Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Dikepung Bencana, Sinjai Perpanjangan Status Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi

 Lina Herlina
06/7/2025 19:11
Dikepung Bencana, Sinjai Perpanjangan Status Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi
Banjir di Kecamatan Sinjai Utara, Sulawesi Selatan.(Dok. BPBD)

DARI semua kabupaten yang dilanda bencana hidrometeorologi di Sulawesi Selatan, Kabupaten Sinjai, yang terparah, lantaran dikepung bencana, mulai dari angin puting beliung, longsor, dan banjir. Salah satunya angin puting beliung yang menerjang Pulau Burung Lohe, Desa Pulau Buhung Pitue, Kecamatan Pulau Sembilan.

Lalu longsor, yang membuat akses Jalan Poros Sinjai-Malino terputus di Desa Gantareng, Kecamatan Sinjai Tengah. Longsor terjadi akibat hujan deras di lokasi tersebut. Tidak hanya itu, Kepala BPBD Sinjai Budiaman mengatakan, sejumlah wilayah di Sinjai juga diterjang banjir. Banjir terjadi di Kecamatan Sinjai Utara yang merendam Kelurahan Balangnipa, Bongki, Lappa, dan Biringere. Banjir juga terjadi di Desa Panaikan, Kecamatan Sinjai Timur Desa dan Desa Puncak, Kecamatan Sinjai Selatan.

"Wilayah terdampak yakni Kecamatan Sinjai Tengah, Sinjai Selatan, Sinjai Barat, Borong dan Bulupoddo. Sebanyak dua orang mengalami luka berat pada kejadian ini. Sekretaris Daerah, BPBD Kabupaten Sinjai bersama Instansi terkait melakukan penanganan di lokasi kejadian," sebut Budiaman.

Pengerahan alat berat dilakukan pada wilayah yang terisolir akibat longsor. Pemerintah setempat menetapkan perpanjangan status tanggap darurat yakni Keputusan Bupati Sinjai Nomor 419 Tahun 2025 tentang Perpanjangan Kedua Status Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi hingga 15 Juli 2025.

Selain Sinjai, bencana juga terjadi Bantaeng di Bantaeng yang mengakibatkan 1.295 kepala keluarga (KK) terdampak dan masih dalam pendataan, kerusakan mencangkup 1.295 unit rumah, dua unit tanggul sungai, dua akses jalan serta lahan pertanian warga turut terdampak dari kejadian ini.

Banjir bandang juga terjadi di Kabupaten Bulukumba, akibat intensitas hujan yang tinggi, mengakibatkan meluapnya air sungai ke pemukiman warga. Lokasi terdampak yakni Kecamatan Ujung Bulu, Ujung Loe, Gantarang dan Bulukumpa. Tercatat 1950 KK terdampak.

Lalu di wilayah Kabupaten Bone. Dan berdampak pada sembilan kecamatan, yakni Kecamatan Palakka, Mare, Ponre, Awangpone, Tonra, Kahu, Ulaweng, Tanete Riattang Timur dan Patimpeng. Sebanyak 500 KK dan 500 unit rumah terdampak, termasuk tiga jembatan, satu bendungan.

Akibat kejadian bencana itu, BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat setempat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana banjir bandang dan tanah longsor terutama saat atau setelah curah hujan tinggi berdurasi lama.

"Bagi warga yang tinggal di daerah rawan longsor seperti lereng bukit, tebing curam, atau bantaran sungai diminta untuk selalu memantau kondisi lingkungan sekitar dan segera mengungsi ke tempat yang lebih aman jika hujan lebat mengguyur wilayah lebih dari satu jam disertai perubahan warna air sungai maupun suara gemuruh dari wilayah lereng atau perbukitan. Ikuti arahan petugas di lapangan dan tidak mengikuti informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan," seru Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNP. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya