Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
DIREKTUR Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengimbau masyarakat untuk mulai berhenti kebiasaan merokok konvensional maupun elektrik, karena rokok dapat meningkatkan risiko penyakit tidak menular.
"Kalau kita lihat trennya, sebenarnya rokok itu merupakan faktor risiko untuk penyakit tidak menular. Kita tahu bahwa dari tahun ke tahun klaim BPJS Kesehatan untuk penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, kanker, atau lainnya itu juga selalu meningkat," kata Nadia kepada Media Indonesia, Sabtu (8/2).
Jumlah kasus penyakit tidak menular akibat rokok tambah meningkat, bahkan pembiayaan kesehatannya pun sampai Rp3,3 triliun untuk kanker sendiri. Di sisi lain prevalensi secara umum orang merokok juga meningkat.
"Kalau anak-anak terlihatnya turun, tapi sebenarnya nggak turun, karena jumlah absolutnya itu adalah sama. Dari sisi itu saja dan kalau kita jumlah kasus yang jantung atau stroke juga meningkat. Jadi, pembiayaan naik, jumlah kasus naik," ungkapnya.
Prevalensi perokok pada orang dewasa meningkat maka ia mengimbau masyarakat untuk mulai menurunkan kebiasaan merokok. Karena jika tidak ditangani saat ini pasti akan terjadi peningkatan jumlah kasus.
Saat ini iklan rokok secara daring sudah sangat masif dan diiklankan secara langsung maupun tidak langsung melalui podcast, olahraga, atau yang secara langsung melalui konser band-band yang digandrungi anak muda.
"Dengan cara yang sangat bagus membayar iklan melalui konser musik, podcast, event olahraga, hingga membeli restoran menjadi salah satu cara cross marketing," ujar Anggota Presidium GKIA Nia Umar.
Negara lain banyak sudah mengatur iklan rokok di internet sementara Indonesia juga harus mengambil langkah yang berani agar prevalensi perokok di Tanah Air bisa menurun.
"Semoga bisa didengar dan bisa terealisasikan segera. Sasarannya banyak kelompok muda mulai dari anak sekolah, remaja, dan anak muda yang biasa menggunakan vape ataupun rokok konvensional," pungkasnya. (Z-9)
Prioritas kesehatan nasional saat ini menyasar pada pengendalian penyakit tidak menular.
Kemenkes dan AstraZeneca dalam penanganan penyakit tidak menular (PTM), seperti diabetes, kanker, asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), infeksi virus RSV, penyakit ginjal kronis.
Studi meta analisis pada 2021 dan 2023 mengestimasi setiap konsumsi 250 mililiter MBDK akan meningkatkan risiko obesitas sebesar 12 persen.
Data SKI 2023 menunjukkan sekitar 22,3–22,6% penduduk berusia di atas 10 tahun merokok setiap hari. Survei yang sama juga mencatat kebiasaan makan yang berisiko.
PENYAKIT tidak menular seperti hipertensi dan stunting masih jadi tantangan sektor kesehatan. Indonesia juga belum berhasil mengendalikan penyakit endemik seperti malaria dan dengue.
Reformulasi pangan sangat krusial, karena sebanyak 73% kematian di Indonesia terkait dengan penyakit tidak menular.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved