Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
MENURUT 2025 Shopper’s Guide to Pesticides in Produce, lebih dari 90% sampel dari 12 jenis buah dan sayuran yang diuji menunjukkan adanya sisa pestisida yang berpotensi berbahaya. Panduan ini, yang disusun setiap tahun oleh Environmental Working Group (EWG), menggunakan data pemerintah terbaru mengenai produk non-organik untuk membantu konsumen membuat keputusan yang lebih bijak tentang makanan yang mereka konsumsi.
Laporan ini menyoroti “Dirty Dozen”, yaitu daftar produk yang paling sering mengandung sisa pestisida berbahaya. Bayam menduduki peringkat teratas, diikuti stroberi, kale, anggur, persik, ceri, nektarin, pir, apel, blackberry, blueberry, dan kentang.
Tujuan dari laporan tahunan ini bukan untuk mengurangi konsumsi buah dan sayuran, melainkan untuk membantu konsumen membuat pilihan lebih baik terkait pembelian produk organik. Alexis Temkin, Wakil Presiden Ilmu Pengetahuan di EWG, mengatakan, “Panduan ini bertujuan membantu konsumen makan banyak buah dan sayuran sambil mengurangi paparan pestisida.”
Penelitian menunjukkan ketika seseorang beralih dari diet konvensional ke diet organik, kadar pestisida dalam urine mereka berkurang secara signifikan. “Ini adalah pengurangan paparan pestisida yang dapat diukur,” kata Temkin.
Alliance for Food and Farming, yang mewakili petani produk organik dan konvensional, telah lama mengkritik laporan tahunan ini. “Kami mendukung pilihan konsumen, tetapi daftar ini seharusnya tidak memengaruhi keputusan mereka,” ujar Teresa Thorne, direktur eksekutif aliansi.
Ia menekankan penelitian toksikologi, data pemerintah, dan penelitian nutrisi yang dilakukan selama puluhan tahun menunjukkan produk organik dan konvensional sama-sama aman, serta pentingnya diet yang kaya buah dan sayuran untuk kesehatan.
Tahun ini, blackberry ditambahkan ke dalam daftar setelah sebelumnya tidak pernah diuji USDA, sementara kentang kembali muncul setelah beberapa tahun tidak ada dalam daftar. Kembalinya kentang disebabkan oleh penggunaan pengatur pertumbuhan tanaman chlorpropham, yang telah dilarang di Uni Eropa.
“Chlorpropham diterapkan setelah panen untuk mencegah kentang bertunas, namun aplikasinya yang terlambat membuat konsumen mungkin masih terpapar kadar pestisida tinggi,” ujar Temkin.
Lebih dari 50 jenis pestisida ditemukan pada berbagai produk di bagian Dirty Dozen dari Shopper’s Guide, dan panduan ini sekarang mencakup pembaruan untuk mengukur toksisitas dan konsentrasi pestisida, yang membantu konsumen memahami potensi risiko terkait makanan mereka.
Selain Dirty Dozen, EWG juga menyusun “Clean Fifteen”, daftar produk konvensional dengan sisa pestisida paling sedikit. Banyak dari buah dan sayuran ini dilindungi oleh kulit yang dibuang sebelum dimakan, seperti nanas atau alpukat, yang mengurangi paparan pestisida.
Clean Fifteen tahun ini mencakup:
Temkin mencatat, “Pengujian pestisida USDA meniru perilaku konsumen, dengan mencuci buah dan sayuran selama 15-20 detik di bawah air mengalir dan mengupas buah seperti jeruk atau pisang. Proses ini menghilangkan sisa pestisida pada kulit luar, yang mungkin menjelaskan mengapa produk dalam daftar Clean Fifteen memiliki kadar pestisida yang lebih rendah.”
Untuk mengurangi paparan pestisida, semua produk, bahkan yang organik, sebaiknya dicuci sebelum dimakan. Menurut FDA, buah dan sayuran harus dibilas di bawah air mengalir selama 15-20 detik dan dikeringkan dengan kain bersih atau handuk kertas.
Untuk produk yang lebih keras seperti wortel, mentimun, dan kentang, gunakan sikat sayur yang bersih. Daun luar dari kubis, selada, dan sayuran berdaun lainnya harus dibuang dan dicuci dengan hati-hati. Para ahli menyarankan menggunakan air bertekanan rendah untuk mencuci sayuran hijau yang lebih halus, dan menggunakan saringan untuk mengeringkannya.
Sayuran berkemasan yang sudah dicuci (triple-washed) tidak memerlukan pencucian tambahan.
Pestisida telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk kelahiran prematur, cacat lahir, kerusakan genetik, kanker, dan penurunan jumlah sperma.
Sebuah studi tahun 2022 menemukan pekerja pertanian yang terpapar pestisida hampir lima kali lebih mungkin mengalami kerusakan DNA. Selain itu, studi tahun 2024 mengungkapkan anak-anak yang terpapar pestisida sejak usia dini menunjukkan perkembangan yang lebih buruk.
Anak-anak sangat rentan terhadap bahaya pestisida karena ukuran tubuh yang kecil dan tubuh serta otak yang sedang berkembang. Risiko masalah kesehatan akibat pestisida bahkan bisa dimulai sejak dalam kandungan. American Academy of Pediatrics memperingatkan paparan pestisida selama kehamilan dapat meningkatkan risiko cacat lahir, berat badan lahir rendah, dan kematian janin. Paparan pada anak-anak juga dikaitkan dengan masalah perhatian dan pembelajaran, serta kanker. (CNN/Z-2)
Sayur merupakan sumber penting serat, vitamin, mineral, dan antioksidan yang dibutuhkan tubuh untuk menjaga kesehatan.
Mengkonsumsi sayuran secara konsisten dapat mengurangi kemungkinan timbulnya uban, menurut temuan terbaru dari peneliti internasional.
Setiap aspek memiliki bobot penilaian sebesar 20%, yang mencerminkan pentingnya aspek keberlanjutan dan kolaborasi antarwarga.
Kolesterol tinggi merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering kali disebabkan oleh penumpukan lemak berlebihan dalam tubuh.
Bukannya membantu tubuh menjadi lebih sehat, konsumsi sayuran ini malah bisa menurunkan kondisi Anda.
Hama tanaman adalah masalah umum yang sering dihadapi oleh para petani dan penghobi kebun.
Berdasarkan hasil uji coba, sebanyak 23 dari 24 sampel anggur ditemukan terdapat 50 jenis residu pestisida berbahaya.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Aji Muhawarman merespons kabar adanya kontaminasi pestisida pada anggur Shine Muscat di Thailand dan Malaysia.
Mencuci produk saja mungkin tidak cukup untuk menghindari konsumsi pestisida sehingga pengupasan diperlukan untuk mengurangi risikonya.
Penelitian terbaru mengungkapkan mencuci buah saja tidak cukup untuk menghilangkan pestisida. Cara yang efektif adalah mengupasnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved