Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Tekuni Metode Pengobatan Tradisional dan Obat Herbal, Nyoman Kertia Terima Anugerah UGM

Agus Utantoro
27/12/2024 22:20
Tekuni Metode Pengobatan Tradisional dan Obat Herbal, Nyoman Kertia Terima Anugerah UGM
Prof. Kertia menerima Anugerah Gadjah Mada yang diserahkan oleh Rektor UGM Prof. Ova Emilia(Dok UGM)

GURU BESAR pada Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada Prof. Dr. dr. Nyoman Kertia, Sp.PD-KR., dikenal sebagai pakar yang menekuni penelitian obat-obat tradisional untuk penerapannya dalam dunia medis modern.

Prof. Nyoman menyatakan ketertarikannya pada obat tradisional, berangkat dari potensi biodiversitas tanaman herbal Indonesia yang belum banyak dikembangkan. Sementara bahan baku obat kimia sejauh ini masih 90% impor. Hal ini menjadi salah satu keresahan Kertia dalam menekuni riset bidang obat-obatan tradisional. 

“Akademisi mestinya tidak terjajah oleh pemikiran dan standar barat. Tanaman obat jika diolah dengan baik maka akan menjadi obat yg sangat berkhasiat dan aman,” katanya, Jumat (27/12), di Kampus UGM

Ia menyayangkan minimnya minat untuk memberdayakan metode pengobatan tradisional dalam praktik medis. Disampaikan oleh Prof Kertia, masyarakat saat ini banyak mengalami gejala-gejala akibat pola makan tidak teratur dan junk food, seperti diabetes, kolesterol, asam urat, bahkan komplikasi stroke dan jantung yang bisa mengancam nyawa. 

Sayangnya, metode pengobatan tradisional terhadap penyakit tersebut sudah lama ditinggalkan karena pengobatan modern dinilai lebih efektif. “Banyak masyarakat yg mengalami stress dan penyakit jiwa akibat melupakan konsep hidup ‘nrimo ing pandum’, ‘urip iku urup’,” ujar Kertia.

Ketua Dewan Jamu Daerah Istimewa Yogyakarta dan Ketua Tim Pengembangan Obat Bahan Alam RSUP. Dr. Sardjito FK-KMK UGM, Prof. Kertia gencar melakukan penelitian untuk mengembangkan obat-obatan yang berbahan dasar herbal. Salah satu riset ia lakukan adalah pengobatan tradisional penyembuhan penyakit Osteoarthritis atau peradangan kronis di sendi. 

Profesor Kertia membandingkan antara metode pengobatan modern menggunakan Piroxicam, sementara pengobatan tradisional menggunakan tanaman herbal seperti kunyit, jahe, dan bawang merah. Meski keduanya memiliki kandungan anti-inflamasi yang berfungsi untuk meredakan peradangan. Namun, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengobatan tanaman herbal mampu menghambat perkembangan osteoartritis dengan risiko yang lebih rendah. 

“Riset yang saya lakukan cukup banyak, misalnya riset temulawak, jahe, kunyit, kulit udang, kedelai, ciplukan, pegagan, obat pikun, serta penyusunan program Yogyakarta Sehat Lestari yang menjadi pedoman pengembangan kesehatan di DIY,” terangnya. 

Selain obat-obatan herbal, Prof. Kertia juga menggabungkan metode penyembuhan tradisional lainnya seperti akupuntur, pijat tradisional, dan meditasi. Menurutnya metode penyembuhan tradisional juga diwariskan oleh nenek moyang secara turun temurun melalui kearifan lokal Nusantara ini patut dipelihara dan dikembangkan.

Ketekunannya pada pengembangan obat tradisional ini mengantarkannya mendapatkan Penghargaan Anugerah UGM untuk bidang obat-obatan dan kebudayaan Indonesia. Penghargaan ini diberikan oleh Rektor UGM Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., pada puncak Dies Natalis UGM pada Kamis (19/12) lalu. 

Ia sangat bersyukur mendapatkan penghargaan tersebut dan berharap makin memotivasinya dirinya dan peneliti yang lain  agar lebih banyak melakukan riset yang mendalami tentang potensi obat tradisional dan tanaman herbal Indonesia. Tidak hanya sebagai metode penyembuhan, namun juga untuk mempertahankan warisan budaya dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. 

“Saya merasa bersyukur karena UGM memperhatikan kesehatan masyarakat melalui kearifan budaya leluhur, khususnya minuman jamu dan obat-obatan herbal,” ujarnya. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya