Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Ini Empat Jenis Mimpi yang Dialami Manusia saat Tidur

Basuki Eka Purnama
25/6/2025 10:01
Ini Empat Jenis Mimpi yang Dialami Manusia saat Tidur
Ilustrasi(Freepik)

TIDUR bukan sekadar jeda dari kesibukan harian, melainkan sebuah proses fisiologis kompleks yang sangat penting bagi fungsi tubuh dan otak. Hal itu disampaikan dosen Fakultas Kedokteran IPB University Yeni Quinta Mondiani dalam keterangan resmi mengenai dinamika sistem saraf selama tidur.

"Saat tidur, terjadi perubahan yang fluktuatif dan dinamis pada sistem saraf, jantung, paru, dan juga metabolik tubuh," ungkap Yeni, yang merupakan dokter spesialis neurologi.

Ia menambahkan bahwa tidur merupakan kondisi fisiologis yang normal dan berulang, ditandai dengan penurunan kesadaran yang bersifat reversible. 

Dalam kondisi ini, fungsi kognitif menurun secara global sehingga otak tidak mampu merespons secara penuh terhadap stimulus di sekitarnya.

Yeni mengatakan siklus tidur-bangun dikendalikan oleh rangkaian sirkuit saraf yang kompleks dan terbagi dalam lima fase utama. Fase 1 hingga 4 disebut sebagai Non-Rapid Eye Movement (NREM), sedangkan fase kelima adalah Rapid Eye Movement (REM). 

"Kelima fase ini bisa berulang beberapa kali dalam satu periode tidur, dan masing-masing memiliki fungsi fisiologis yang spesifik," katanya.

Dijelaskannya, fase tidur terdalam terjadi pada fase 3 dan 4 NREM. Fase ini berfungsi mengembalikan kesegaran tubuh dan merestorasi kondisi tubuh setelah beraktivitas, serta memiliki ambang tinggi untuk terbangun. 

"Fase ini juga sering dikaitkan dengan gangguan tidur seperti berjalan saat tidur (sleep walking) dan sleep terror," jelasnya. 

Sementara itu, fase REM dikenal sebagai fase ketika mimpi biasanya terjadi dan dapat diingat dengan jelas saat terbangun.

Berdasarkan hasil penelitian, lanjut Yeni, terdapat beberapa area otak yang berperan penting dalam pembentukan mimpi. Salah satunya adalah nukleus laterodorsal (LTD nuclei) di medulla oblongata, yang berfungsi sebagai generator siklus REM serta memunculkan komponen visual dalam mimpi dan halusinasi.

"Inti dari LTD ini mendapatkan masukan dari amigdala (pusat emosi) dan hipokampus (pusat memori), yang menjelaskan mengapa mimpi terasa emosional dan membekas dalam ingatan," jelasnya. 

Selain itu, penelitian dari University of Wisconsin-Madison mengidentifikasi area penting lain, yakni posterior cortical hot zone, yang menunjukkan aktivitas listrik tinggi ketika seseorang sedang bermimpi. Area ini diibaratkan seperti layar proyeksi film otak, yang menayangkan gabungan dari emosi, memori, dan keinginan manusia.

Tidak hanya itu, prefrontal cortex, bagian otak yang berfungsi dalam berpikir logis, juga disebut turut aktif selama tidur. 

"Semakin aktif bagian ini, semakin besar kemungkinan kita mengingat isi mimpi," terang Yeni.

Ia menyimpulkan bahwa terdapat beberapa wilayah otak spesifik yang dibutuhkan untuk menghasilkan pengalaman sadar seperti mimpi. Hingga kini, masih banyak teori tentang fungsi mimpi dan tidur REM. 

"Ada yang berpendapat mimpi membantu otak menyimpan memori, ada pula yang menyebut mimpi berfungsi untuk melupakan hal-hal yang tidak penting atau sebagai bentuk reset otak," jelasnya.

Lebih lanjut, Yeni mengatakan bahwa ada teori yang lebih psikologis. Misalnya, mimpi sebagai bentuk pemenuhan keinginan yang tidak tercapai di dunia nyata.

"Dalam mimpi, kita selalu hadir sebagai tokoh utama, dan selalu ada latar tempatnya. Itu seperti latihan terus-menerus bagi otak untuk merasa 'aku ini ada', 'aku ini berbeda dari dunia sekitar'," ucapnya.

Menariknya, sebut Yeni, "Karena sebagian besar mimpi kita lupakan, otak jadi tidak terlalu sibuk harus menyimpan semua pengalaman aneh dari mimpi itu. Jadi kita bisa belajar dan berkembang tanpa terlalu terbebani."

Lebih mendalam, ia juga mengklasifikasikan jenis-jenis mimpi sebagai berikut:

Mimpi standar, terjadi sekitar 4–6 kali semalam, sebagian besar di fase REM. Umumnya visual, dipengaruhi oleh aktivitas harian atau stres, biasanya teringat dengan jelas ketika bangun.

Nightmares (mimpi buruk), penuh rasa takut atau panik, sering kali terbangun dalam kondisi cemas. Dipicu oleh stres, kecemasan, gangguan tidur, atau kondisi kesehatan mental lainnya.

Night terrors. Berlainan dengan mimpi, ini gangguan tidur non-REM, biasanya dialami anak-anak. Tiba-tiba bangun, teriak, bingung, tapi biasanya tidak ingat mimpi.

Lucid dream. Si pemimpi sadar sedang bermimpi; kadang bisa mengontrol jalan mimpi. Sering terjadi di fase REM, dan bisa digunakan untuk terapi, misalnya untuk atasi mimpi buruk. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya