Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
KANKER serviks, yang juga dikenal sebagai kanker leher rahim, sering disebut sebagai 'silent killer' atau pembunuh diam-diam, karena biasanya tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Karena itu, deteksi dini dan pencegahan dengan melakukan skrining kanker serviks sangat penting untuk menurunkan angka kematian.
Umumnya, gejala kanker serviks baru akan muncul ketika kanker sudah berada pada stadium lanjut, yang dapat mengurangi harapan hidup penderita.
Salah satu metode untuk mendeteksi kanker serviks pada tahap awal adalah melalui skrining. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar wanita usia subur (WUS) antara 30 hingga 50 tahun menjalani pemeriksaan rutin. Skrining bertujuan untuk mendeteksi infeksi Human Papillomavirus (HPV), penyebab utama kanker serviks, serta mengidentifikasi perubahan awal pada sel-sel serviks yang berpotensi berkembang menjadi kanker. Deteksi dini memudahkan pengobatan yang lebih cepat dan mencegah perkembangan kanker lebih lanjut.
Tes IVA menggunakan asam asetat untuk memeriksa perubahan sel pada serviks. Bercak putih sering kali muncul setelah pengolesan asam asetat jika terdapat perubahan pra-kanker. Tes ini cepat, mudah dilakukan, dan tidak memerlukan peralatan mahal, sehingga sangat dianjurkan bagi wanita yang sudah aktif secara seksual. Tes ini dapat dilakukan di puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya.
Pap smear dilakukan dengan mengambil sampel sel dari serviks untuk dianalisis di laboratorium. Tes ini bertujuan untuk mendeteksi sel-sel abnormal yang berpotensi berkembang menjadi kanker. Pap smear disarankan dilakukan setiap 3 tahun untuk wanita usia 21-29 tahun dan setiap 5 tahun untuk wanita usia 30-65 tahun, dengan tambahan tes HPV pada beberapa kasus.
Tes HPV DNA adalah pemeriksaan yang lebih sensitif untuk mendeteksi infeksi HPV tipe risiko tinggi yang dapat menyebabkan kanker serviks. Tes ini membantu mengidentifikasi wanita yang berisiko tinggi terkena kanker serviks bahkan sebelum sel-sel abnormal muncul. Skrining ini sangat dianjurkan untuk wanita usia 30 tahun ke atas dan dilakukan setiap 5 hingga 10 tahun sekali, tergantung pada hasil pemeriksaan sebelumnya.
Skrining ini tidak hanya bertujuan untuk mendeteksi infeksi HPV, tetapi juga memberikan informasi kepada wanita tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi dan mencegah kanker serviks sejak dini. Dengan adanya program skrining, diharapkan peserta dapat lebih memahami risiko dan pentingnya pemeriksaan rutin, serta meningkatkan pengetahuan mereka tentang langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil.
Tes HPV DNA dapat mendeteksi infeksi HPV sebelum berkembang menjadi kanker, memberikan kesempatan untuk pengobatan lebih awal.
Program ini membantu meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya wanita usia subur, mengenai pentingnya pemeriksaan rutin untuk kanker serviks.
Skrining secara rutin dapat mengurangi angka kematian akibat kanker serviks dengan mencegah perkembangan sel abnormal menjadi kanker yang lebih serius.
Penting untuk dicatat bahwa kanker serviks dapat dicegah melalui pencegahan primer dengan vaksinasi HPV dan deteksi dini melalui pemeriksaan IVA, Pap smear, atau HPV DNA. Dengan skrining yang lebih luas, kita dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat kanker serviks, serta membangun masyarakat yang lebih sadar akan pentingnya kesehatan reproduksi. (Kemenkes/Z-9)
Jumlah kasus prakanker serviks di Amerika Serikat menurun drastis hingga 80% sejak 2008 berkat program vaksinasi HPV.
Skrining kanker serviks bisa dilakukan menggunakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di puskesmas.
Peneliti BRIN Monica D Hartanti mengembangkan inovasi skrining kanker serviks untuk meningkatkan deteksi dini dan mengurangi biaya pengobatan
Program skrining kesehatan dan pengentasan Tuberkulosis (TB) di Indonesia menjadi bagian dari misi Asta Cita pemerintah saat ini, khususnya di bidang kesehatan.
kanker serviks umumnya tidak menunjukkan gejala, sehingga banyak penderita baru menyadari setelah mencapai stadium lanjut. Karena itu, deteksi dini kanker serviks penting untuk dilakukan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved