Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Wamendikdasmen Serukan Jalan Tengah: Apresiasi AI dengan Bekal Etika Digital

Media Indonesia
15/5/2025 21:05
Wamendikdasmen Serukan Jalan Tengah: Apresiasi AI dengan Bekal Etika Digital
Wamendikdasmen Fajar Riza Ul Haq.(Dokpri)

WAKIL Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Fajar Riza Ulhaq menyerukan pentingnya mengambil jalan tengah dalam menyikapi perkembangan kecerdasan artifisial (AI). Menurutnya, AI harus diapresiasi sebagai inovasi besar, tetapi harus digunakan secara bertanggung jawab dan berbasis nilai etika. Seruan ini disampaikan dalam sambutannya pada acara Training of Trainers (ToT) Calon Pengajar Koding dan Kecerdasan Artifisial (KA) Batch ke-3 di Platinum Hotel Surabaya, Rabu (14/5/2025) malam.

"Saya ingin mengambil jalan tengah. AI adalah inovasi yang harus kita apresiasi, bahkan perlu kita ajarkan kepada anak-anak kita. Namun itu harus disertai dengan semangat yang mendorong kewargaan digital (digital citizenship)," tegasnya.

Mengutip sejarawan Denis Lombard, Mas Wamen, sapaan akrabnya, menyebut bahwa keterbukaan budaya Indonesia sejak masa lampau menjadikan masyarakatnya inklusif dan positif terhadap pengaruh luar, termasuk teknologi. Sikap ini, menurutnya, tercermin dalam hasil AI Index Report Stanford University 2025 yang menunjukkan bahwa 80% masyarakat Indonesia merasa optimistis terhadap perkembangan AI sejajar dengan Tiongkok (83%) dan Thailand (77%).

Namun, ia menekankan bahwa optimisme ini perlu diiringi dengan kesiapan menjadi pelaku aktif dalam ekosistem teknologi, bukan sekadar konsumen. "Jangan sampai kita hanya menjadi penonton. Kita harus mampu menjadi pemilik masa depan teknologi ini," ujarnya.

Dalam pidatonya, Mas Wamen juga menekankan pentingnya Responsible Artificial Intelligence dan memperkenalkan konsep digital citizenship alias kewargaan digital yang berlandaskan tiga nilai utama: rasa aman, etika, dan tanggung jawab. Ia mengingatkan bahwa AI adalah teknologi bermata dua: membawa manfaat besar, tetapi juga menyimpan potensi ancaman dehumanisasi.

Ketua Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis (LKKS) PP Muhammadiyah itu menyebut bahwa isu dehumanisasi bahkan telah menarik perhatian banyak tokoh agama, termasuk Paus baru Vatikan, Robert Francis Prevost. Menariknya, kata dia, Paus ke-267 ini memilih nama kepausannya dengan nama Leo. Ini terinspirasi dari Paus Leo XIII, seorang pemimpin Gereja Katolik yang dahulu lantang bersuara soal dampak sosial dari Revolusi Industri. Kini, tantangan serupa muncul kembali melalui gelombang revolusi digital dan AI yang dinilai dapat menggerus nilai-nilai kemanusiaan jika tidak disikapi secara etis dan manusiawi.

Mas Wamen lantas mengutip kritik tokoh-tokoh dunia seperti sejarawan Yuval Noah Harari dan ilmuwan AI Geoffrey Hinton, tetapi menolak pendekatan yang sepenuhnya skeptis. Ia justru mengingatkan pentingnya membekali generasi muda dengan soft skills dan kesadaran etis. "Yang lebih penting dari sekadar bisa membuat program atau aplikasi adalah bagaimana mereka menjadi warga digital yang bertanggung jawab," katanya.

Ia juga mengutip pesan Bung Karno, "Ambillah abunya, bukan apinya." Ini peringatan agar Indonesia tidak sekadar ikut-ikutan dalam tren teknologi, tetapi mampu mengambil hikmah dan nilai yang paling esensial dari setiap kemajuan zaman. "Sebagai konsumen teknologi, kita harus menjadi konsumen yang kritis," tegasnya.

Menutup sambutannya, Wamendikdasmen Fajar Riza Ulhaq menyampaikan harapannya agar para peserta ToT menjadi agen perubahan dalam pembelajaran Koding dan KA. "Dengan pendekatan yang reflektif dan humanis, pengajaran teknologi tidak hanya soal kemampuan teknis, tetapi juga pembentukan karakter," pungkasnya.

Acara ToT ini merupakan bagian dari program prioritas Kemendikdasmen untuk menyiapkan generasi yang melek teknologi dan kuat secara karakter di era digital. ToT Calon Pengajar Koding dan KA kali ini telah memasuki Batch ke-3 dan diikuti oleh sekitar 514 peserta dari lembaga penyelenggara diklat (LPD), perguruan tinggi, serta Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kemendikdasmen seperti BBGTK Jawa Timur dan Kalimantan Selatan. 

Kegiatan dipusatkan di dua lokasi, yakni Whindam Hotel dan Platinum Hotel Surabaya. Selama lima hari, para peserta akan dilatih sebagai calon pengajar yang akan melatih sekitar 60 ribu guru dari berbagai satuan pendidikan yang akan mengimplementasikan pembelajaran Koding dan KA di tahun ajaran baru. (RO/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya