Antisipasi Bencana di Momen Nataru, BNPB Fokus pada Kesiapsiagaan Komunitas

Atalya Puspa
15/12/2024 18:20
Antisipasi Bencana di Momen Nataru, BNPB Fokus pada Kesiapsiagaan Komunitas
Warga memperbaiki kondisi rumah yang rusak terdampak bencana pergerakan tanah di Kadupandak, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (6/12/2024)(ANTARA/NOVRIAN ARBI)

DALAM rangka menghadapi potensi bencana selama perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025 Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menekankan pentingnya kesiapsiagaan komunitas di tingkat terkecil, seperti RT dan RW. 

"Secara konteksual, kita tidak bisa mencegah terjadinya bencana, tetapi yang bisa kita upayakan adalah meminimalkan dampaknya, baik terhadap korban jiwa maupun kerugian harta benda," ujarnya, Minggu (15/12). 

Abdul menegaskan bahwa masyarakat harus waspada terhadap potensi bencana yang mungkin terjadi akibat cuaca ekstrem. 

“Kita mungkin tahu prediksi hujan intensitas tinggi dari BMKG, tetapi jenis bencana seperti banjir, tanah longsor, atau banjir bandang, beserta lokasi dan waktunya, sulit diprediksi,” jelasnya. 

Untuk itu, kesiapsiagaan di level komunitas menjadi langkah awal yang krusial. Ia juga mendorong pengaktifan patroli kebencanaan oleh aparat desa, Babinsa, Bhabinkamtibmas, Satpol PP, dan masyarakat. Tujuannya adalah memantau kondisi sekitar saat hujan deras berlangsung lebih dari dua jam. 

“Jika ada tebing yang rawan atau daerah yang berpotensi terdampak, masyarakat dapat segera dievakuasi ke tempat aman, meskipun hanya sementara,” katanya.

BNPB juga akan memberikan perhatian khusus pada daerah yang menjadi penyumbang terbesar bencana hidrometeorologi, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah. Pendampingan berupa evaluasi kesiapsiagaan, pengaktifan rencana kontingensi (renkon), serta simulasi peran masing-masing pihak akan dilakukan di wilayah ini.

“Renkon bukan hanya dokumen. Semua pihak yang terlibat di dalamnya harus memahami perannya. Saat bencana terjadi, renkon berubah menjadi rencana operasi, sehingga setiap pihak tahu apa yang harus dilakukan,” terang Abdul.

Dalam persiapan menghadapi potensi bencana Nataru, BNPB juga memastikan ketersediaan alat, perangkat, personel, dan logistik pendukung. Langkah-langkah mitigasi seperti pengecekan pintu air, pemantauan debit air, dan penyiapan pompa-pompa untuk mengatasi genangan akan dilaksanakan secara terkoordinasi.

Selain itu, BNPB akan mengoptimalkan posko-posko bersama selama periode Nataru, yang berfungsi sebagai pusat informasi dan koordinasi untuk tanggap darurat. Program modifikasi cuaca juga menjadi salah satu upaya BNPB untuk mengurangi risiko bencana hidrometeorologi.

“Yang terpenting adalah evaluasi dan optimalisasi kesiapsiagaan. Jika masih ada yang kurang, status siaga harus ditetapkan agar rencana operasi dapat berjalan optimal saat kondisi darurat,” tutup Abdul. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya