Headline
RI-AS membuat protokol keamanan data lintas negara.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
KOMPOSER legendaris Ludwig van Beethoven telah lama menjadi subjek perdebatan terkait kesehatan dan penyebab kematiannya.
Kini, para ilmuwan internasional berhasil mengurutkan genom Beethoven, memberikan wawasan baru yang mengejutkan tentang kondisi kesehatan dan penyebab kematian sang komposer.
Kesehatan Beethoven yang Misterius
Beethoven terkenal dengan gangguan pendengaran progresif yang menyebabkan ia hampir tuli tahun 1818, serta masalah gastrointestinal dan penyakit hati yang berkontribusi pada kematiannya pada 1827.
Sejak ia meminta dokternya untuk mendokumentasikan penyakitnya pada 1802, banyak teori tentang kondisi kesehatannya. Penelitian baru ini mengungkapkan beberapa faktor risiko yang sebelumnya tidak diketahui, yang mungkin berperan dalam kematiannya.
Tristan Begg, penulis utama penelitian dari Universitas Cambridge, mengungkapkan bahwa Beethoven diketahui mengonsumsi alkohol secara teratur, seperti tercatat dalam "buku percakapannya."
"Jika konsumsi alkoholnya cukup berat dalam jangka waktu yang cukup lama, interaksi dengan faktor risiko genetiknya menghadirkan satu kemungkinan penjelasan untuk sirosisnya," kata Begg.
Ini menjadi petunjuk penting dalam mengungkap penyebab penyakit hati yang parah yang diderita Beethoven.
Penelitian ini juga menemukan Beethoven terinfeksi virus hepatitis B, yang diperburuk konsumsi alkoholnya. Johannes Krause, dari Institut Antropologi Evolusi Max Planck, menyatakan, "Kita tidak bisa mengatakan dengan pasti apa yang membunuh Beethoven, tetapi sekarang kita setidaknya dapat mengonfirmasi adanya risiko keturunan yang signifikan, dan infeksi virus hepatitis B."
Hal ini mengarah pada kemungkinan bahwa penyakit hati yang diderita Beethoven berkontribusi besar terhadap kematian Komposer Jerman itu meninggal pada usia 56 tahun, pada 1827,
Meski banyak hal yang terungkap, masih ada beberapa misteri yang belum terpecahkan. Peneliti tidak dapat menemukan penjelasan genetik yang jelas untuk gangguan pendengaran Beethoven.
"Meskipun dasar genetik yang jelas untuk hilangnya pendengaran Beethoven tidak dapat diidentifikasi, para ilmuwan memperingatkan bahwa skenario seperti itu tidak dapat sepenuhnya dikesampingkan," jelas Dr Axel Schmidt dari Institut Genetika Manusia di Rumah Sakit Universitas Bonn.
Selain itu, meskipun Beethoven mengalami masalah pencernaan yang kronis, para peneliti tidak menemukan bukti genetik yang mendukung dugaan penyakit seperti celiac atau intoleransi laktosa.
Aspek menarik lainnya dari penelitian ini adalah penemuan tentang garis keturunan Beethoven. Analisis DNA menunjukkan perbedaan pada kromosom Y, yang mengindikasikan adanya "peristiwa paternitas pasangan ekstra" dalam garis ayah Beethoven, yaitu hubungan di luar nikah.
Maarten Larmuseau, ahli silsilah dari KU Leuven, menjelaskan, bahwa melalui kombinasi data DNA dan dokumen arsip, kami dapat mengamati perbedaan antara silsilah hukum dan biologis Ludwig van Beethoven.
Meskipun beberapa pertanyaan masih belum terjawab, penemuan ini memberi wawasan baru yang berharga tentang penyebab kematian Beethoven.
Dengan menganalisis genom Beethoven, para ilmuwan kini memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai faktor risiko genetik yang dapat menjelaskan kondisi medisnya, termasuk penyakit hati yang kemungkinan besar berkontribusi pada kematiannya.
Penelitian ini membuka pintu bagi studi lebih lanjut, yang diharapkan dapat mengungkap lebih banyak informasi mengenai kehidupan dan kematian salah satu komposer terbesar sepanjang masa. (CNN/Eartth/Z-3)
Penelitian internasional mengungkap potongan DNA yang dulu dianggap “DNA sampah” ternyata berperan penting mengatur aktivitas gen manusia.
Penelitian DNA kuno dari sisa manusia prasejarah di Eurasia mengungkap 214 patogen, termasuk bukti tertua Yersinia pestis, bakteri penyebab wabah pes.
Analisis DNA kuno dari tulang manusia berusia 4.000 tahun di Cile ungkap bentuk langka penyakit kusta.
Celestis kembali hadir dengan misi memorial luar angkasa Perseverance Flight, membawa lebih dari 150 kapsul abu dan DNA ke orbit Bumi bersama SpaceX.
Sebuah tes darah sederhana yang mampu mendeteksi DNA tumor kini menjadi alat baru untuk memprediksi kekambuhan melanoma stadium III setelah operasi.
Meski berbagi DNA hampir identik dengan lebah pekerja, ratu lebah hidup jauh lebih lama dan subur sepanjang hayatnya.
Hingga kini penyebab kematian diplomat Kemenlu itu belum diketahui, apakah bunuh diri atau korban pembunuhan.
Studi terbaru memperingatkan AMR dapat memicu jutaan kematian dan kerugian ekonomi global hingga Rp32.000 triliun per tahun pada 2050.
Ketentuan itu tidak berlaku jika penyebab meninggal karena terlibat aksi kriminal, terkena HIV/AIDS, dan bunuh diri.
Kelompok usia 30-39 tahun tercatat sebagai yang paling banyak terdampak dengan 12.403 kasus baru.
Gutomo Edi Saputra bertanggungjawab atas kematian Anggi Anggara dalam sebuah pertengkaran di Pasar Angso Duo, Kota Jambi. Ia mengabisi lawannya dengan sebilah pisau pemotong pempek
Sebuah studi global ungkap paparan harian terhadap bahan kimia dalam plastik rumah tangga, mungkin menyebabkan lebih dari 356.000 kematian akibat penyakit jantung pada 2018.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved