Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
Wisma 46, salah satu gedung pencakar langit paling ikonik di Jakarta, berhasil meraih sertifikasi Greenship Existing Building dengan level Gold dari Green Building Council Indonesia (GBCI).
Pencapaian ini mencerminkan komitmen gedung Wisma 46 dalam menerapkan prinsip keberlanjutan dan efisiensi lingkungan dalam pengelolaan gedung perkantoran di tengah kawasan pusat bisnis ibu kota.
Sertifikat tersebut secara resmi diserahkan oleh Prasetyoadi, perwakilan Green Building Council Indonesia (GBCI), kepada Direktur PT. Swadharma Prima Utama, Anisfu Husin selau building management Wisma 46.
Pencapaian sertifikasi Greenship Existing Building level Gold ini mencerminkan komitmen PT. Swadharma Prima Utama dalam menciptakan kawasan perkantoran yang hijau, efisien, dan berkelanjutan.
Wisma 46, yang telah berdiri sejak 1996, dikenal sebagai gedung ikonik di Jakarta dan terus menjadi sorotan dalam berbagai kesempatan. Dengan pencapaian ini, Wisma 46 diharapkan menjadi barometer baru bagi pengelolaan gedung ramah lingkungan di Indonesia.
Direktur PT. Swadharma Prima Utama, Anifsu Husin menyampaikan bahwa predikat Gold ini merupakan wujud nyata dari komitmen perusahaan dalam menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, efisien, dan berkesinambungan.
“Pencapaian ini diraih berkat kerja keras dan kekompakan tim PT. Swadharma Prima Utama. Sebagai gedung yang sudah cukup tua, Wisma 46 harus mampu bersaing dengan gedung gedung baru, sehingga harus memiliki nilai tambah,” ujarnya.
Sebagai perusahaan konsultan bangunan hijau di Jakarta, Ecobuild Green Building Consultant terus berperan aktif dalam mendorong mewujudkan bangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
“Kami bangga dapat mendampingi proses sertifikasi Green Building Wisma 46 Jakarta. Pencapaian predikat Gold merupakan hasil dari proses yang tidak mudah, dan diharapkan dapat mendorong pengelola serta pengguna bangunan untuk terus menerapkan prinsip keberlanjutan dalam operasional sehari-hari,”ujar CEO Ecobuild Green Building Consultant, Wiza Hidayat.
Wisma 46 telah memenuhi persyaratan kantor ramah lingkungan yang ditetapkan oleh Green Building Council Indonesia (GBCI) dengan total poin 74 yang mencakup berbagai aspek penting seperti Appropriate Site Development (ASD), Energy Efficiency and Conservation (EEC), Water Conservation (WAC), Material Resources and Cycle (MRC), Indoor Health and Comfort (IHC), Building Environment Management (BEM).
Beberapa peningkatan signifikan yang diterapkan pada Gedung Wisma 46 meliputi luas tajuk vegetasi terhadap lahan hijau sebesar 72,2%, efisiensi energi sebesar 21% dengan nilai IKE 197,4 kWh/m²/tahun, penghematan air sebesar 25,9% melalui konsumsi air bersih hanya 37,05 liter/orang/hari, penggunaan material ramah lingkungan, penerapan sistem Outdoor Air Introduction, serta adanya seorang Greenship Profesional dalam tim Building Management yang bertugas untuk mendukung dan memastikan sasaran pencapaian dalam penyelenggaraan praktik bangunan hijau di Gedung Wisma 46.
Sertifikasi Greenship Existing Building level Gold yang diraih oleh Wisma 46 menegaskan komitmennya sebagai ikon perkantoran di Jakarta yang tidak hanya unggul secara arsitektural, tetapi juga dalam penerapan prinsip keberlanjutan.
Pencapaian sertifikasi Green Building ini mencerminkan komitmen pengelola dalam menerapkan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG), serta mewujudkan lingkungan yang hijau dan berkelanjutan. (H-1)
MENJAWAB tren interior bergaya kontemporer dan heritage, Idemu memperkenalkan Amarta, koleksi interior yang terinspirasi kekayaan tradisional dan budaya lokal.
Hal lain yang menurutnya menjadi pertimbangan masyarakat dalam negeri membeli properti adalah pemberian kebebasan dari pengembang.
Fahri memastikan dana yang pembangunan 1 juta unit tersebut ada dan banyak karena ada unsur bisnis bahkan saat mendaftar dan mengantre sehingga pola keuangannya akan sangat banyak.
Konsep hunian hijau kembali mencuri perhatian dunia internasional,FIABCI World Prix d’Excellence Awards 2025, yang digelar pada Juni lalu di Lagos, Nigeria.
Aksi massa di proyek properti dinilai ganggu iklim investasi dan stabilitas sektor. Kepastian hukum jadi sorotan utama.
Keterlibatan sektor properti nasional di pasar modal dinilai masih sangat rendah. Dari sekitar 500 anggota Realestat Indonesia (REI) DPD DKI Jakarta, hanya sekitar 1% yang IPO.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved