Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Azoospermia atau Sperma Kosong: Gangguan Kesuburan 1% Pria di Dunia

Siti Haerani
14/12/2024 13:22
Azoospermia atau Sperma Kosong: Gangguan Kesuburan 1% Pria di Dunia
Ilustrasi(Freepik)

Azoospermia, atau sering disebut sebagai kondisi sperma kosong, adalah salah satu gangguan kesuburan pada pria yang kerap tidak terdeteksi. Keadaan ini terjadi ketika tidak ada sperma yang ditemukan dalam cairan mani yang dikeluarkan saat ejakulasi. Diperkirakan, azoospermia memengaruhi sekitar 1% pria secara global dan bertanggung jawab atas 10–15% kasus infertilitas pria. Di Indonesia, kondisi ini menjadi salah satu penyebab utama kemandulan, yang memengaruhi sekitar 20% pria yang mengalami gangguan kesuburan.

Jenis dan Penyebab Azoospermia

Berdasarkan penyebabnya, azoospermia terbagi menjadi dua kategori: obstruktif dan non-obstruktif.

Azoospermia Obstruktif: Jenis ini terjadi karena adanya hambatan pada saluran reproduksi pria, seperti vas deferens atau epididimis, sehingga sperma tidak dapat keluar bersama cairan mani. Beberapa penyebab utamanya meliputi:

  • Cedera
  • Infeksi atau peradangan
  • Kista
  • Operasi di bagian panggul
  • Prosedur vasektomi
  • Cystic fibrosis, yang menyebabkan penyumbatan akibat lendir di vas deferens
  • Ejakulasi retrograde, yaitu kondisi ketika air mani tidak keluar dari penis, tetapi masuk ke saluran kemih.

Azoospermia Non-Obstruktif: Gangguan ini disebabkan oleh masalah dalam proses produksi sperma. Faktor-faktor yang berkontribusi antara lain:

  • Ketidakseimbangan hormon, seperti pada hipogonadisme dan hiperprolaktinemia.
  • Kelainan genetik, misalnya sindrom Klinefelter atau sindrom Kallmann.
  • Kerusakan pada testis akibat torsio testis, varikokel, atau orchitis.
  • Paparan radiasi dari kemoterapi atau efek samping obat tertentu.

Selain akibat kondisi di atas, Azoospermia jenis ini juga dapat terjadi akibat kelainan struktur dan fungsi testis, yang dapat disebabkan oleh beberapa kondisi berikut :

  • Torsio testis
  • Tidak adanya testis (anorchia).
  • Kriptorkismus
  • Testis gagal memproduksi sperma (sertoli cell-only syndrome).
  • Peradangan pada testis (orchitis).
  • Tumor atau kanker testis.
  • Varikokel
  • Penyakit tertentu, seperti diabetes dan gagal ginjal.
  • Efek samping obat-obatan.
  • Efek samping paparan radiasi, seperti akibat radioterapi atau kemoterapi.

Gejala dan Proses Diagnosis

Sebagian besar kasus azoospermia tidak menunjukkan gejala khusus selain ketidakmampuan untuk memiliki anak. Meski demikian, gejala tambahan dapat muncul tergantung penyebabnya, seperti rasa nyeri di testis, pembengkakan, gangguan ereksi, atau keterlambatan perkembangan pubertas.

Untuk memastikan diagnosis, dokter biasanya melakukan analisis cairan mani, tes hormon, pemindaian, hingga biopsi testis jika diperlukan. Proses diagnosis ini penting untuk menentukan jenis azoospermia dan penyebabnya, sehingga dapat ditentukan langkah pengobatan yang sesuai.

Cara Mengobati Azoospermia

Penanganan azoospermia bervariasi berdasarkan penyebab utamanya. Berikut beberapa metode yang umumnya direkomendasikan oleh dokter untuk mengatasi kondisi ini:

  1. Terapi Hormon: Dokter dapat meresepkan obat-obatan atau terapi hormon untuk meningkatkan kadar hormon testosteron yang berperan penting dalam produksi sperma. Dengan peningkatan kadar hormon ini, diharapkan produksi sperma meningkat, sehingga peluang terjadinya pembuahan menjadi lebih besar.
  2. Vasektomi Reversal: Prosedur ini dilakukan untuk memulihkan kesuburan pria yang sebelumnya menjalani vasektomi. Vasektomi reversal melibatkan penyambungan kembali saluran vas deferens, yang berfungsi mengangkut sperma dari testis sehingga dapat bercampur dengan air mani.
  3. Operasi: Berbagai jenis operasi dapat dilakukan untuk menangani azoospermia, baik melalui teknik invasif dengan sayatan besar maupun non-invasif dengan sayatan kecil. Beberapa jenis operasi yang umum dilakukan meliputi:
  • MicroTESE (Microsurgical Testicular Sperm Extraction): Prosedur ini bertujuan untuk mengambil sperma langsung dari testis melalui sayatan kecil. Sperma yang diperoleh biasanya digunakan dalam program bayi tabung.
  • TURED (Transurethral Resection of Ejaculatory Ducts): Dilakukan dengan bantuan kamera untuk menghilangkan penyumbatan pada saluran reproduksi pria, sehingga sperma dapat bercampur dengan air mani.
  • Koreksi Bekas Luka: Operasi ini bertujuan untuk menghilangkan penyumbatan yang disebabkan oleh jaringan parut akibat infeksi menular seksual (IMS).

Dengan pengobatan yang tepat, pria dengan azoospermia tetap memiliki peluang untuk memiliki keturunan. Konsultasi medis sejak dini sangat disarankan bagi pasangan yang mengalami kesulitan memiliki anak agar penanganan dapat dilakukan secara optimal. (Kemenkes/Z-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya