Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
KOMPOSER legendaris Ludwig van Beethoven telah lama menjadi subjek perdebatan terkait kesehatan dan penyebab kematiannya.
Kini, para ilmuwan internasional berhasil mengurutkan genom Beethoven, memberikan wawasan baru yang mengejutkan tentang kondisi kesehatan dan penyebab kematian sang komposer.
Kesehatan Beethoven yang Misterius
Beethoven terkenal dengan gangguan pendengaran progresif yang menyebabkan ia hampir tuli tahun 1818, serta masalah gastrointestinal dan penyakit hati yang berkontribusi pada kematiannya pada 1827.
Sejak ia meminta dokternya untuk mendokumentasikan penyakitnya pada 1802, banyak teori tentang kondisi kesehatannya. Penelitian baru ini mengungkapkan beberapa faktor risiko yang sebelumnya tidak diketahui, yang mungkin berperan dalam kematiannya.
Tristan Begg, penulis utama penelitian dari Universitas Cambridge, mengungkapkan bahwa Beethoven diketahui mengonsumsi alkohol secara teratur, seperti tercatat dalam "buku percakapannya."
"Jika konsumsi alkoholnya cukup berat dalam jangka waktu yang cukup lama, interaksi dengan faktor risiko genetiknya menghadirkan satu kemungkinan penjelasan untuk sirosisnya," kata Begg.
Ini menjadi petunjuk penting dalam mengungkap penyebab penyakit hati yang parah yang diderita Beethoven.
Penelitian ini juga menemukan Beethoven terinfeksi virus hepatitis B, yang diperburuk konsumsi alkoholnya. Johannes Krause, dari Institut Antropologi Evolusi Max Planck, menyatakan, "Kita tidak bisa mengatakan dengan pasti apa yang membunuh Beethoven, tetapi sekarang kita setidaknya dapat mengonfirmasi adanya risiko keturunan yang signifikan, dan infeksi virus hepatitis B."
Hal ini mengarah pada kemungkinan bahwa penyakit hati yang diderita Beethoven berkontribusi besar terhadap kematian Komposer Jerman itu meninggal pada usia 56 tahun, pada 1827,
Meski banyak hal yang terungkap, masih ada beberapa misteri yang belum terpecahkan. Peneliti tidak dapat menemukan penjelasan genetik yang jelas untuk gangguan pendengaran Beethoven.
"Meskipun dasar genetik yang jelas untuk hilangnya pendengaran Beethoven tidak dapat diidentifikasi, para ilmuwan memperingatkan bahwa skenario seperti itu tidak dapat sepenuhnya dikesampingkan," jelas Dr Axel Schmidt dari Institut Genetika Manusia di Rumah Sakit Universitas Bonn.
Selain itu, meskipun Beethoven mengalami masalah pencernaan yang kronis, para peneliti tidak menemukan bukti genetik yang mendukung dugaan penyakit seperti celiac atau intoleransi laktosa.
Aspek menarik lainnya dari penelitian ini adalah penemuan tentang garis keturunan Beethoven. Analisis DNA menunjukkan perbedaan pada kromosom Y, yang mengindikasikan adanya "peristiwa paternitas pasangan ekstra" dalam garis ayah Beethoven, yaitu hubungan di luar nikah.
Maarten Larmuseau, ahli silsilah dari KU Leuven, menjelaskan, bahwa melalui kombinasi data DNA dan dokumen arsip, kami dapat mengamati perbedaan antara silsilah hukum dan biologis Ludwig van Beethoven.
Meskipun beberapa pertanyaan masih belum terjawab, penemuan ini memberi wawasan baru yang berharga tentang penyebab kematian Beethoven.
Dengan menganalisis genom Beethoven, para ilmuwan kini memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai faktor risiko genetik yang dapat menjelaskan kondisi medisnya, termasuk penyakit hati yang kemungkinan besar berkontribusi pada kematiannya.
Penelitian ini membuka pintu bagi studi lebih lanjut, yang diharapkan dapat mengungkap lebih banyak informasi mengenai kehidupan dan kematian salah satu komposer terbesar sepanjang masa. (CNN/Eartth/Z-3)
Sebuah tes darah sederhana yang mampu mendeteksi DNA tumor kini menjadi alat baru untuk memprediksi kekambuhan melanoma stadium III setelah operasi.
Meski berbagi DNA hampir identik dengan lebah pekerja, ratu lebah hidup jauh lebih lama dan subur sepanjang hayatnya.
Penelitian genetika terbaru mengungkap leluhur manusia modern pernah berpisah dari populasi misterius sekitar 1,5 juta tahun lalu sebelum berkoneksi kembali 300.000 tahun lalu.
Penelitian terbaru memanfaatkan DNA purba untuk merekonstruksi sejarah ekologis penguin Adélie di Antartika selama 6.000 tahun.
Tim peneliti dari Universitas Negeri Carolina Utara (NC State) berhasil mengembangkan metode non-invasif untuk mengekstrak DNA dari dokumen perkamen abad pertengahan.
Bertema percintaan, Love Ya mengisahkan tentang usaha dan ajakan untuk melepaskan diri untuk menikmati momen-momen saat bersama pasangan.
Kelompok usia 30-39 tahun tercatat sebagai yang paling banyak terdampak dengan 12.403 kasus baru.
Gutomo Edi Saputra bertanggungjawab atas kematian Anggi Anggara dalam sebuah pertengkaran di Pasar Angso Duo, Kota Jambi. Ia mengabisi lawannya dengan sebilah pisau pemotong pempek
Sebuah studi global ungkap paparan harian terhadap bahan kimia dalam plastik rumah tangga, mungkin menyebabkan lebih dari 356.000 kematian akibat penyakit jantung pada 2018.
Seseorang disebut punya gaya hidup sedenter atau mager kalau lebih dari 50% waktu bangunnya (± 6 jam) dihabiskan hanya untuk duduk atau aktivitas sejenis.
Proses penyelidikan kematian Kenzha dilakukan dengan proses penyelidikan secara ilmiah
Dalam penanganan stroke, setiap detik sangat berharga. Golden period merupakan kunci utama dalam meningkatkan kemungkinan pasien untuk pulih tanpa mengalami kecacatan..
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved