Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pendekatan THR: Alternatif Efektif untuk Berhenti Merokok

Kautsar Widya Prabowo (Medcom.id)
11/2/2025 13:45
Pendekatan THR: Alternatif Efektif untuk Berhenti Merokok
Pendekatan Tobacco Harm Reduction atau THR dalam menghentikan kebiasaan merokok(Dok. Freepik)

DATA dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan bahwa merokok menjadi penyebab kematian terbesar kedua di Indonesia. Kondisi ini menekankan pentingnya mencari strategi alternatif yang dapat menurunkan risiko akibat rokok sekaligus membantu perokok berhenti merokok.

Salah satu pendekatan yang mulai mendapat perhatian adalah Tobacco Harm Reduction (THR).

Menurut Laporan “Lives Saved Report” yang diterbitkan oleh Global Health Consults, penerapan THR di Indonesia diperkirakan dapat menyelamatkan hingga 4,6 juta nyawa perokok pada tahun 2060.

THR sendiri bertujuan untuk mengurangi dampak buruk dari merokok dengan memperkenalkan produk-produk tembakau alternatif yang lebih rendah risiko.

“THR fokus pada pengurangan risiko dari merokok. Ini bisa menjadi salah satu alternatif dalam upaya berhenti merokok. Kami menunggu hasil risetnya untuk menjadi masukan kebijakan,” ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, dalam sebuah diskusi di Jakarta.

THR bukan hanya menekankan pada peralihan ke produk alternatif seperti rokok elektronik atau produk tembakau yang dipanaskan, tetapi juga mencakup kebijakan, riset, dan perkembangan teknologi yang mendukung perokok untuk berhenti merokok.

Meski demikian, Kemenkes saat ini masih memprioritaskan Upaya Berhenti Merokok (UBM) melalui konseling di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan layanan hotline berhenti merokok.

“Kami punya UBM dan hotline berhenti merokok, tapi memang belum maksimal dan belum tersedia di semua tempat. Soal THR, kita lihat perkembangan studinya, apakah bisa menjadi dasar bagi regulasi berbasis bukti,” tambah Nadia.

Pendekatan berbasis bukti atau data menjadi kunci dalam merumuskan kebijakan yang efektif. Ronny Lesmana, akademisi dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung dan salah satu penulis “Lives Saved Report”, menyatakan bahwa meskipun kampanye berhenti merokok sudah masif dilakukan, hasilnya belum optimal dalam menurunkan angka perokok.

“Kita tidak bisa hanya mengandalkan satu pendekatan. Jika THR diterapkan, kualitas hidup masyarakat akan meningkat, dan angka harapan hidup juga akan lebih baik. Penelitian kami menunjukkan bahwa produk rendah risiko memiliki toksisitas lebih rendah dan menurunkan inflamasi paru-paru,” jelas Ronny.

Penelitian toksisitas dilakukan dengan menguji sel molekuler dari perokok konvensional dan pengguna produk alternatif.

Produk yang digunakan telah memenuhi standar internasional, dan penelitian serupa di enam negara menunjukkan hasil konsisten bahwa produk alternatif memiliki risiko lebih rendah dibanding rokok konvensional.

Namun, diperlukan lebih banyak kajian ilmiah di Indonesia untuk memahami dampak THR secara menyeluruh. Penelitian ini harus melibatkan kolaborasi antara pemerintah, lembaga penelitian, dan institusi pendidikan guna menghasilkan data yang valid sebagai dasar pembuatan regulasi.

Peneliti dan mantan Direktur Riset Kebijakan World Health Organization (WHO), Tikki Pangestu, juga menekankan pentingnya penelitian lokal tentang THR. Menurutnya, hasil penelitian luar negeri tidak selalu relevan dengan kondisi di Indonesia.

“Penelitian lanjutan THR dalam konteks lokal harus menjadi prioritas dan mendapat dukungan penuh. Fokusnya bisa pada dampak kesehatan dan ekonomi, serta membandingkan antara rokok konvensional dengan produk alternatif,” ujar Tikki.

Dengan dukungan penelitian yang memadai, diharapkan pendekatan THR dapat menjadi solusi efektif untuk mengurangi angka perokok di Indonesia dan meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan. (Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya