Headline
RI-AS membuat protokol keamanan data lintas negara.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
DOKTER spesialis gigi anak lulusan Universitas Indonesia Aliyah membenarkan bahwa kekuatan dan struktur gigi yang dimiliki anak merupakan salah satu hal yang dapat diturunkan secara genetik.
"Benar karena (kekuatan dan struktur gigi anak) itu diturunkan secara genetik," kata Aliyah, Senin (28/4).
Aliyah menjelaskan bahwa sejak saat masih menjadi embrio, pembentukan gigi maupun rahang anak memiliki peluang sebesar 50:50 untuk mengikuti bentuk yang diturunkan oleh ayah maupun sang ibu.
Hal tersebut menurutnya berbeda dengan banyaknya penelitian yang dilakukan pada bagian tubuh lain. Contohnya seperti kepintaran yang disebut banyak diturunkan dari genetik ibu.
"Karena proses ayah dan ibu itu pada saat pembentukan gigi dan tulang rahang itu sama, jadi anak bisa menurunkan rahang ayahnya, atau
kebalikan semua ikut ibunya itu bisa juga," kata Aliyah.
Meski demikian, Aliyah mengatakan lingkungan juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kualitas gigi anak.
Kebiasaan bertukar alat makan dengan orangtua atau anggota keluarga lainnya akan membuat bakteri dengan mudah mengenai anak, terutama yang sedang dalam masa tumbuh gigi.
Ia menekankan pentingnya satu keluarga kompak menjaga kebersihan masing-masing baik melalui alat makan maupun sikat gigi yang bersifat privat.
Karang gigi karena adanya mineral-mineral murni dari makanan yang dikonsumsi anak dan menumpuk juga bisa mempengaruhi gigi anak, terutama terkait dengan terjadinya perubahan warna permukaan gigi menjadi kuning (staining).
Termasuk kebiasaan menggigit es batu dalam durasi waktu yang panjang karena membuat gigi jadi terkikis.
"Tetapi kalau untuk masalah genetik semuanya bisa dicegah. Caranya adalah kalau dia pembersihannya baik, kalau dia melakukan cek gigi ke dokter empat bulan sekali, saya yakin masalah seperti (gigi) berlubang itu bisa tertangani dengan baik," pungkas dokter yang praktik di Rumah Sakit Medistra itu. (Ant/Z-1)
Pengawasan orangtua kepada anak saat mengakses gadget dibutuhkan agar anak bisa memahami batasan akses ke jenis-jenis konten yang sesuai untuk usia mereka.
Stimulasi sensorik sendiri melibatkan penggunaan panca indra anak mulai dari penglihatan hingga sentuhan sehingga anak bisa memahami dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Ternyata kebiasaan mengakses gadget ini malah membuat pola makan anak menjadi tidak teratur, anak cenderung tidak menyadari rasa lapar.
Anak yang terpapar lagu-lagu dari lingkungannya perlu bimbingan orangtua untuk mengarahkan referensi musik yang lebih sesuai kepada anak dan menikmatinya bersama.
Kesulitan meregulasi emosi dan impulsivitas bisa menjadi salah satu faktor seorang anak dalam kenakalan yang akhirnya berujung pada tindak kriminal.
Pemberdayaan orangtua pada anak, menurut Andien, juga diperlukan dalam menghadapi tantangan di tengah kemajuan zaman dari berbagai inovasi.
MENTERI Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memaparkan masalah kesehatan gigi anak dan karies gigi paling banyak ditemukan pada kelompok anak pra sekolah atau anak usia dini di jenjang PAUD.
Ketidakteraturan susunan gigi bukan hanya berdampak pada estetika, tetapi juga pada fungsi dasar anak sehari-hari. Anak yang mengalami masalah ini bisa kesulitan dalam mengunyah makanan
Tak jarang anak yang harus pakai behel karena kondisi gigi anak yang tidak rapi atau gigitan yang tidak ideal atau dikenal dengan maloklusi.
Tanpa disadari, kandungan gula yang tinggi dalam asupan harian dapat menimbulkan masalah kesehatan, terutama pada gigi.
Federation Dental International dan WHO menargetkan anak usia 5-6 tahun setidaknya 50% di antaranya harus bebas dari karies gigi di setiap negara.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved