Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
HUJAN lebat yang terus mengguyur dalam beberapa hari terakhir menyebabkan banjir di sejumlah wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Banjir tidak hanya menghambat aktivitas warga dan merendam pemukiman, tetapi juga membawa risiko kesehatan yang perlu diwaspadai. Genangan air kotor yang tersebar di berbagai titik berpotensi menjadi sarang bakteri dan virus penyebab penyakit.
1. Demam berdarah
Saat musim hujan, populasi nyamuk Aedes aegypti, yang menjadi penyebab utama penyebaran demam berdarah, cenderung meningkat.
Kondisi ini terjadi karena banyaknya genangan air di berbagai tempat, seperti kaleng bekas, ban bekas, dan wadah lainnya yang menampung air hujan dalam waktu lama. Genangan tersebut menjadi lokasi ideal bagi nyamuk untuk berkembang biak.
Untuk mengurangi risiko penyebaran penyakit ini, masyarakat diimbau untuk menerapkan gerakan 3M, yaitu mengubur barang-barang bekas yang berpotensi menampung air, menguras tempat penampungan air secara rutin, dan menutup rapat wadah penyimpanan air.
Selain itu, jika ada anggota keluarga yang mengalami demam tinggi tanpa penyebab yang jelas, terutama jika disertai gejala perdarahan, segera bawa ke fasilitas kesehatan agar mendapat penanganan yang tepat.
2. Diare
Setelah banjir, kondisi lingkungan menjadi kotor akibat lumpur dan genangan air yang tercemar. Jika bakteri dari lingkungan yang tidak higienis masuk ke dalam tubuh, baik melalui makanan maupun tangan yang tidak bersih, maka dapat memicu diare.
Gejala umum diare meliputi sakit perut disertai buang air besar (BAB) yang lebih sering dari biasanya, meskipun tidak terlalu encer. Selain itu, kram perut, BAB yang disertai lendir, hingga keluarnya darah merupakan juga tanda dari gejala diare.
Meskipun sering dianggap sebagai penyakit ringan, diare bisa berakibat fatal. Menurut data WHO, hampir 2 juta anak di bawah usia 5 tahun di seluruh dunia meninggal akibat diare. Dari angka tersebut, sekitar 8,5% berasal dari wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
3. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh infeksi pada saluran pernapasan, termasuk hidung, tenggorokan, dan paru-paru.
Penyakit ini dipicu oleh virus, bakteri, atau mikroorganisme lain yang berkembang di lingkungan tidak sehat, seperti saat terjadi banjir. Gejalanya mirip dengan flu biasa, seperti batuk dan demam, namun dapat disertai dengan sesak napas atau nyeri di bagian dada.
4. Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira dan umumnya menular melalui hewan seperti tikus, sapi, anjing, dan babi.
Risiko tertular penyakit ini meningkat jika seseorang bersentuhan langsung dengan air yang telah terkontaminasi urine dari hewan-hewan tersebut, baik dalam bentuk aliran maupun genangan.
5. Penyakit kulit
Penyakit kulit kerap muncul akibat paparan air banjir yang tercemar berbagai bakteri. Gejalanya dapat berupa bercak merah, bentol-bentol yang menumpuk, serta rasa gatal yang intens. Jika mengalami kondisi tersebut, penting untuk segera mendapatkan penanganan dan pemeriksaan lebih lanjut guna mengetahui jenis penyakit yang terjadi. Jika dibiarkan, infeksi dapat menyebar ke area tubuh lainnya.
6. Tipes
Tipes atau demam tifoid adalah infeksi yang menyerang usus halus akibat bakteri Salmonella yang berasal dari kotoran hewan. Bakteri ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui air atau makanan yang terkontaminasi, terutama di lingkungan yang kotor akibat banjir. Gejalanya meliputi sakit kepala, mual, demam, diare, serta penurunan nafsu makan. (berbagai sumber/Z-1)
Kemenkes mengingatkan masyarakat agar siaga terhadap berbagai penyakit yang bisa muncul saat peralihan musim seperti saat ini, salah satunya demam berdarah dengue atau DBD
Banjir tengah melanda berbagai daerah di Indonesia, tidak terkecuali Jabodetabek. Hal itu menimbulkan dampak yang berbahaya bagi masyarakat, khususnya penyebaran penyakit leptospirosis.
Hipertensi, hingga kini, masih menjadi penyebab utama penyakit kardiovaskular dan kematian dini di seluruh dunia.
Pemerintah Indonesia berupaya mengeliminasi kusta karena kusta merupakan penyakit yang seharusnya sudah tidak ada lagi.
Dalam hal cuka sari apel, asam asetat merupakan penyebab utama di balik efek samping yang mungkin muncul.
Penyakit leptospirosis kembali menarik perhatian setelah menimbulkan korban jiwa dan menginfeksi ratusan orang di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved