tengah upaya kedua negara menyelesaikan perang dagang.

Pernyataan Trump yang muncul sehari setelah negosiasi perdagangan AS-Tiongkok turut mengguncang pasar saham AS dan Asia. Sebelumnya, kedua negara sepakat melanjutkan perundingan untuk mengakhiri perselisihan yang berlangsung setahun terakhir.

Dengan pengumuman terbaru dari Trump, artinya dua ekonomi raksasa sudah memberlakukan serangan tarif yang menyasar komoditas senilai US$660 miliar, dalam perdagangan dua arah. Pengenaan tarif baru 10% mulai berlaku pada 1 September. Adapun tarif yang sudah dikenakan pada komoditas impor senilai US$250 miliar, naik menjadi 25%.

Kemungkinan besar, Trump akan meningkatkan tarif lebih lanjut di masa mendatang. "Tarif 10% untuk jangka pendek. Saya bisa melakukan lebih banyak, atau lebih sedikit, tergantung pada apa yang dihasilkan kesepakatan," pungkas Trump di Gedung Putih, seraya menekankan kenaikan tarif berpotensi di atas 25%.

Baca juga: Korea Selatan Kecam Keputusan Perdagangan Jepang

Setelah memulai kembali perundingan tatap muka di Shanghai pekan ini, para negosiator perdagangan dijadwalkan kembali bertemu di Washington pada awal September. Dengan demikian, negosiasi berlangsung tepat setelah tarif baru diberlakukan.

"Melemparkan serangan tarif jelas bukan langkah konstruktif untuk menyelesaikan friksi ekonomi dan perdagangan," tutur Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi, di sela-sela pertemuan regional diplomat utama di Bangkok, Thailand.

Sejauh ini, Tiongkok belum membeberkan rencana balasan terhadap kebijakan AS. Namun dalam beberapa bulan terkahir, otoritas Tiongkok mengisyaratkan rencana pembatasan ekspor logam tanah jarang, yang penting bagi industri teknologi AS. Mereka juga tengah meninjau daftar hitam perusahaan, yang berpotensi menargetkan perusahaan AS.

Ketika mengumumkan kebijakan tarif melalui akun Twitter, Trump mengatakan Beijing sepakat untuk mengimpor produk pertanian AS dalam jumlah besar. Namun, tak kunjung direalisasikan. Beberapa jam sebelum pengumuman tarif AS, Tiongkok menyatakan mulai membeli lebih banyak produk pertanian Negeri Paman Sam.

"Di samping itu, teman saya Presiden Xi Jinping, mengatakan pihaknya akan menghentikan penjualan fentanil ke AS. Tetapi, itu tidak pernah terjadi. Banyak warga AS yang menjadi korban!" cetus Trump.

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, mengarahkan kritik terhadap Tiongkok, dalam pertemuan negara-negara Asia Tenggara di Bangkok, yang juga dihadiri Wang Yi.

"Tiongkok sudah mengambil banyak keuntungan perdagangan. Sudah saatnya untuk berhenti," ucap Pompeo yang menuding Beijing sebagai "proteksionisme" dan "taktik pemangsa" dalam memberikan keuntungan bagi perusahaan domestik di pasar global.

Washington menuduh Beijing menggunakan model ekonomi yang diatur langsung oleh negara, memberlakukan subsidi produksi tidak adil dan mencuri teknologi AS. Hubungan perdagangan AS dengan Tiongkok kerap berubah antara kemajuan dan bencana. Negosiasi bilateral yang berhenti pada Mei lalu, kemudian hidup kembali setelah pertemuan Trump dan Xi di Jepang. Kedua pemimpin menyatakan gencatan senjata dalam pertemuan terakhir, namun tarif terbaru menodai kesepakatan.

"Dorongan utama adalah perundingan jelas tidak akan berkembang jauh, tanpa lebih banyak tekanan terhadap Tiongkok. Tentu saja kedua pihak dapat bereaksi buruk saat ini, dan perundingan dapat sepenuhnya berakhir. Itu risiko yang terukur," papar Derek Scissors, pengamat hubungan ekonomi AS-Tiongkok dari American Enterprise Institute.(AFP/OL-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Polycarpus
Berita Lainnya