Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
MENGHADAPI tantangan ketidaksesuaian antara kompetensi lulusan dengan kebutuhan Industri 5.0, Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) bersama Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer (FTIK) menyelenggarakan Festival FTIK yang terdiri dari Seminar Nasional bertema "Mencetak Tenaga Kerja Berkompeten untuk Industri 5.0: Sinergi antara Pemerintah, Industri, dan Pendidikan Tinggi" serta pameran hasil karya dosen dan mahasiswa.
Kegiatan tersebut digelar di Auditorium Kampus II UKRIDA, Jakarta ,sebagai bagian dari pekan perayaan Dies Natalis ke-58 yang mengusung tema “Excellence to be a Blessing”.
Acara ini dihadiri 536 peserta, termasuk perwakilan dari berbagai sektor pemerintah, industri, dan pendidikan tinggi untuk membahas prospek dan tantangan yang dihadapi oleh industri dalam menghadapi Industri 5.0 di tahun 2025.
Dalam keterangannya Rektor UKRIDA, Prof. Dr.-Ing. Ir. Herman Parung, M.Eng., IPU, mengutarakan tema seminar di Festival FTIK kali ini bertujuan untuk memperkuat sinergi antara tiga elemen utama, yaitu pemerintah, industri, dan dunia pendidikan tinggi.
"Kita seharusnya bekerja sama untuk mempersiapkan generasi yang memiliki kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan dalam industri masa depan. Kami berharap bahwa forum ini dapat menjadi wadah yang bermanfaat bagi peserta untuk saling bertukar pengetahuan dan pengalaman serta menjadi inspirasi dalam menyusun langkah strategis yang dapat memajukan dunia pendidikan tinggi dan industri kita," ungkapnya.
Prof. Anwar Sanusi, Ph.D., Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan RI, mewakili Menteri Ketenagakerjaan RI, mengutarakan situasi ketenagakerjaan di Indonesia sangat kompleks. Dikatakan mayoritas angkatan kerja masih didominasi lulusan SMP ke bawah, dan banyak yang bekerja di sektor informal. Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah mismatch atau ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki oleh lulusan dan kebutuhan industri.
"Kita memiliki banyak lulusan, tetapi mereka tidak memiliki keterampilan yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh industri," tukasnya.
Ia juga menyoroti tantangan yang dihadapi dalam perubahan jenis pekerjaan. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, banyak perusahaan yang beralih ke otomatisasi dan digitalisasi, sehingga memerlukan tenaga kerja yang memiliki keterampilan teknologi yang memadai. "Adopsi teknologi ini menciptakan kebutuhan baru akan keterampilan, dan kita harus mempersiapkan tenaga kerja untuk dapat beradaptasi dengan perubahan ini," tambahnya.
Di hadapan ratusan mahasiswa UKRIDA, Prof. Anwar menjelaskan tentang dominasi angkatan kerja Generasi Y dan Z. Generasi ini dikenal lebih adaptif terhadap teknologi dan perubahan, tetapi mereka juga menghadapi tantangan tersendiri. "Mereka memiliki kemampuan digital yang lebih baik, tetapi seringkali kurang dalam keterampilan interpersonal dan soft skills yang diperlukan di tempat kerja," ujarnya.
Oleh karena itu, penting bagi pendidikan tinggi untuk mengintegrasikan pengembangan soft skills dalam kurikulum mereka. Lebih lanjut, Prof. Anwar juga membagikan peran Kementerian Ketenagakerjaan dalam menyediakan pengembangan Ekosistem Digital Ketenagakerjaan kepada para mahasiswa yang hadir.
Kemenaker berupaya menciptakan platform digital yang dapat membantu menghubungkan pencari kerja dengan perusahaan, serta menyediakan pelatihan dan sertifikasi yang relevan dengan kebutuhan industri.
Narasumber lainnya, Tri Munanto, S.E., M.Ak., mewakili Kepala LLDIKTI Wilayah III DKI Jakarta menjelaskan pentingnya kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri. Ia menyatakan mahasiswa yang melakukan pembelajaran di luar kampus, seperti magang di berbagai perusahaan dan pertukaran pelajar, memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang hanya belajar di dalam kampus. Munanto menekankan bahwa soft skills sangat penting dalam dunia kerja saat ini.
"Mahasiswa yang memiliki soft skills yang baik, seperti kemampuan komunikasi, kerjasama tim, dan pemecahan masalah, akan lebih mudah beradaptasi dan sukses di lingkungan kerja," ujarnya.
Ia juga apresiasi UKRIDA sebagai salah satu mitra penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di LLDIKTI wilayah III. "Kami tidak bekerja sendirian, kami sangat terbantu oleh perguruan tinggi, salah satunya UKRIDA, yang telah menjadi mitra yang selama beberapa tahun terakhir, UKRIDA banyak membantu kami, khususnya dalam aspek pembelajaran dan kemahasiswaan," ungkapnya.
Sementara itu, dari sektor industri, Oki Widjaja, B.Sc (Hons) Direktur Utama PT Galva Technologies Tbk dan Ketua Umum Pengurus Yayasan BPTK Krida Wacana, menambahkan bahwa industri saat ini membutuhkan tenaga kerja yang tidak hanya memiliki keterampilan teknis, tetapi juga soft skills, seperti kemampuan berpikir kritis, komunikasi, dan integritas.
"Kita harus mencari karyawan yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Lulusan harus memiliki kemampuan untuk belajar secara mandiri dan terus mengembangkan diri agar dapat bersaing di pasar kerja yang semakin kompetitif," ungkapnya.
Ia juga menekankan pentingnya lifelong learning dalam dunia kerja saat ini. "Karyawan yang mampu beradaptasi dan terus belajar akan lebih siap menghadapi perubahan dan tantangan di industri," tuturnya.
Melalui kesempatan ini, sinergi tiga pihak - pemerintah, industri, dan pendidikan tinggi - dipandang sebagai fondasi penting dalam membangun daya saing generasi mendatang di kancah global. Peningkatan kualitas pendidikan dan relevansi kurikulum yang sejalan dengan tuntutan industri diharapkan mampu menghasilkan lulusan berkualitas yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Salah satu mahasiswa yang berpartisipasi aktif dalam seminar tersebut, yaitu Michael Arissaputra dari Program Studi Teknik Industri UKRIDA menilai diskusi panel ini berhasil menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya. "Forum diskusi ini memberikan wawasan kepada kami para mahasiswa untuk dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan industri yang terus berkembang," tuturnya.
Senada , perwakilan mahasiswa dari mitra perguruan tinggi yang hadir, Advent Jordan Nitehe Napitupulu, mahasiswa Teknik Elektro, menilai seminar ini memberikan pengalaman yang sangat berharga. Para ahli yang diundang memberikan materi yang membuka wawasan tentang tantangan dan peluang di era Industri 5.0," kata dia.
Selain Seminar Nasional, Festival FTIK juga diisi dengan pameran penelitian “Engineering and Computer Science Expo” yang menampilkan 15 tim dari berbagai program studi di FTIK. Pameran ini menjadi ajang bagi mahasiswa untuk menunjukkan inovasi dan penelitian yang relevan, seperti teknologi terbaru dan solusi inovatif untuk tantangan yang dihadapi oleh industri.
Melalui acara ini, UKRIDA dengan semangat Lead to Impact berkomitmen untuk berinovasi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak guna menciptakan SDM yang unggul dan siap menghadapi tantangan di era Industri 5.0. (H-2)
Orang yang andal mempergunakan AI merupakan orang-orang yang akan menggantikan berbagai pekerjaan yang tidak menggunakan AI.
Komitmen UKRIDA terhadap inovasi dan pengembangan ini kemudian diimplementasikan melalui serangkaian forum kolaboratif lintas disiplin yang mempertemukan para pemangku kepentingan.
Dr. Tauhid Ahmad, Direktur INDEF menyoroti ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap kondisi global.
Konferensi ini mencakup dua area utama. Salah satunya The International Conference on Sustainability Through Humanities and Social Sciences (ICSHSS).
Prof. Herman menegaskan misi Ukrida untuk mendidik mahasiswa yang tidak hanya unggul secara intelektual juga memiliki karakter yang baik.
Seminar ini membahas Pembaruan KUHAP menjadi momentum penting dalam menata ulang koordinasi antara penyidik dan penuntut umum dalam sistem peradilan pidana.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved