Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
BADAN Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Antariksa (PRA), Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (ORPA) berkomitmen untuk mengembangkan riset antariksa berskala global. Hal ini diwujudkan melalui pengembangan infrastruktur riset, pemanfaatan data internasional, serta penjajakan kolaborasi strategis, termasuk dengan National Aeronautics and Space Administration (NASA).
“Kami menyambut baik kunjungan Kedutaan Besar Amerika Serikat ke Pusat Riset Antariksa (PRA, mengingat kami memiliki hubungan erat dengan NASA. Banyak periset kami yang menggunakan data dari NASA untuk mendukung riset Antariksa,” jelas Kepala PRA, Emanuel Sungging Mumpuni, saat menerima kunjungan Kedutaan Besar Amerika Serikat ke Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Samaun Samadikun, Bandung, pada Rabu (23/4).
“PRA memiliki empat Kelompok Riset, yaitu Kelompok Riset Matahari dan Aktivitasnya, Kelompok Riset Ionosfer dan Propagasi Gelombang Radio, Kelompok Riset Astronomi dan Observatorium, serta Kelompok Riset Dinamika Lingkungan Antariksa,” jelas Sungging.
Pada kesempatan tersebut, Peneliti Ahli Madya PRA, Tiar Dani, menjelaskan bahwa pihaknya menggunakan data aktivitas badai matahari dari NASA. “Kami berharap, melalui kunjungan ini, kami dapat memperoleh data secara berkelanjutan untuk mendukung riset aktivitas badai matahari,” ungkap Tiar.
Senada dengan Tiar, Ketua Kelompok Riset Matahari dan Aktivitasnya, Johan Muhamad, turut menjelaskan fokus riset yang dilakukan. “Kami mempelajari aktivitas matahari, cuaca antariksa, dan fisika matahari. Kami memerlukan data matahari sebagai pembanding untuk mendukung pendekatan fisika dalam riset kami,” jelas Johan.
Sementara itu, Peneliti Ahli Utama PRA, Thomas Djamaluddin, menjelaskan keberadaan Observatorium Nasional (Obnas) di Timau, Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai salah satu infrastruktur riset yang dibangun BRIN. Menurutnya, Obnas Timau dapat memberikan kontribusi sangat penting bagi perkembangan astronomi global.
“BRIN saat ini tengah membangun Obnas Timau di Gunung Timau, Kupang, NTT. Observatorium ini akan dilengkapi dengan teleskop berukuran 3,8 meter yang merupakan teleskop terbesar di Asia Tenggara,” ujar Thomas.
Ia berharap kehadiran Obnas Timau dapat menggugah minat generasi muda, khususnya masyarakat lokal Timau, untuk mempelajari astronomi. “Kami berharap keberadaan Obnas Timau dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat lokal untuk mempelajari fenomena astronomi dan fisika,” harapnya.
Melalui kunjungan ini, Sungging dan Thomas berharap dapat membuka peluang kolaborasi riset dengan NASA sekaligus menjadi jembatan bagi para periset dan masyarakat sekitar Observatorium Timau untuk melanjutkan pendidikan di bidang astronomi, fisika, dan antariksa di universitas-universitas di Amerika Serikat. (H-1)
Empat satelit PUNCH berhasil menempati posisi orbit yang direncanakan di sekitar bumi untuk mendapatkan pandangan ke arah matahari.
Misi Lunar Trailblazer NASA yang bertujuan memetakan air di Bulan berakhir setelah kehilangan kontak sehari pasca peluncuran.
Dalam studi yang dipublikasikan pada 30 Juli di jurnal Science Advances, para ahli geofisika meneliti lokasi pendaratan Apollo 17 di lembah Taurus-Littrow di Bulan.
NASA mempercepat rencananya untuk membangun reaktor nuklir bertenaga 100 kilowatt di Bulan pada 2030.
Pelajari tentang Teleskop James Webb, teleskop terbesar dan terkuat yang dikembangkan NASA.
Klaim Bumi gelap total 2 Agustus 2025 terbukti hoaks. Simak fakta ilmiah, klarifikasi NASA, dan jadwal gerhana matahari yang sebenarnya terjadi.
KESADARAN menjaga fisik dan kesehatan dinilai menjadi hal penting bagi atlet esports untuk mencegah cedera dan menjaga karier tetap panjang.
Fokus utama kegiatan adalah memperkuat kerja sama global, meningkatkan kompetensi mahasiswa, serta mengembangkan kapasitas sivitas akademika di kancah internasional.
Selain menjadi penguatan branding dan legalitas kemitraan, MoU ini juga akan mengatur pembagian kontribusi dan pendapatan berdasarkan peran masing-masing pihak.
SETELAH sukses dengan Jazz Gunung Series 1 dan 2 di Bromo, Jawa Timur pada Juli, Jazz Gunung kembali hadir untuk seri ketiganya di Ijen dan menampilkan kolaborasi jazz internasional dan lokal
Kunjungan ini dinilai menjadi langkah penting dalam membuka peluang kolaborasi lebih luas, khususnya dalam pengembangan pengajaran dan penelitian yang berkualitas.
JF3 hadir sebagai ruang kolaboratif yang mengedepankan inovasi dan perubahan, yang menjadi sebuah platform di mana semua pihak bisa bertumbuh bersama dan saling memperkuat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved