Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Tiga Tingkatan Menghidupkan Lailatul Qadar, Apa saja Amalan Mereka?

Wisnu Arto Subari
20/3/2025 22:31
Tiga Tingkatan Menghidupkan Lailatul Qadar, Apa saja Amalan Mereka?
Ilustrasi.(Freepik)

ADA tiga tingkatan dalam menghidupkan malam Lailatul Qadar. Ini dijelaskan dalam dalam kitab Nihayatuz Zain halaman 198.

Hal dijelaskan karena banyak amal ibadah yang dilakukan umat Islam dalam meraih Lailatul Qadar. Tiga tingkatan itu baik tetapi ada yang lebih baik dan paling baik.

Apa saja tiga tingkatan ibadah dalam menghidupkan malam Lailatul Qadar? Berikut penjelasannya.

1. Tingkatan yang paling tinggi. 

Mereka menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan melakukan salat sunah seperti salat tarawih, salat witir, salat tasbih, salat hajat, dan lain sebagainya. 

2. Tingkatan menengah. 

Mereka menghidupkan sebagian besar atau kebanyakan malam Lailatul Qadar dengan melakukan zikir, termasuk membaca Al-Qur'an.

3. Tingkatan yang paling rendah. 

Mereka menghidupkan malam Lailatul Qadar yaitu melakukan salat Isya dan Subuh secara berjemaah. Itu minimal untuk mendapatkan keutamaan malam Lailatul Qadar. 

Beramal di dalam malam Lailatul Qadar itu lebih utama daripada beramal pada 1.000 bulan. Orang yang beramal di dalam malam Lailatul Qadar akan mendapatkan keutamaannya, walaupun dia tidak menyaksikan atau melihatnya.

Demikian penjelasannya. Semoga bermanfaat. Wallahu a'lam bishshawab.

Kitab Nihayatuz Zain

Kitab Nihayatu Az-Zain (نهاية الزين) adalah salah satu kitab fikih bermazhab Asy-Syafii yang cukup dikenal oleh kaum muslimin terutama di Indonesia. Dalam forum-forum bahtsul masa-il yang diadakan NU maupun tanya jawab yang diasuh oleh para ustaz ahlussunah waljamaah, kitab ini biasa dikutip sebagai salah satu rujukan. 

Mungkin karena kitab karya Syekh Nawawi Al-Bantani ini memiliki kedudukan yang mendalam pada sebagian kiai, akhirnya nama kitab ini diadopsi menjadi nama pesantren. Di kampung Tebon Teki, Desa Tegalangus, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Indonesia berdiri pondok pesantren yang diberi nama Ma’had Nihayatuz Zein Al-Ashri.

Nama lengkap kitab ini sebagaimana disebut pengarang dalam muqaddimah adalah Nihayatu Az-Zain Fi Irsyadi Al-Mubtadi in (نهاية الزين في إرشاد المبتدئين). Lafaz nihayah bermakna puncak/ujung sesuatu. Zain bermakna hiasan. 

Irsyad bermakna membimbing. Mubtadi in bermakna para pemula. Jadi, dengan judul ini seakan-akan pengarang berharap kitabnya bisa membimbing para pemula dalam bentuknya yang paling indah. (I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya